Jumat, 03 Juli 2020

Nama Baik (Pkh 7:1)

Sabtu, 4 Juli 2020


Pkh 7:1  Nama yang harum lebih baik dari pada minyak yang mahal, dan hari kematian lebih baik dari pada hari kelahiran.

 
Mengapa nama yang harum dibandingkan dengan minyak yang mahal?  Nama dan minyak wangi adalah dua hal yang membuat seseorang menjadi gembira. Kalau saudara mencium minyak wangi yang mahal, hati saudara gembira. Demikian juga kalau saudara mendengar nama seseorang yang baik, murah hati, penuh kasih, maka saudara juga akan merasa gembira. Sehingga ada sebuah kalimat yang mengatakan seperti ini :”  namamu berbicara seperti sebuah aroma parfum”. Nama yg harum atau reputasi yang baik dari  seseorang jauh lebih berharga dan lebih bertahan lama daripada harumnya parfum. Nama yang baik akan hidup terus walaupun orang itu sudah dikubur, sedangkan wangi parfum akan berhenti  menyebarkan wanginya. Sehingga kita bisa mengatakan :” jauh lebih penting siapa diri kita daripada apa yang kita miliki. 


Apakah kita memiliki nama yang harum? Kita belum bisa mengatakan bahwa kita sudah punya nama yang harum. Nanti kalau kita sudah mati maka baru bisa dinilai apakah punya nama yang harum atau tidak. Nanti kalau sudah mati baru kita mendengar apa kata orang mengenai diri kita.  
Nama baik baru bisa dibuktikan baik kalau sudah tiba hari kematian. Reputasi seseorang baru bisa dikatakan baik kalau dia sudah mati. Jangan memuji seseorang baik  sebelum ia mati………..pada akhir hidup manusia disingkapkanlah segala pekerjaannya.  Walaupun kita selama puluhan tahun hidup baik, namun kalau sehari sebelum kita mati, kita menipu, membunuh orang, maka nama baik itu akan dihapus dalam sekejap. Jadi kita belum bisa mengatakan seseorang punya nama baik kalau dia belum mati, karena dia bisa saja melakukan hal hal yang buruk sebelum dia mati. Namun kalau seseorang sudah mati dan selama hidupnya memang dia melakukan banyak hal yang baik, yang berkenan kepada Tuhan , maka kita bisa mengatakan bahwa dia memiliki nama yang harum.  Itulah sebabnya, nama yang harum dihubungkan dengan hari kematian.

Pdt. Yohannis Trisfant

Tidak ada komentar: