Selasa, 26 November 2024

Melayani dengan Tujuan yang Jelas" (Kolose 1:28)


https://youtu.be/32JX2L5T4As

 

 

"Melayani dengan Tujuan yang Jelas" (Kolose 1:28)

 

Kol 1:28  Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

 

Pernahkah Anda mengamati seorang guru yang luar biasa? Mereka tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga peduli akan perkembangan setiap muridnya. Mereka memperingatkan dengan kasih saat murid melakukan kesalahan dan mengajar dengan sabar hingga murid benar-benar memahami. Inilah gambaran yang mirip dengan hati Paulus dalam pelayanannya.

Dalam Kolose 1:28, kita melihat bagaimana Paulus menjalankan pelayanannya dengan tujuan yang jelas: "Dialah yang kami beritakan, dengan memperingatkan setiap orang dan mengajar setiap orang dalam segala hikmat, untuk memimpin setiap orang kepada kesempurnaan di dalam Kristus." Fokusnya sederhana namun mendalam - memberitakan Kristus dan membawa setiap orang pada kedewasaan rohani.

Perhatikan kata "setiap orang" yang diulang tiga kali dalam ayat ini. Bagi Paulus, tidak ada yang terlalu muda atau terlalu tua, terlalu bijak atau terlalu sederhana untuk bertumbuh dalam Kristus. Setiap jiwa berharga dan memiliki potensi untuk mencapai kedewasaan rohani. Sungguh sebuah pandangan yang mengubah cara kita melihat orang lain!

Pelayanan Paulus mencakup dua aspek penting: memperingatkan dan mengajar. Seperti orang tua yang mengasihi anaknya, ia tidak ragu untuk memperingatkan jika ada bahaya, namun juga dengan sabar mengajar dalam hikmat Allah. Tujuannya bukan untuk menghakimi, melainkan untuk membimbing setiap orang menuju kesempurnaan dalam Kristus.

Hari ini, mari kita mengevaluasi hidup kita. Sudahkah kita bertumbuh menuju kedewasaan rohani? Bagi yang telah dipercayakan untuk melayani, sudahkah kita memiliki hati seperti Paulus - yang tidak puas dengan pertumbuhan yang dangkal tetapi rindu melihat setiap orang mencapai potensi penuh mereka dalam Kristus? Ingatlah, kedewasaan rohani bukanlah tujuan yang mustahil, tetapi sebuah proses yang terjadi saat kita terus fokus pada Kristus dan membiarkan-Nya mengubah hidup kita setiap hari.

 

Doa respon

 

Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas teladan Paulus yang rindu membawa setiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Berikan kami hati yang tulus untuk memperingatkan dengan kasih dan mengajar dengan hikmat-Mu. Jadikan kami pelayan-Mu yang sabar, setia, dan penuh kasih, agar setiap jiwa yang kami layani dapat bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Mampukan kami untuk senantiasa fokus pada Kristus dalam hidup kami. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Senin, 25 November 2024

Rahasia Yang Tak Lagi Tersembunyi" (Kolose 1:27)



https://youtu.be/QxBTsg12X1Q

 

"Rahasia Yang Tak Lagi Tersembunyi" (Kolose 1:27)

 

 

Kol 1:27 Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!

 

Pernahkah saudara merasa penasaran dengan sebuah rahasia yang dijaga rapat? Biasanya, rahasia membuat kita gelisah dan ingin mengetahuinya. Namun dalam Kolose 1:27, Paulus berbicara tentang sebuah rahasia yang justru Allah ingin bagikan kepada semua orang: "Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!"

Sungguh luar biasa bahwa Allah yang Maha Kuasa memilih untuk membagikan rahasia-Nya kepada kita. Rahasia ini bukanlah seperti resep masakan yang disembunyikan atau formula bisnis yang dirahasiakan. Ini adalah rahasia terbesar sepanjang masa: Allah sendiri, melalui Kristus, memilih untuk tinggal di dalam diri setiap orang percaya.

Bayangkan sejenak - Sang Pencipta alam semesta, Yang Mahakuasa, memilih untuk berdiam dalam hidup kita. Ini bukan sekadar kehadiran simbolis, melainkan kehadiran nyata yang mengubahkan. Ketika Kristus ada di dalam kita, kita memiliki pengharapan yang pasti akan kemuliaan. Pengharapan ini bukanlah harapan kosong atau angan-angan belaka, melainkan jaminan yang pasti akan masa depan yang mulia bersama-Nya.

Kehadiran Kristus dalam hidup kita memberi makna baru pada setiap aspek kehidupan. Saat kita menghadapi tantangan, kita tidak menghadapinya sendiri - Kristus ada di dalam kita. Saat kita merasa lemah, kita dapat mengandalkan kekuatan-Nya. Saat kita merasa tidak layak, kita diingatkan bahwa nilai kita tidak terletak pada apa yang kita lakukan, tetapi pada siapa yang tinggal di dalam kita.

Hari ini, marilah kita hidup dengan kesadaran penuh akan rahasia agung ini. Kristus tidak hanya bersama kita, tetapi Dia ada di dalam kita! Biarlah kesadaran ini mengubah cara kita memandang diri sendiri dan cara kita menjalani hidup. Kita adalah bait Allah yang hidup, tempat kediaman Kristus sendiri. Dengan pengharapan akan kemuliaan ini, kita dapat menghadapi setiap hari dengan keyakinan dan sukacita, mengetahui bahwa masa depan kita terjamin dalam Kristus.

 

 

Doa respon

 

Bapa yang penuh kasih,

Terima kasih untuk rahasia-Mu yang ajaib - Kristus yang tinggal dalam kami. Betapa berharganya kami di mata-Mu hingga Engkau memilih untuk berdiam dalam hidup kami. Tolong kami untuk hidup dengan kesadaran akan kehadiran-Mu setiap hari. Biarlah hidup kami mencerminkan kemuliaan-Mu dan menjadi saksi dari pengharapan yang kami miliki dalam Kristus.

Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa, Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Jumat, 22 November 2024

Penatalayanan yang Setia


https://youtu.be/thdmKN_Dp0A

 

Penatalayanan yang Setia

 

Kol 1:25  Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu,

 

"Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu" - Kolose 1:25

Dalam dunia yang penuh dengan pesan-pesan yang saling bertentangan, betapa pentingnya memiliki penatalayan yang setia terhadap kebenaran. Paulus menunjukkan kepada kita model pelayanan yang bukan berasal dari ambisi pribadi, melainkan dari panggilan ilahi yang jelas. Ia memahami bahwa tugasnya bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi membagikan seluruh kebenaran firman Allah tanpa mengurangi atau menambahkan.

Sering kali kita tergoda untuk memilih-milih bagian firman Tuhan yang lebih "nyaman" atau yang lebih mudah diterima oleh telinga pendengar. Kita mungkin menghindari topik-topik yang menantang atau mengabaikan bagian-bagian yang menuntut perubahan hidup yang radikal. Namun, Paulus mengingatkan kita bahwa sebagai pelayan Kristus, kita dipanggil untuk setia menyampaikan keseluruhan firman Allah.

Penatalayanan ini bukan tugas yang ringan. Ini membutuhkan keberanian untuk berbicara kebenaran, bahkan ketika tidak populer. Ini memerlukan kebijaksanaan untuk mengajar dengan tepat, dan kerendahan hati untuk mengakui bahwa kita adalah hamba yang melayani demi kemuliaan Allah, bukan demi pengakuan manusia.

Setiap orang percaya, dalam kapasitasnya masing-masing, dipanggil menjadi penatalayan firman Allah. Entah sebagai orang tua yang mengajar anak-anaknya, sebagai guru sekolah minggu, atau sekadar dalam percakapan sehari-hari dengan teman, kita dipercayakan untuk membagikan kebenaran Injil dengan utuh dan setia.

Mari kita memeriksa diri: Sudahkah kita setia menyampaikan firman Allah dengan sepenuhnya? Atau kita justru memilih jalan yang mudah dengan hanya membagikan bagian-bagian yang menyenangkan saja? Kiranya Tuhan memberi kita keberanian dan hikmat untuk menjadi penatalayan yang setia, yang tidak takut menyatakan seluruh kebenaran firman-Nya, sambil tetap mempertahankan kasih dan belas kasihan dalam pelayanan kita.

 

Doa Respon

 

Tuhan yang setia, kami bersyukur atas kepercayaan-Mu menjadikan kami penatalayan firman-Mu. Berikan kami keberanian untuk menyampaikan kebenaran-Mu sepenuhnya, tanpa takut atau memilih-milih. Penuhi kami dengan hikmat dan kasih, agar setiap kata yang kami sampaikan membawa kemuliaan bagi-Mu dan mengubahkan hidup. Jadikan kami pelayan yang setia, mencerminkan kasih Kristus dalam perkataan dan perbuatan kami. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Rabu, 20 November 2024

Berakar dalam Pengharapan


https://youtu.be/sPw3QQZBDMk

 

Berakar dalam Pengharapan

 

Kol 1:23  Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

 

Kolose 1:23 merupakan panggilan bagi kita untuk berakar kuat dalam iman Kristen: "Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya."

Paulus, setelah menjelaskan keagungan pendamaian di dalam Kristus, kini menekankan pentingnya ketekunan. Iman bukanlah sekedar penerimaan awal, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan keteguhan hati. Kita harus "bertekun dalam iman," berakar kuat di dalam Kristus, agar tidak terombang-ambing oleh badai pencobaan dan ajaran sesat.

Ia juga mengingatkan kita untuk "tetap teguh dan tidak bergoncang." Dunia ini penuh dengan godaan dan tekanan yang dapat menggoyahkan iman kita. Kita harus berdiri teguh di atas dasar kebenaran Firman Tuhan, tidak mudah terpengaruh oleh arus dunia. Keteguhan ini lahir dari pemahaman yang mendalam akan Injil dan keyakinan yang teguh akan janji-janji Allah.

Paulus kemudian menyoroti "pengharapan Injil." Pengharapan ini bukanlah angan-angan kosong, melainkan keyakinan yang kokoh akan keselamatan kekal di dalam Kristus. Pengharapan ini menjadi jangkar jiwa kita, memberikan kekuatan dan penghiburan di tengah badai kehidupan. Kita tidak boleh membiarkan pengharapan ini direnggut oleh keputusasaan atau tawaran dunia yang fana.

Selanjutnya, Paulus menegaskan universalitas Injil, "yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit." Injil bukanlah pesan eksklusif, melainkan kabar baik bagi seluruh umat manusia. Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari misi Allah, menyampaikan kabar baik ini kepada dunia yang membutuhkan pengharapan.

Akhirnya, Paulus merendahkan dirinya sebagai "pelayan Injil." Meskipun seorang rasul yang berpengaruh, ia menganggap dirinya sebagai hamba yang setia, bertanggung jawab untuk memberitakan kebenaran. Teladan Paulus mengingatkan kita bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk melayani, menggunakan karunia dan talenta yang diberikan Allah untuk memajukan Kerajaan-Nya.

Marilah kita merenungkan panggilan ini untuk bertekun dalam iman, teguh dan tidak bergoncang, berpegang teguh pada pengharapan Injil. Kiranya hidup kita menjadi kesaksian yang nyata akan kuasa transformatif Injil dan menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita.

 

 

Doa Respon:

 

Ya Bapa, teguhkanlah iman kami agar berakar kuat dalam pengharapan Injil. Mampukan kami untuk teguh dan tidak bergoncang di tengah badai kehidupan, serta setia memberitakan kabar baik keselamatan kepada dunia. Jadikanlah kami pelayan-pelayan Injil yang setia, seperti Paulus, hingga Engkau dimuliakan. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Selasa, 19 November 2024

Dipulihkan untuk Kekudusan


https://youtu.be/juSw87XeGH8

 

Dipulihkan untuk Kekudusan

 

Kol 1:22  sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

 

 

Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa Kristus harus mati dalam wujud manusia? Kolose 1:22 memberi kita jawaban yang mendalam: "sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya."

 

Allah memilih jalan yang luar biasa untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya. Dia tidak melakukannya dari kejauhan atau hanya melalui dekrit ilahi. Sebaliknya, Allah memilih untuk masuk ke dalam dunia kita melalui Kristus dalam tubuh jasmani. Yesus merasakan apa yang kita rasakan – kelemahan, godaan, dan penderitaan manusiawi – namun tetap tanpa dosa.

 

Kematian-Nya di kayu salib bukanlah sekadar simbol atau contoh pengorbanan. Ini adalah tindakan pendamaian yang nyata dan konkret. Melalui tubuh jasmani-Nya yang tersalib, Kristus membuka jalan bagi kita untuk diperdamaikan dengan Allah. Yang mengagumkan, tujuan pendamaian ini bukan hanya pengampunan dosa, tetapi transformasi total: untuk membuat kita "kudus dan tak bercela dan tak bercacat."

 

Bayangkan! Allah tidak puas hanya dengan menghapus catatan dosa kita. Dia ingin memulihkan kita ke kondisi yang bahkan lebih baik dari sebelum kejatuhan – kondisi kudus, tak bercela, dan tak bercacat. Ini seperti restorasi sebuah lukisan kuno yang tidak hanya membersihkan noda-nodanya, tetapi juga memulihkan keindahan aslinya, bahkan membuatnya lebih cemerlang dari sebelumnya.

 

Kekudusan ini bukan sekadar status legal di hadapan Allah. Ini adalah panggilan untuk hidup berbeda, untuk mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali kita tergoda untuk kembali ke cara hidup lama, kita perlu mengingat harga mahal yang telah dibayar untuk mengubah status kita.

 

Mari kita hidup sesuai dengan identitas baru kita – orang-orang yang telah diperdamaikan dan dikuduskan melalui pengorbanan Kristus. Biarlah setiap pilihan dan tindakan kita mencerminkan status kita yang kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Nya.

 

Doa Respon

 

Bapa Surgawi, terima kasih atas anugerah pendamaian yang luar biasa melalui tubuh jasmani Kristus. Kami kagum akan kasih-Mu yang rela berkorban di kayu salib, memulihkan kami kepada kekudusan. Mampukan kami untuk hidup seturut dengan identitas baru kami di dalam Kristus, kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Mu. Arahkan langkah kami agar setiap tindakan mencerminkan kemuliaan-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Senin, 18 November 2024

Dari Musuh Menjadi Sahabat


 

https://youtu.be/q4Ra0zZ7iY8

 

Dari Musuh Menjadi Sahabat

 

Kol 1:21  Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

 

 

Pernahkah kita benar-benar merenungkan kondisi kita sebelum mengenal Kristus? Paulus dalam Kolose 1:21 memberikan gambaran yang mengejutkan: kita dahulu "hidup jauh dari Allah dan memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran." Gambaran ini mungkin terasa tidak nyaman, tetapi inilah realitas yang perlu kita akui dengan jujur.

 

Keterasingan dari Allah bukanlah sekadar jarak fisik, melainkan kondisi spiritual yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita. Seperti anak yang hilang yang pergi jauh dari rumah bapanya, kita pun pernah hidup tersesat, jauh dari hadirat Allah. Yang lebih menyedihkan, kita bahkan aktif memusuhi-Nya – bukan hanya dalam tindakan, tetapi juga dalam hati dan pikiran kita.

 

Permusuhan ini tampak dalam berbagai bentuk. Kadang melalui penolakan terang-terangan terhadap Allah, kadang melalui sikap acuh tak acuh terhadap-Nya. Bahkan saat kita mencoba menjadi "orang baik", tanpa Kristus, hati kita tetap memberontak melawan otoritas-Nya. Perbuatan-perbuatan jahat kita hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam: hati yang rusak dan memusuhi Allah.

 

Namun kabar baiknya, Allah tidak membiarkan kita dalam kondisi ini. Dia mengambil inisiatif untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya melalui Kristus. Bayangkan, Allah yang kita musuhi justru mengulurkan tangan pendamaian! Dia mengubah status kita dari musuh menjadi sahabat, dari orang asing menjadi anak-anak-Nya sendiri.

 

Transformasi ini seharusnya membuat kita takjub setiap hari. Kita yang dulunya aktif memusuhi Allah, kini dipanggil untuk aktif mengasihi-Nya. Pikiran yang dulu menolak Allah kini dapat mengenal dan menikmati kebenaran-Nya. Hati yang dulu memberontak kini dapat merasakan sukacita dalam persekutuan dengan-Nya.

 

Mari kita rayakan kasih karunia Allah yang luar biasa ini dengan hidup yang mencerminkan status baru kita sebagai sahabat-Nya. Biarlah setiap aspek hidup kita – pikiran, perkataan, dan perbuatan – menjadi bukti nyata dari karya pendamaian-Nya yang ajaib.

 

Doa Respon

 

Bapa yang penuh kasih, kami takjub akan karya pendamaian-Mu yang ajaib. Engkau telah mengubah kami dari musuh menjadi sahabat, dari orang asing menjadi anak-anak-Mu. Ampuni kami yang sering melupakan transformasi luar biasa ini. Tolonglah kami untuk hidup sesuai status baru kami sebagai sahabat-Mu. Biarlah setiap aspek hidup kami memuliakan-Mu dan menjadi kesaksian akan kasih karunia-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, amin.

 

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Minggu, 17 November 2024

Kristus, Sang Pendamai


https://youtu.be/hm5s-FaiKiE

 

Kristus, Sang Pendamai

 

Kol 1:20  dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

 

Pernahkah kita merenungkan betapa luasnya dampak dosa? Dosa bukan hanya merusak hubungan kita dengan Allah, tetapi telah menciptakan perpecahan dalam seluruh ciptaan. Kita melihatnya dalam kerusakan alam, dalam permusuhan antar manusia, bahkan dalam ketidakharmonisan yang kita rasakan dalam diri kita sendiri.

 

Namun, kabar baiknya adalah Allah tidak membiarkan ciptaan-Nya hancur begitu saja. Melalui Kolose 1:20, kita melihat rencana pendamaian Allah yang luar biasa melalui Kristus. Pendamaian ini bersifat universal – mencakup "segala sesuatu", baik yang di bumi maupun yang di surga. Bayangkan, ketika kita memandang ke langit yang luas atau melihat keindahan alam di sekitar kita, semua itu termasuk dalam rencana pendamaian Allah.

 

Yang mengherankan adalah cara Allah mendamaikan segala sesuatu: melalui salib Kristus. Salib, alat penyiksaan yang mengerikan, justru menjadi simbol pendamaian terbesar. Di salib itulah, Kristus menumpahkan darah-Nya, bukan hanya untuk mendamaikan manusia dengan Allah, tetapi untuk memulihkan seluruh tatanan ciptaan yang telah rusak oleh dosa.

 

Hal ini memberi kita pengharapan besar. Ketika kita melihat kerusakan lingkungan, konflik antar bangsa, atau bahkan pergumulan dalam hidup kita sendiri, kita bisa berpegang pada janji bahwa Kristus sedang bekerja memulihkan segala sesuatu. Pendamaian-Nya bersifat menyeluruh dan sempurna.

 

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi bagian dari karya pendamaian ini. Kita dapat mulai dengan membawa damai dalam lingkup pengaruh kita – dalam keluarga, tempat kerja, atau komunitas. Setiap tindakan kasih dan perdamaian yang kita lakukan menjadi kesaksian akan karya pendamaian Kristus yang universal.

 

Mari kita hidup sebagai agen pendamaian, sambil menantikan penggenapan penuh dari karya Kristus, ketika seluruh ciptaan akan dipulihkan sepenuhnya dalam harmoni dengan Allah.

 

Doa Respon

 

Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas karya pendamaian-Mu melalui Kristus yang mencakup segala ciptaan. Di tengah kerusakan dunia ini, kami berpegang pada janji pemulihan-Mu yang sempurna. Ajarkan kami untuk menjadi pembawa damai dalam setiap tindakan dan perkataan kami. Kiranya hidup kami mencerminkan kasih Kristus, sehingga kami menjadi saksi dari pendamaian universal-Mu. Mampukan kami untuk menghidupi panggilan-Mu setiap hari. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)