Rabu, 25 Desember 2024

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)

 

 

https://youtu.be/3FCuzH5Gsvk

 


Kolose 2:23  Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.

Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, mengeluarkan peringatan keras terhadap jebakan kesalehan palsu. Kolose 2:23 membidik praktik-praktik religius yang tampaknya bijaksana dan menarik, namun kosong dari kuasa rohani yang sejati. Ia menelanjangi "kebijaksanaan" lahiriah ini, mengungkapkan bahwa aturan-aturan manusia, meskipun terlihat mengagumkan, tidak berakar pada Injil dan tidak berasal dari Allah.

 

"Hal-hal yang demikian tampaknya memang bijaksana," tulis Paulus, mengakui daya tarik dari praktik-praktik ini. Kerendahan hati palsu, penyembahan malaikat, kekerasan terhadap tubuh—semuanya dibungkus dalam balutan kesalehan yang menipu. Orang-orang yang menjalankan praktik-praktik ini mungkin terlihat sangat rohani, namun Paulus mengungkapkan motivasi yang tersembunyi: kesombongan rohani dan upaya untuk meninggikan diri.

 

Paulus secara khusus menyoroti "kekerasan terhadap tubuh" sebagai salah satu bentuk kesalehan palsu. Praktik asketis yang ekstrem, seperti puasa yang berlebihan atau penyangkalan diri yang berlebihan, dilakukan dengan dalih pengendalian diri dan pengabdian kepada Allah. Namun, Paulus menegaskan bahwa tindakan-tindakan ini tidak efektif dalam melawan keinginan daging. Justru, mereka sering menjadi sarana untuk memuaskan ego dan mencari pengakuan dari orang lain.

 

Demikian pula dengan "kerendahan hati palsu" yang disinggung Paulus. Tindakan-tindakan yang tampaknya rendah hati seringkali menyembunyikan kesombongan rohani. Fokusnya bergeser dari Allah kepada diri sendiri, mencari pujian atas "kerendahan hati" yang dipamerkan. Penyembahan malaikat, praktik lain yang dikritik Paulus, mengalihkan perhatian dari Kristus, satu-satunya perantara antara Allah dan manusia.

 

Paulus menyimpulkan kritiknya dengan pernyataan yang tajam: semua praktik ini "tidak ada gunanya sama sekali untuk mengendalikan keinginan daging." Aturan-aturan manusia, seindah apapun penampilannya, tidak memiliki kuasa untuk mengubah hati atau memberikan kemenangan atas dosa. Hanya Kristus dan karya Roh Kudus yang mampu melaksanakan transformasi sejati.

 

Kolose 2:23 merupakan panggilan bagi kita untuk menguji motivasi di balik praktik keagamaan kita. Apakah kita termotivasi oleh keinginan untuk menyenangkan Allah atau mencari pengakuan dari manusia? Apakah kita berfokus pada transformasi hati atau hanya pada penampilan lahiriah? Marilah kita meninggalkan kesalehan palsu dan merangkul kebebasan sejati yang ditemukan dalam Kristus, membiarkan Roh Kudus membentuk kita menjadi gambar-Nya.

 

 

Doa Respons

 

Ya Tuhan, singkapkan tipu daya kesalehan palsu dalam hidup kami. Bebaskan kami dari keinginan untuk menyenangkan manusia dan ajar kami untuk mencari perkenan-Mu sendiri. Ubahlah hati kami dari dalam ke luar oleh kuasa Roh Kudus, sehingga kami hidup dalam kebenaran dan kebebasan yang Engkau berikan melalui Kristus. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Tidak ada komentar:

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)