Kamis, 04 Desember 2008

HATI YANG BERKOBAR-KOBAR (Lukas 24: 32)


 

Apa itu hati yang berkobar-kobar?

Berkobar-kobar berarti menyalakan api, menyalakan lampu. Dalam pengertian pasif, dinyalakan. Hati yang berkobar-kobar berarti hatinya di nyalakan. Ini merupakan sebuah metafora. Kasihnya kepada Tuhan dan sesama di tambahkan, Keinginannya untuk memberitakan kabar keselamatan ditambahkan. Enggak tenang hatinya jikalau tidak memberitakan Injil. Karena ada sebuah dorongan dalam hatinya yang tidak bisa membuatnya tenang. Ke gereja hari minggu, atau ikut persekutuan selalu dinanti-nantikan. Inilah ahti yang berkobar-kobar. Bila diberikan tugas pelayanan, hatinya sangat senang, apalagi ketika tiba waktunya untuk melayani Tuhan. Orang yang berkobar-kobar, akan emrasakan Tuhan itu demikian dekat dengan dirinya. Dalam pekerjaan, aktivitas sehari-hari, dirinya merasakan kehadiran Tuhan yang nyata. Pokoknya, orang ini tidak suam-suam kuku. Kasih yang semula, dia masih alami.

 
 

Pada waktu kita mula-mula percaya kepada Tuhan Yesus, biasanya hati kita berkobar-kobar. Tetapi lama kelamaan, hati yang berkobar-kobar itu menjadi redup. Kita tidak lagi panas untuk Tuhan, namun tidak juga menjadi dingin. Kita menjadi orang kristen yang suam-suam kuku. Orang Kristen seperti ini, tidak melawan Kristus, tetapi juga tidak bekerja untuk Kristus. Bukan musuh Kristus namun juga bukan sahabat Kristus. Mereka tidak kafir, namun mereka juga tidak sungguh-sungguh percaya. Org-org ini bukan agama islam. Mereka disebut kristen tapi baca alkitab sekali seminggu, berdoa hanya 1 kali seminggu. Mereka tdk menentang injil, tapi juga tdk mempertahankannya, tdk memberitakannya. Mereka tdk jahat, namun mereka juga tdk melakukan banyak perbuatan-perbuatan baik yg besar. Mereka tdklah terlalu dingin untuk menolak injil namun pada sisi yg lain mereka juga tdk panas untuk kebenaran, tdk panas untuk hidup kudus. tdk berapi-api untuk menolak dosa, tdk membuat iblis marah. Mereka kurang bersungguh-sungguh dalam hal kekudusan, berdoa, persembahan ( sama dgn kasih pengemis), pelayanan ( dikerjakan seadanya), ibadah. Seringkali kita berpikir bahwa keadaan rohani yang seperti itu sudah cukuplah. namun Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa mereka itu adalah orang Kristen yang tidak berguna. Firman Tuhan mengatakan lebih baik kita dingin atau panas. Lebih baik berkobar-kobar daripada suam-suam kuku. Hanya ada 2 pilihan: menjadi orang kafir atau menjadi Kristen yang panas, sungguh-sungguh. Tidak ada pilihan ketiga, untuk menjadi orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh. Orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh, yang hangat-hangat kuku akan dimuntahkan oleh Kristus. Yesus lebih suka kita mendidih atau membeku darpada kita tdk panas , tdk dingin. Paulus memberitahukan org kristen di roma. " supaya roh mereka tetap menyala-nyala untuk Tuhan" atau dkl mendidih secara rohani. Kita harus mengobarkan api didalam diri kita. Api rohani didalam diri kita selalu terancam menjadi padam. Api ini perlu dikobarkan, ditambah kayu, dan dikipas menjadi nyala api yg membara untuk Tuhan. Berkobar-kobar untuk Allah. Inilah yang diinginkan Allah, berkobar-kobar untuk Allah, tidak suam-suam kuku.

 
 

Apakah yang menyebabkan hati kita tidak lagi berkobar-kobar untuk Tuhan? Ada beberapa hal yang membuat kita tidak lagi berkobar-kobar untuk Tuhan

  1. Kehilangan pengharapan. Kedua murid yang sedang dalam perjalanan menuju ke emaus adalah murid-murid yang sudah kehilangan pengharapan. Mereka putus asa ketika Tuhan Yesus disalibkan, sehingga berita kebangkitan Kristus pun belum mereka yakini dan belum memulihkan pengharapan mereka. Hati mereka yang pernah menyala ketika Kristus belum disalibkan, padam pada saat Kristus ditangkap, dan di bunuh di atas kayu salib. Kehilangan pengharapan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kita kehilangan semangat rohani. Jangankan semangat rohani, semangat hidup juga lenyap, ketika kita kehilangan pengharapan. Pada saat seorang karyawan kena PHK, dan tidak ada keahilan untuk berdagang kecil-kecilan, orang ini bisa kehilangan semangat hidup, karena dirinya tidak melihat lagi adanya pengharapan. Kita tahu bahwa ketika Saham, turun, banyak orang yang menjadi stress, gila dan bahkan bunuh diri. Mengapa? Karena kehilangan pengharapan. Sebab uangnya dia taruh semua di saham. Dia sudah tidak melihat lagi adanya harapan. Seorang aktivis gereja, yang tidak melihat lagi adanya harapan untuk menjadikan gerejanya sesuai dengan impiannya, biasanya akan mundur dari pelayanannya. Dia merasa putus asa. Hati kita yang menyala-nyala untuk Tuhan, dapat dirampas oleh keadaan. Oleh sebab itu, hati-hatilah. Jangan sampai kehilangan pengharapan di dalam apapu itu. Baik itu dalam pelayanan, dalam keluarga. Suami yang tidak berubah-ubah juga dari dulu, enggak perlu sampai membuat ibu-ibu kehilangan harapan. Doa akan merubahnya. Karena kita memiliki Allah sumber pengharapan. Anak yang belum berubah juga tidak perlu membuat kita putus asa. Doa akan merubahnya. Tetaplah berkobar-kobar untuk Tuhan. Dia adalah Tuhan yang hidup .


     

    1. Hal kedua, yang membuat kita kehilangan hati yang berkobar-kobar adalah, kejenuhan. Kejenuhan bisa membuat kasih yang mula-mula menjadi lenyap. Contohnya dalam rumah tangga. Apakah hati ibu, ibu masih berkobar-kobar terhadapa suami? Apakah kasih yang sekarang ini, masih sama ketika dulu berpacaran? Mungkin diantara kita ada yang mengatakan: sudah enggak seperti dulu lagi. Bosan deh,..lihat mukanya. Kalau dulus elalu kangen, sekarang enggak lagi. Sudah enggak ada rasa. Suami ibu, juga mungkin merasa seperti itu. Sudah bosan, enggak ada getaran-getarannya lagi. Tidak ada lagi kasih yang emosional. Karena sudah jenuh bersama-sama selama puluhan tahun. Tetapi saya yakin bahwa ada dinatara kita yang masih merasakan getaran-getaran cinta bersama suami tersayang. Enggak usah malu. Karena rumah tangga kristen banyak yang seperti ini. Di luar masih kelihatan baik. Suami bekerja keras memunhi kebutuhan sehari hari. Istri bekerja keras mengurus rumah tangga. Mereka masing-masing masih setia. Masih memenuhi kebutuhan pasangannya masing-masing. Masih merencanakan waktu bersama, berlibur bersama, tidur bersama, berdoa bersama, bahu membahu dalam mengatasi kesulitan dalam membesarkan anak-anak mereka. Namun meskipun demikian bara yang mengobarkan mereka dahulu sudah tidak ada lagi. Keajabian telah pergi seiring berpuluh tahun mereka menjalani kehidupan rumah tangga sebagai ayah dan ibu. Mereka telah lelah karena mengurus anak dan melakukan pekerjaan. Mereka sudah mengalami kejenuhan. Kita berdalih bahwa walaupun tidak ada lagi getaran-getaran, namun kasih kami semakin dalam. Kasih yang dalam tetap akan mengalirkan getaran-getaran. Kasih yang dalam tetap membuat kita berkobar dalam mengasihi pasangan kita, walaupun sudah berpuluh tahun. Penyebab dari hilangnya kasih yang mula-mula ini terrhadap pasangan kita adalah karena selama ini kita sudah mengabaikan pasangan kita. Kita fokus kepada anak. Suami kita pun tanpa disadari berfokus kepada anak dan bukan kepada kita. Coba perhatikan, kalau suami pulang kerja, pulang toko, ingat-ingatlah. Siapa yang dicari duluan? Anak atau ibu-ibu? Kebanyakan, suami pulang langsung cari anak. Atau kalau dia cari mamanya, biasanya seperti ini: ma, mana anak-anak? Jadi intinya, tetap anak yang dicari, anak yang menjadi fokus. Demikian juga dengan ibu-ibu. Ingat-ingatlah. Kebutuhan siapa yang prioritas, kebutuhan anak atau suami? Biasanya anak. Siapa yang anda paling sering lihat wajahnya? Suami atau anak? Biasanya anak. Suami boro-boro di lihat. Biasanya di plototin, diomelin karena berantakan. Dan ini berlangsung bertahun-tahun. Akhirnya, kasih kepada suami menjadi dangkal. Dan ketika anak-anak dewasa, ibu-ibu merasa asing dengan suami masing-masing.

    Sama halnyahubungan kita dengan Allah. Selama ini kita fokus kemana? Jujur, kita fokus kepada pelayanan dan aktivitas gereja dan bukan kepada Allah sendiri. Allah sudah tergeser dari pandangan kita. Bertahun-tahun kita melayani dan bertahun-tahun pula kita fokus kepada pelayanan itu sendiri. Akhirnya kita mengalami kejeuhan dan kehilangan hati yang berkobar-kobar untuk Tuhan. Kita bertanya? Mengapa? Alasanya jelas, kita selama ini tidak fokus kepada kemuliaan Tuhan dalam pelayanan kita. Kondisi ini sama dengan kondisi jemaat di Efesus. Mereka sudah kehilangan kasih yang mula-mula. Kehilangan ini terjadi setelah bertahun-tahun mereka melayani Tuhan. Mereka tidak lagi dimabukkan oleh aksih Allah. Tidak lagi membalas kasih Allah seperti yang pernah mereka lakukan. Sekarang mereka hanya puas dengan rutinitas yang rajin.

    Untuk mengembalikan, kasih mula-mula ibu-ibu kepada Allah, untuk membuat hati ibu-ibu kembali berkobar-kobar untuk Allah, fokuslah kepada Allah dalam pelayanan atau dalam aktivitas gerejawi kita. Kita tidak perlu menguranfi jumlah aktivitas kita, tetapi tambahkan kualitas di dalam pelayanan dan kegiatan agama kita. Ikutlah persekutuan dengan kerinduan bertemu dengan Tuhan dalam persekutuan ini. Layanilah Tuhan untuk kemuliaan namanya. Bukan hanya sekedar mengisi waktu. Ibu-ibu akan merasakan kembali hati yang berkobar-kobar untuk Kristus. Pelayanan saya, memang belumlah lama. Saya melayani baru 12 tahun sebagai hamba Tuhan Full Time. Namun sampai hari ini, hati saya masih berkobar-kobar untuk Kristus. Saya sadar bahwa saya mesti selalu mengingat bahwa pelayanan ini adalah difokuskan untuk Tuhan. Fokus kepada Tuhan tidak akan pernah memadamkan kasih mula-mula kita kepadanya. Fokus kepada Allah akan membuat kita terus berkobar dalam mengasihiNya sampai Tuhan memanggil kita kembali kepadaNya.

     
     

  2. Penyebab ketiga, sehingga hati tidak lagi berkobar-kobar adalah kita tidak mendengarkan Tuhan berbicara.

    Pada waktu kedua murid sedang berjalan menuju ke emaus, mereka tidak menyadari akan kehadiran Tuhan Yesus yang berbicara kepada mereka. Namun walaupun demikian, mereka menyambut dengan baik kedatangan "orang asing ini". Seandainya ke dua murid ini, tidak menyambut dengan baik kedatangan Tuhan Yesus, maka mereka tidak akan mengalami sebuah hati yang berkobar-kobar. Lalu kapankah hati emreka berkobar-kobar? Ayat 32 Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Kapan hatinya berkobar-kobar? Pada waktu Tuhan Yesus berbicara di tengah jalan. Hati kita pasti akan berkobar-kobar, kalau Tuhan Yesus berbicara. Cuma hati-hati. Bukan setiap kata hati kita adalah Tuhan yang berbicara. Bukan setiap kali mimpi, maka disitu Tuhan berbicara. Semalam, saya mendapatkan mimpi, mendengarkan Tuhan berbicara kepada saya. Tuhan mengatakan bahwa saya beli saja no. Undian. Tuhan akan memberikan kemenangan kepada saya. Tuhan mengatakan: taruhan lah pasti kamu menang. Itu bukan suara Tuhan. Itu keinginannya kita yang ingin kaya mendadak dan dibawa ke dalam mimpi. Bagaimanakah Tuhan berbicara kepada kita? Tuhan berbicara dengan menjelaskan firmanNya kepada kita. Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Jadi Tuhan mengobarkan hati kita melalui firmanNya yang dijelaskan olehNya. Tugas kita adalah memperhatikan dengan serius perhatikanlah dengan serius penjelasan firman Tuhan. Kalau ke dua murid tidak memperhatikan dengan serius penjelasan Tuhan Yesus dari PL sampai Kematian dan kebangkitanNya, maka mereka tidak akan mengalami kobaran-kobaran itu. Kobaran hati berasal dari pikiran. Jika pikiran kita di bukakan akan firman Tuhan, maka hati kita akan berkobar-kobar.

Kaum Puritan, mereka yang sungguh-sungguh hidup untuk Kristus pada abad 15-17, berpendapat bahwa paling utama jemaat harus mengerti firman Tuhan •    Menurut mereka: "anugerah itu masuk melalui pengertain

 
 

  

 
 

•    

Allah tidak akan menggerakkan manusia kepada sebuah pertobatan dengan kekerasan fisik, tetapi melalui pikiran Allah mengarahkan mereka kepada pertobatan

 
 

•    

Tugas dari setiap orang Kristen terhadap firman Allah adalah mengerti firman itu

 
 

•    

Firman Tuhan akan mencapai hati melalui kepala, atau dkl melalui pengertian sdr

 
 

•    

Semua kotbah-kotbah yang disampaikan oleh hamba-hamba Tuhan Puritan ini adalah mendidik pikiran.

 
 

•    

Prinsip mereka adalah jika hendak bertobat, maka banyaklah bekerja dengan pikiran.

 
 

•    

Richard Baxter mengatakan:"dalam berkotbah yang paling pertama adalah terang setelah itu panasnya.

 
 

•    

terang adalah pengertiannya, sedangkan panas adalah menjamah emosi.hati.

 
 

•    

  

Yang paling utama adalah pengertian dahulu, setelah itu barulah emosinya. Kalau hanya ada panas tanpa terang, maka itu sama dengan emosi tanpa pengertian, tidak ada gunanya.

Seringkali kita tidak mengalami hati yang berkobar-kobar karena kita tidak memahami firman Tuhan. Atau karena kita membaca firman Tuhan secara tergesa-gesa. Terburu-buru menghampiri Tuhan, tidak menghasilkan apa-apa untuk pikiran dan juga hati kita.

Akibat jika tidak berkobar-kobar untuk Tuhan

Jikalau kita terus bertahan dalam kondisi itu, maka jangan kaget jikalau suatu waktu Tuhan akan memuntahkan kita atau Tuhan akan menolak kita. Sdr jangan memandang remeh suam-suam kuku. Orang Kristen yang suam-suam kuku itu susah dinasehati. Lebih baik menginjili jiwa baru daripada menasehati mereka yang suam-suam kuku. Mengapa sulit menasehati mereka yang suam-suam kuku? Mereka menganggap bahwa diri mereka kaya secara rohani. Menganggap diri kaya dalam segala macam perkataan, pengetahuan (1 Cor 1:5). Kaya di dalam iman (Yak 2:5). Merasa memiliki kekayaan rohani

Dkl: Mereka menyombongkan kerohaniannya. DKL. susah menasehati mereka yang suam-suam kuku, karena mereka menganggap diri sudah cukup rohani bahkan sangat rohani. Segala sesuatu berjalan dgn lancar, apalagi yg saya butuhkan? Ini adalah kondisi yg tanpa harapan, karena teguran, celaaan, marahan akan tdk berguna. Mereka akan berkata: saya tdk membutuhkan nasehatmu. Nasehatmu tdk berarti bagi kami. Manusia akan lebih sulit untuk bertobat ketika mereka berada pd kondisi antara panas dan dingin daripada mereka berada dalam kondisi yg sangat buruk karena dosa. Jika mereka seperti saulus dari tarsus, musuh Allah, mereka mungkin dapat bertobat, ttp jika seperti gamaliel tdk menentang injil dan juga tdk mendukung maka mereka mungkin akan tinggal dalam kondisi seperti itu sampai mati. Mengapa? Karena menganggap dirinya kaya secara rohani, padahal kondisi mereka sangat parah. Orang yang suam-suam atau tidak berkobar-kobar itu bukannya kaya secara rohani, melainkan melarat, dan malang, miskin, buta, dan telanjang Jauh lebih berat melakukan pekerjaan kristus dgn anggota jemaat yg suam-suam daripada memulai sebuah gereja baru. Kalau ada 12 org yg memiliki roh yg menyala-nyala untuk kristus dan ditempatkan dimana saja di kota bandung ini maka kota itu dgn pertolongan Tuhan akan berubah, menjadi penuh sukacita karena injil kristus. Ttp coba kumpulkan 80 org yg setengah hati, tdk punya perhatian, tdk punya keputusan mengikut kristus apakah yg dapat dilakukan oleh 80 orang tersebut ? ttp selusin org yg berkobar-kobar, bersungguh-sungguh Kristus akan dimuliakan dan jiwa akan dimenangkan. Mereka itu lebih daripada penakluk, di dalam kelemahan mereka dan sedikitnya mereka akan menjadi berkat. Jadi lebih baik tdk ada apa-apa daripada suam-suam kuku. Suam-suam kuku ini sangat cocok dgn sifat manusia dan susah untuk menarik manusia dari kondisi itu. Air yang dingin membuat kita menggigil. Air panas menyebabkan kita kesakitan, tetapi air yg hangat-hangat kuku membuat kita senang. Seperti suhu cocok dgn sifat manusia. dunia selalu merasa damai dgn gereja yg suam-suam dan gereja semacam itu menyenangkan dirinya sendiri.

 
 

Penutup

Oleh sebab itu, kobarkanlah kembali api dalam diri sdr. Datanglah kepada Kristus, janganlah putus asa akan hidup ini, fokuskanlah diri kepada Krisytus dalam segala sesuatu dan dengarknalha Dia berbicara dalam persekutuan, ibadah atau d=ketika kita membaca dan merenungkan firman Tuhan dan berdoa.