Minggu, 30 Agustus 2009

PELAYANAN BUKAN HANYA SEBUAH JANJI.

PELAYANAN BUKAN HANYA SEBUAH JANJI.

(Mat 21:28-29)


 

Disampaikan di Komisi Pemuda Bajem Bina Bakti, Agustus 2009

Pada zaman ini, kita hidup dalam sebuah masyarakat yang menganggap bahwa berpegang kepada janji itu adalah sebuah pilihan. Setiap tahun ada ribuan orang yang menikah dan berjanji akan setia sampai mati, namun kenyataannya adalah mereka bercerai beberapa tahun kemudian.

Setiap tahun ada demikian banyak atlet dan artis yang melanggar kontrak kerja karena mereka bisa mendapatkan uang lebih banyak di tempat lain.

Ada seorang yang sakit dan dirawat di rumah sakit. Dokternya memberitahukan bahwa, penyakitnya berat namun dia akan bisa sembuh. Walaupun dokternya mengatakan akan sembuh, tetapi pasien ini tetap takut dengan penyakitnya itu. Dia kemudian berkata kepada dokternya:' dok, tolong berikan pengobatan yang terbaik, lakukan apa saja. Jika saya sembuh, saya akan menyumbang untuk membangun rumah sakit baru sebesar $ 10.000.

Beberapa bulan kemudian, dokter ini bertemu dengan pasien yang sudah sehat ini. Dokter kemudian bertanya, bagaimana kesehatanmu? Sudah baik? Koq, enggak pernah kelihatan lagi.

Pria itu menjawab: oh.......baik dokter, saya sudah sehat. Terima kasih

Dokter: Puji Tuhan. Itulah sebabnya, saya ingin berjumpa denganmu pagi ini. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa anda sudah berjanji akan memberikan $ 10.000 untuk rumah sakit baru.

Pria: Anda bicara apa? Sumbangan?

Dookter: Apda waktu sakit, anda khan berjanji bahwa nanti kalau sudah sehat, saya akan memberikan sumbangan sebesar $ 10.000.

Pria ini kaget dan menggelengkan kepalanya dan berkata: dokter,kalau saya berjanji seperti itu, maka saya benar-benar sakit.

Membuat janji itu mudah, tetapi menepatinya sangatlah sulit. Itulah sebabnya, maka kita harus melihat janji kita sebagai sesuatu yang serius. Kita mesti berhati-hati, jangan sampai mengucapkan janji-janji kosong dan kita mesti berhati-hati agar tetap setia terhadap janji kita.

Pada hari ini kita akan melihat sebuah perumpamaan yang mengajarkan bahwa pelayanan itu bukan hanya sekedar sebuah janji. Ada beberapa alasan

Pertama, Maksud baik saja tidaklah cukup baik.


 

Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. (Mat 21:28-29)

Perumpamaan ini tidaklah memberitahukan kepada kita mengapa anak tersebut tidak bekerja dalam kebun anggur. Hal yang diberitahukan kepada kita adalah anak ini mengatakan baik, bapa, saya akan bekerja di kebn anggur,namun dia tidaklah melakukannya. Dia tidak pergi ke kebun anggur. Ada perkataan seperti ini bahwa jalan ke neraka itu penuh dengan orang-orang yang bermaksud baik. " saya sebenarnya ingin sekali hidup kudus.......saya sudah merencanakannya, tapi tidak jadi melakukannya. Saya memang bermaksud percaya kepada Kristus,............... kalimat-kalimat itu akan banyak kedengaran di neraka. Kita seringkali berpikir bahwa maksud baik saja sudah cukup. Kita cenderung menghibur diri kita dengan mengatakan:' yang penting saya bermaksud baik, walaupun saya tidak lakukan maksud saya tadi. Ini penipuan terhadap diri sendiri. Perumpamaan ini mengajarkan kepada kita bahwa maksud baik bukanlah sebuah alasan untuk membenarkan diri


 

Maksud baik bukanlah alasan untuk tidak melakukan sesuatu.

Jika sdr ingin meluangkan waktu untuk berdoa, tetapi saudara ternyata tidak berdoa karena saudara terlalu sibuk. Jika saudara ingin melayani Tuhan dengan lebih baik namun saudara belum bisa meluangkan waktu. Dan jika saudara mau membaca Alkitab, tetapi saudara tidak melakukannya karena saudara banyak tugas sekolah dan pekerjaan. Saudara mesti menyadari bahwa semua maksud-maksud baik itu tidak dapat menolongmu. Jangan berpikir bahwa saudara akan dimaafkan karena sudah punya niat baik melayani, karena sudah punya niat baik berdoa, baca Alkitab, namun karena satu dan lain hal saudara tidak bisa melakukannya. Niat baik saja tidaklah cukup memuaskan Tuhan. Tuhan ingin tindakan, bukan hanya niat baik saja. Sekali lagi, di neraka itu banyak orang yang punya niat baik tetapi tidak melaksanakan niat baiknya. Janganlah keliru, bahwa karena lidahmu sudah mengucapkan janji untuk melayani Tuhan, kemudian saudara akan mendapatkan pujian dari Tuhan. Allah memang senang dengan maksud baik kita, namun maksud baik saja itu belum cukup baik. Allah tidak akan bersedia menerima janji-janji kosong, padahal kita mampu melakukan lebih banyak lagi.


 

Kedua, perjalanan kita lebih penting daripada pembicaraan kita

.

Di gereja kita seringkali mengadakan rapat. Kita banyak membicarakan mengenai rencana-rencana dan evaluasi untuk memperbaiki persekutan. Rapat-rapat memang perlu. Kita perlu duduk memikirkan pelayanan. Tetapi ada hal yang lebih penting yakni mengerjakan hasil pembicaraan kita. Itulah sebabnya, perjalanan atau progress itu lebih penting daripada pembicaraan. Saya mengamati bahwa ada sebuah kelemahan gereja, yakni tidak menindaklanjuti pembicaraan-pembicaraannya. Biasanya ketika tiba rapat berikutnya, baru sadar bahwa selama ini dirinya tidak mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya pada waktu rapat. Jadi tugasnya sebagai pengurus hanya rapat dan rapat, tetapi tidak melakukan apa-apa.

Inilah yang dilakukan oleh anak sulung dalam perumpamaan ini. Papanya sudah rapat dengan dia dan sudah memberikan tugas agar bekerja di dalam kebun anggur. Dalam rapat itu dia sudah menyanggupi. Tetapi dia tidak pergi. Tidak ada tindakan. Tidak ada langkah yang dia lakukan.


 

Jadi pembicaraan mengenai pelayanan, mengenai agama tidaklah cukup. Tuhan Yesus bertanya kepada pendengar pada waktu itu Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" (Mat 21:31). Tentu pendengarnya mengerti siapa yang melakukan kehendak ayahnya, yakni yang bekerja dalam kebun anggur. Anak yang awalnya mengatakan: "tidak" tetapi kemudian dia menyesal dan pergi bekerja dalam kebun anggur. Anak ini tidak mengatakan hal yang benar, tetapi dia melakukan hal yang benar. Jika tindaka kita tidak melindungi kata-kata kita, maka kata-kata kita itu tak bermakna. Kebenaran ini ditegaskan dalam bagian kitab yang lain. Yakobus mengatakan: Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati. (Jas 2:26)


 

Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya, yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan, tetapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri, yang tidak taat kepada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman. (Rom 2:6-8)


 

Kita mungkin selama ini terlalu banyak menekankan kepada pembicaraan-pembicaraan dan bukan kepada tindakan-tindakan. Sudah berapa sering saudara membicarakan penginjilan? Berapa sering saudara membicarakan pelayanan? Pasti sering. Namun pertanyaannya adalah, apakah ada tindakan nyata? Sebab penginjilan dan pelayanan bukan hanya untuk dibicarakan melainkan untuk dikerjakan. Jangan menjadi NATO. No Action Talk Only. Tidak ada tindakan hanya omong kosong saja.

Ketiga, Bagaimana keadaaan saudara kelak, itu jauh lebih penting daripada keadaan saudara saat ini.

Perumpamaan ini sebenarnya ditujukan kepada orang-orang Fairisi pada saat itu. Anak pertama yang mengatakan" baik bapa" mewakili orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yakni mereka yang sudah lama melayani di dalam bait Allah. Namun mereka melakukan kewajiban agamanya hanya supaya dilihat oleh orang. Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi. (Mat 23:5-7)

Mereka adalah orang-orang yang tidak melakukan apa yang mereka ajarkan. Yohanes Pembaptis datang kepada mereka dan menunjukkan jalan kebenaran. Mereka mendengarkan kotbah Yohanes Pembaptis tetapi tidak mau mempercayainya. Inilah gambaran mengenai anak pertama yang diwakili oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka mendengarkan dan menajwab iya, tetapi tidak menaati firman Tuhan


 

Sedangkan anak yang kedua, ditujukan kepada pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Mereka menolak terang-terangan firman Tuhan. Tetapi ketika Yohanes Pembaptis datang dan berkotbah mengenai pertobatan dan pengampunan dosa (Mark 1:4), mereka bertobat dan masuk ke dalam kerajaan Allah. Jadi mereka pada awalnya menolak, tetapi kemudian mereka menaati Allah.


 

Bagus yang mana? Tentu dilihat pada endingnya. Jika endingnya menerima, menaati, maka itulah yang bagus. Apa gunanya awalnya manis tetapi endingnya buruk? Awalnya, semua iya terhadap kehendak Tuhan. Namun lama kelamaan, dirinya tidak melakukan lagi firman Tuhan.

Kondisi sdr kelak itu jauh lebih penting daripada kondisimu saat ini.

Tidak peduli bagaimana buruknya masa lalumu dan bagaimana jeleknya apa yang telah sdr lakukan. Jika saudara memperbaikinya sekarang dan sungguh-sungguh melayani Tuhan, maka itu jauh lebih penting. Anak yang telah menolak perintah ayahnya ini, memang buruk. Masa lalunya buruk karena dia tidak mau menerima perintah ayahnya. Tetapi dia berubah. Dia kemudian melakukan perintah ayahnya. Masa depannya dia jauh lebih baik daripada masa lalunya. Dan memang, sdr akan menjadi apa lebih penting daripada kondisimu saat ini. Jika kita sudah melakukan kesalahan pada masa yang lalu. Jika kita tidak sungguh-sungguh melayani Tuhan pada masa lalu, maka perbaikilah sekarang ini. Marilah kita lebih giat melayaniNya dan lebih dalam mengasihiNya