Kamis, 28 November 2024

Perjuangan Demi Iman yang Kuat" (Kolose 2:1)


https://youtu.be/MgLpRAkfQQw?si=0NgPRICR1bvh-D_y

Perjuangan Demi Iman yang Kuat" (Kolose 2:1)


Kol 2:1  Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi,



Pernahkah Anda merasa peduli terhadap seseorang yang belum pernah Anda temui? Inilah hati Paulus dalam Kolose 2:1, ketika ia berkata, “Karena aku ingin, supaya kamu tahu, betapa hebat perjuanganku untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semua orang yang belum mengenal aku secara pribadi.” Ayat ini menggambarkan dedikasi Paulus, yang tidak hanya melayani jemaat yang ia kenal, tetapi juga mereka yang jauh dari jangkauannya.

1. Perjuangan yang Melampaui Jarak
Kata “perjuangan” yang digunakan Paulus berasal dari bahasa Yunani agon, yang menggambarkan usaha intensif seperti seorang atlet atau prajurit. Perjuangan Paulus tidak bersifat fisik, tetapi rohani. Ia berjuang melalui doa, pengajaran, dan kepedulian untuk memastikan jemaat tetap teguh dalam iman, meskipun ia tidak hadir secara fisik. Ini menunjukkan bahwa pelayanan sejati tidak dibatasi oleh jarak, melainkan ditentukan oleh hati yang penuh kasih.

2. Kepedulian terhadap Jemaat yang Belum Dikenal
Paulus tidak hanya peduli pada jemaat yang ia bangun, tetapi juga mereka yang belum pernah bertemu dengannya. Ia memahami bahwa setiap orang percaya adalah bagian dari tubuh Kristus, dan tugasnya adalah menjaga kesatuan dan kekuatan rohani mereka. Ini menjadi teladan bagi kita untuk memiliki hati yang luas dalam pelayanan, di mana kita mendoakan dan mendukung saudara seiman di mana pun mereka berada.

3. Doa sebagai Bagian dari Perjuangan
Paulus berjuang dalam doa yang terus-menerus, memohon agar Allah menguatkan jemaat, melindungi mereka dari ajaran sesat, dan memberi hikmat untuk memahami kebenaran sejati di dalam Kristus. Perjuangan ini menunjukkan bahwa pelayanan tidak hanya membutuhkan kerja keras, tetapi juga ketergantungan penuh pada Tuhan melalui doa.

4. Tujuan Perjuangan Paulus
Paulus ingin jemaat bersatu dalam kasih dan memiliki pengertian penuh tentang Kristus. Ia menekankan bahwa segala kebijaksanaan dan pengetahuan sejati ada di dalam Kristus, bukan dalam ajaran-ajaran yang menyesatkan. Hal ini relevan bagi kita untuk terus berpegang pada kebenaran Injil dan tidak tergoda oleh kebijaksanaan dunia yang tampak menarik.

Doa:

Tuhan, ajar kami memiliki hati seperti Paulus, yang berjuang bagi saudara seiman dengan kasih dan doa. Berikan kami hikmat untuk tetap teguh dalam kebenaran-Mu dan menjadi berkat bagi tubuh Kristus. Amin.


Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 27 November 2024

"Berjuang dengan Kekuatan Tuhan" (Kolose 1:29)


 

https://youtu.be/bbgSpD7WYN8

 

"Berjuang dengan Kekuatan Tuhan" (Kolose 1:29)

 

Kol 1:29  Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

 

 

Pernahkah Anda merasa lelah ketika berusaha menjalani panggilan Tuhan? Mungkin Anda melayani di gereja, bekerja keras untuk keluarga, atau menjaga iman di tengah dunia yang penuh tantangan. Rasul Paulus memahami perasaan itu. Dalam suratnya, ia berkata, “Itulah sebabnya aku berjerih lelah dan berjuang menurut kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” Kata-kata ini menunjukkan semangat yang luar biasa dalam melayani Tuhan, tetapi juga mengingatkan bahwa kekuatan untuk melayani datang dari Allah, bukan diri kita sendiri.

 

1. Kerja Keras yang Berbuah Kekal

Paulus menggunakan istilah “berjerih lelah” untuk menggambarkan usaha berat yang ia lakukan dalam pelayanan. Ia tidak hanya berkhotbah atau mengajar, tetapi juga menghadapi bahaya perjalanan, penganiayaan, dan bahkan pemenjaraan. Namun, Paulus memahami bahwa kerja kerasnya bukanlah sia-sia, karena ia berjuang untuk membawa jemaat kepada kedewasaan rohani. Dalam hidup kita, apakah kita berusaha sepenuh hati dalam panggilan yang Tuhan percayakan kepada kita?

 

2. Perjuangan dengan Ketekunan

Kata “berjuang” yang digunakan Paulus berasal dari kata Yunani agonizomai, yang menggambarkan perjuangan seperti seorang atlet dalam pertandingan. Hidup sebagai orang percaya memang seperti perlombaan atau peperangan rohani. Paulus menghadapi ajaran sesat, serangan dari luar, dan pergumulan batin. Namun, ia tetap maju dengan ketekunan, karena ia tahu bahwa Tuhan adalah sumber kekuatannya.

 

3. Kuasa Tuhan yang Menopang

Paulus menyadari bahwa semua usahanya tidak mungkin berhasil tanpa kuasa Tuhan. Ia berkata bahwa kekuatan Allah bekerja dengan kuat di dalam dirinya. Ini menjadi pelajaran bagi kita: meskipun kita harus bekerja keras, keberhasilan sejati dalam pelayanan atau kehidupan hanya mungkin terjadi jika kita bersandar pada Tuhan. Dalam kelemahan kita, kuasa Allah menjadi sempurna (2 Korintus 12:9).

 

Penutup

Renungan ini mengingatkan kita bahwa pelayanan yang sejati membutuhkan kerja keras, ketekunan, dan pengorbanan. Namun, semua itu hanya akan membawa hasil yang kekal jika dilakukan dalam kuasa Tuhan. Saat Anda merasa lelah atau putus asa, ingatlah bahwa Tuhan menyediakan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan.

 

Doa:

Tuhan, mampukan saya untuk berjerih lelah dan berjuang dalam panggilanku dengan kuasa-Mu. Berikan saya ketekunan untuk tetap setia dan keyakinan bahwa Engkau menopangku di setiap langkah. Amin.

 

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Selasa, 26 November 2024

Melayani dengan Tujuan yang Jelas" (Kolose 1:28)


https://youtu.be/32JX2L5T4As

 

 

"Melayani dengan Tujuan yang Jelas" (Kolose 1:28)

 

Kol 1:28  Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

 

Pernahkah Anda mengamati seorang guru yang luar biasa? Mereka tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga peduli akan perkembangan setiap muridnya. Mereka memperingatkan dengan kasih saat murid melakukan kesalahan dan mengajar dengan sabar hingga murid benar-benar memahami. Inilah gambaran yang mirip dengan hati Paulus dalam pelayanannya.

Dalam Kolose 1:28, kita melihat bagaimana Paulus menjalankan pelayanannya dengan tujuan yang jelas: "Dialah yang kami beritakan, dengan memperingatkan setiap orang dan mengajar setiap orang dalam segala hikmat, untuk memimpin setiap orang kepada kesempurnaan di dalam Kristus." Fokusnya sederhana namun mendalam - memberitakan Kristus dan membawa setiap orang pada kedewasaan rohani.

Perhatikan kata "setiap orang" yang diulang tiga kali dalam ayat ini. Bagi Paulus, tidak ada yang terlalu muda atau terlalu tua, terlalu bijak atau terlalu sederhana untuk bertumbuh dalam Kristus. Setiap jiwa berharga dan memiliki potensi untuk mencapai kedewasaan rohani. Sungguh sebuah pandangan yang mengubah cara kita melihat orang lain!

Pelayanan Paulus mencakup dua aspek penting: memperingatkan dan mengajar. Seperti orang tua yang mengasihi anaknya, ia tidak ragu untuk memperingatkan jika ada bahaya, namun juga dengan sabar mengajar dalam hikmat Allah. Tujuannya bukan untuk menghakimi, melainkan untuk membimbing setiap orang menuju kesempurnaan dalam Kristus.

Hari ini, mari kita mengevaluasi hidup kita. Sudahkah kita bertumbuh menuju kedewasaan rohani? Bagi yang telah dipercayakan untuk melayani, sudahkah kita memiliki hati seperti Paulus - yang tidak puas dengan pertumbuhan yang dangkal tetapi rindu melihat setiap orang mencapai potensi penuh mereka dalam Kristus? Ingatlah, kedewasaan rohani bukanlah tujuan yang mustahil, tetapi sebuah proses yang terjadi saat kita terus fokus pada Kristus dan membiarkan-Nya mengubah hidup kita setiap hari.

 

Doa respon

 

Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas teladan Paulus yang rindu membawa setiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Berikan kami hati yang tulus untuk memperingatkan dengan kasih dan mengajar dengan hikmat-Mu. Jadikan kami pelayan-Mu yang sabar, setia, dan penuh kasih, agar setiap jiwa yang kami layani dapat bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Mampukan kami untuk senantiasa fokus pada Kristus dalam hidup kami. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Senin, 25 November 2024

Rahasia Yang Tak Lagi Tersembunyi" (Kolose 1:27)



https://youtu.be/QxBTsg12X1Q

 

"Rahasia Yang Tak Lagi Tersembunyi" (Kolose 1:27)

 

 

Kol 1:27 Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!

 

Pernahkah saudara merasa penasaran dengan sebuah rahasia yang dijaga rapat? Biasanya, rahasia membuat kita gelisah dan ingin mengetahuinya. Namun dalam Kolose 1:27, Paulus berbicara tentang sebuah rahasia yang justru Allah ingin bagikan kepada semua orang: "Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!"

Sungguh luar biasa bahwa Allah yang Maha Kuasa memilih untuk membagikan rahasia-Nya kepada kita. Rahasia ini bukanlah seperti resep masakan yang disembunyikan atau formula bisnis yang dirahasiakan. Ini adalah rahasia terbesar sepanjang masa: Allah sendiri, melalui Kristus, memilih untuk tinggal di dalam diri setiap orang percaya.

Bayangkan sejenak - Sang Pencipta alam semesta, Yang Mahakuasa, memilih untuk berdiam dalam hidup kita. Ini bukan sekadar kehadiran simbolis, melainkan kehadiran nyata yang mengubahkan. Ketika Kristus ada di dalam kita, kita memiliki pengharapan yang pasti akan kemuliaan. Pengharapan ini bukanlah harapan kosong atau angan-angan belaka, melainkan jaminan yang pasti akan masa depan yang mulia bersama-Nya.

Kehadiran Kristus dalam hidup kita memberi makna baru pada setiap aspek kehidupan. Saat kita menghadapi tantangan, kita tidak menghadapinya sendiri - Kristus ada di dalam kita. Saat kita merasa lemah, kita dapat mengandalkan kekuatan-Nya. Saat kita merasa tidak layak, kita diingatkan bahwa nilai kita tidak terletak pada apa yang kita lakukan, tetapi pada siapa yang tinggal di dalam kita.

Hari ini, marilah kita hidup dengan kesadaran penuh akan rahasia agung ini. Kristus tidak hanya bersama kita, tetapi Dia ada di dalam kita! Biarlah kesadaran ini mengubah cara kita memandang diri sendiri dan cara kita menjalani hidup. Kita adalah bait Allah yang hidup, tempat kediaman Kristus sendiri. Dengan pengharapan akan kemuliaan ini, kita dapat menghadapi setiap hari dengan keyakinan dan sukacita, mengetahui bahwa masa depan kita terjamin dalam Kristus.

 

 

Doa respon

 

Bapa yang penuh kasih,

Terima kasih untuk rahasia-Mu yang ajaib - Kristus yang tinggal dalam kami. Betapa berharganya kami di mata-Mu hingga Engkau memilih untuk berdiam dalam hidup kami. Tolong kami untuk hidup dengan kesadaran akan kehadiran-Mu setiap hari. Biarlah hidup kami mencerminkan kemuliaan-Mu dan menjadi saksi dari pengharapan yang kami miliki dalam Kristus.

Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa, Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Jumat, 22 November 2024

Penatalayanan yang Setia


https://youtu.be/thdmKN_Dp0A

 

Penatalayanan yang Setia

 

Kol 1:25  Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu,

 

"Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu" - Kolose 1:25

Dalam dunia yang penuh dengan pesan-pesan yang saling bertentangan, betapa pentingnya memiliki penatalayan yang setia terhadap kebenaran. Paulus menunjukkan kepada kita model pelayanan yang bukan berasal dari ambisi pribadi, melainkan dari panggilan ilahi yang jelas. Ia memahami bahwa tugasnya bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi membagikan seluruh kebenaran firman Allah tanpa mengurangi atau menambahkan.

Sering kali kita tergoda untuk memilih-milih bagian firman Tuhan yang lebih "nyaman" atau yang lebih mudah diterima oleh telinga pendengar. Kita mungkin menghindari topik-topik yang menantang atau mengabaikan bagian-bagian yang menuntut perubahan hidup yang radikal. Namun, Paulus mengingatkan kita bahwa sebagai pelayan Kristus, kita dipanggil untuk setia menyampaikan keseluruhan firman Allah.

Penatalayanan ini bukan tugas yang ringan. Ini membutuhkan keberanian untuk berbicara kebenaran, bahkan ketika tidak populer. Ini memerlukan kebijaksanaan untuk mengajar dengan tepat, dan kerendahan hati untuk mengakui bahwa kita adalah hamba yang melayani demi kemuliaan Allah, bukan demi pengakuan manusia.

Setiap orang percaya, dalam kapasitasnya masing-masing, dipanggil menjadi penatalayan firman Allah. Entah sebagai orang tua yang mengajar anak-anaknya, sebagai guru sekolah minggu, atau sekadar dalam percakapan sehari-hari dengan teman, kita dipercayakan untuk membagikan kebenaran Injil dengan utuh dan setia.

Mari kita memeriksa diri: Sudahkah kita setia menyampaikan firman Allah dengan sepenuhnya? Atau kita justru memilih jalan yang mudah dengan hanya membagikan bagian-bagian yang menyenangkan saja? Kiranya Tuhan memberi kita keberanian dan hikmat untuk menjadi penatalayan yang setia, yang tidak takut menyatakan seluruh kebenaran firman-Nya, sambil tetap mempertahankan kasih dan belas kasihan dalam pelayanan kita.

 

Doa Respon

 

Tuhan yang setia, kami bersyukur atas kepercayaan-Mu menjadikan kami penatalayan firman-Mu. Berikan kami keberanian untuk menyampaikan kebenaran-Mu sepenuhnya, tanpa takut atau memilih-milih. Penuhi kami dengan hikmat dan kasih, agar setiap kata yang kami sampaikan membawa kemuliaan bagi-Mu dan mengubahkan hidup. Jadikan kami pelayan yang setia, mencerminkan kasih Kristus dalam perkataan dan perbuatan kami. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Rabu, 20 November 2024

Berakar dalam Pengharapan


https://youtu.be/sPw3QQZBDMk

 

Berakar dalam Pengharapan

 

Kol 1:23  Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

 

Kolose 1:23 merupakan panggilan bagi kita untuk berakar kuat dalam iman Kristen: "Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya."

Paulus, setelah menjelaskan keagungan pendamaian di dalam Kristus, kini menekankan pentingnya ketekunan. Iman bukanlah sekedar penerimaan awal, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan keteguhan hati. Kita harus "bertekun dalam iman," berakar kuat di dalam Kristus, agar tidak terombang-ambing oleh badai pencobaan dan ajaran sesat.

Ia juga mengingatkan kita untuk "tetap teguh dan tidak bergoncang." Dunia ini penuh dengan godaan dan tekanan yang dapat menggoyahkan iman kita. Kita harus berdiri teguh di atas dasar kebenaran Firman Tuhan, tidak mudah terpengaruh oleh arus dunia. Keteguhan ini lahir dari pemahaman yang mendalam akan Injil dan keyakinan yang teguh akan janji-janji Allah.

Paulus kemudian menyoroti "pengharapan Injil." Pengharapan ini bukanlah angan-angan kosong, melainkan keyakinan yang kokoh akan keselamatan kekal di dalam Kristus. Pengharapan ini menjadi jangkar jiwa kita, memberikan kekuatan dan penghiburan di tengah badai kehidupan. Kita tidak boleh membiarkan pengharapan ini direnggut oleh keputusasaan atau tawaran dunia yang fana.

Selanjutnya, Paulus menegaskan universalitas Injil, "yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit." Injil bukanlah pesan eksklusif, melainkan kabar baik bagi seluruh umat manusia. Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari misi Allah, menyampaikan kabar baik ini kepada dunia yang membutuhkan pengharapan.

Akhirnya, Paulus merendahkan dirinya sebagai "pelayan Injil." Meskipun seorang rasul yang berpengaruh, ia menganggap dirinya sebagai hamba yang setia, bertanggung jawab untuk memberitakan kebenaran. Teladan Paulus mengingatkan kita bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk melayani, menggunakan karunia dan talenta yang diberikan Allah untuk memajukan Kerajaan-Nya.

Marilah kita merenungkan panggilan ini untuk bertekun dalam iman, teguh dan tidak bergoncang, berpegang teguh pada pengharapan Injil. Kiranya hidup kita menjadi kesaksian yang nyata akan kuasa transformatif Injil dan menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita.

 

 

Doa Respon:

 

Ya Bapa, teguhkanlah iman kami agar berakar kuat dalam pengharapan Injil. Mampukan kami untuk teguh dan tidak bergoncang di tengah badai kehidupan, serta setia memberitakan kabar baik keselamatan kepada dunia. Jadikanlah kami pelayan-pelayan Injil yang setia, seperti Paulus, hingga Engkau dimuliakan. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Selasa, 19 November 2024

Dipulihkan untuk Kekudusan


https://youtu.be/juSw87XeGH8

 

Dipulihkan untuk Kekudusan

 

Kol 1:22  sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

 

 

Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa Kristus harus mati dalam wujud manusia? Kolose 1:22 memberi kita jawaban yang mendalam: "sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya."

 

Allah memilih jalan yang luar biasa untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya. Dia tidak melakukannya dari kejauhan atau hanya melalui dekrit ilahi. Sebaliknya, Allah memilih untuk masuk ke dalam dunia kita melalui Kristus dalam tubuh jasmani. Yesus merasakan apa yang kita rasakan – kelemahan, godaan, dan penderitaan manusiawi – namun tetap tanpa dosa.

 

Kematian-Nya di kayu salib bukanlah sekadar simbol atau contoh pengorbanan. Ini adalah tindakan pendamaian yang nyata dan konkret. Melalui tubuh jasmani-Nya yang tersalib, Kristus membuka jalan bagi kita untuk diperdamaikan dengan Allah. Yang mengagumkan, tujuan pendamaian ini bukan hanya pengampunan dosa, tetapi transformasi total: untuk membuat kita "kudus dan tak bercela dan tak bercacat."

 

Bayangkan! Allah tidak puas hanya dengan menghapus catatan dosa kita. Dia ingin memulihkan kita ke kondisi yang bahkan lebih baik dari sebelum kejatuhan – kondisi kudus, tak bercela, dan tak bercacat. Ini seperti restorasi sebuah lukisan kuno yang tidak hanya membersihkan noda-nodanya, tetapi juga memulihkan keindahan aslinya, bahkan membuatnya lebih cemerlang dari sebelumnya.

 

Kekudusan ini bukan sekadar status legal di hadapan Allah. Ini adalah panggilan untuk hidup berbeda, untuk mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali kita tergoda untuk kembali ke cara hidup lama, kita perlu mengingat harga mahal yang telah dibayar untuk mengubah status kita.

 

Mari kita hidup sesuai dengan identitas baru kita – orang-orang yang telah diperdamaikan dan dikuduskan melalui pengorbanan Kristus. Biarlah setiap pilihan dan tindakan kita mencerminkan status kita yang kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Nya.

 

Doa Respon

 

Bapa Surgawi, terima kasih atas anugerah pendamaian yang luar biasa melalui tubuh jasmani Kristus. Kami kagum akan kasih-Mu yang rela berkorban di kayu salib, memulihkan kami kepada kekudusan. Mampukan kami untuk hidup seturut dengan identitas baru kami di dalam Kristus, kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Mu. Arahkan langkah kami agar setiap tindakan mencerminkan kemuliaan-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)