Rabu, 18 Desember 2024

Berjaga-jaga di Tengah Arus (Kolose 2:18)


 

https://youtu.be/LLPY2XHJNXo


 

 

Kolose 2:18  Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi,

 

Jemaat Kolose menghadapi tantangan rohani yang kompleks. Bayangkan hidup di tengah gelimang ajaran, mulai dari hukum Taurat yang ketat hingga filsafat Yunani yang rumit dan mistisisme lokal yang memikat. Di tengah kebingungan ini, muncul ajaran sesat yang mencampuradukkan kebenaran dengan kepalsuan, mengancam fondasi iman mereka yang sejati: Kristus. Paulus, dalam kepeduliannya, menulis surat peringatan keras, menyoroti bahaya praktik keagamaan yang menyesatkan yang dapat merampas hadiah rohani yang telah Allah sediakan dengan cuma-cuma.

Salah satu ancaman tersebut adalah "kerendahan hati palsu." Bukannya kerendahan hati yang lahir dari pengakuan akan keterbatasan dan ketergantungan pada Allah, ini adalah topeng kesombongan. Para pengajar sesat di Kolose berpura-pura rendah hati dengan menyatakan manusia terlalu rendah untuk mendekati Allah secara langsung, lalu menawarkan malaikat sebagai perantara. Ironisnya, tindakan ini justru merendahkan karya Kristus yang sempurna, Sang Jembatan sejati antara manusia dan Allah. Mereka membangun tembok di tempat yang Kristus telah robohkan, mengganti akses langsung dengan ritual yang rumit dan tidak perlu.

Penyembahan malaikat, yang mungkin terpengaruh oleh tradisi Yahudi tertentu, juga menjadi jerat bagi jemaat Kolose. Malaikat, meskipun mulia sebagai utusan Allah, bukanlah objek penyembahan. Hanya Allah, yang diungkapkan melalui Kristus, yang layak menerima pujian dan hormat tertinggi. Dengan mengalihkan fokus kepada malaikat, jemaat Kolose berisiko kehilangan inti dari iman Kristen: Kristus sebagai satu-satunya perantara.

Lebih lanjut, Paulus memperingatkan terhadap godaan untuk mengandalkan pengalaman mistis dan penglihatan sebagai dasar iman. Pengalaman rohani memang berharga, tetapi bukan tolok ukur kebenaran. Para pengajar sesat di Kolose membanggakan penglihatan dan wahyu khusus, menciptakan hierarki spiritual dan memecah belah jemaat. Kesombongan rohani ini, yang didorong oleh pengalaman subjektif, bertolak belakang dengan kerendahan hati dan ketergantungan pada Kristus yang menjadi inti ajaran Kristen. Iman sejati, tegas Paulus, bukanlah tentang pengalaman mistis, tetapi tentang kebenaran objektif yang diungkapkan dalam Injil.

Renungan ini mengajak kita untuk introspeksi. Apakah kita, seperti jemaat Kolose, tergoda oleh ajaran yang tampak rohani tetapi sebenarnya menjauhkan kita dari Kristus? Apakah kita mengejar pengalaman rohani demi kesombongan, atau demi keintiman dengan Allah? Marilah kita berpegang teguh pada Kristus, Sang Kepala Gereja, dan menolak segala sesuatu yang mencoba menggeser posisi sentral-Nya dalam hidup kita. Kebenaran sejati ditemukan bukan dalam kerumitan ritual atau pengalaman mistis, tetapi dalam kesederhanaan Injil dan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.

 

Doa respons

 

Ya Tuhan, lindungilah kami dari ajaran-ajaran palsu yang menjauhkan kami dari-Mu. Ampuni kami jika kami tergoda oleh kesombongan rohani atau pengalaman mistis yang kosong. Teguhkan iman kami dalam Kristus, satu-satunya perantara dan jalan menuju kepada-Mu. Berikanlah kami hikmat untuk membedakan kebenaran dan tetap berpegang teguh pada Injil. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Tidak ada komentar:

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)