Kamis, 17 September 2020
Being or Doing
Yun 4:2-3 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: "Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. (3) Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup."
Pelayanan berhasil, tetapi sang pelayan sendiri ingin mati. Mengapa sampai Yunus ingin mati? Padahal persoalannya sederhana sekali. Orang bertobat, koq dia pengen mati? Ada penafsiran yang mengatakan bahwa Yunus merasa malu, karena berita penghukuman Allah yang disampaikannya ternyata tidak terjadi, sebab bangsa Niniwe bertobat. Yunus egois sekali dalam hidup dan pelayannya. Dia bukan melayani lagi Tuhan tetapi melayani diri sendiri.
Disini kita belajar, bahwa pelayanan adalah being bukan sekedar doing. Mengatakan diri sebagai seorang pelayan Tuhan serta melakukan berbagai perbuatan (doing) dan kegiatan rohani, memang tidaklah terlalu sulit. Namun, hal itu tidak menjamin keberadaan (being) orang tersebut. Inilah yang dilakukan oleh Yunus. Dia melakukan doing, penginjilan, namun tidak menjamin keberadaannya sebagai seorang penginjil . Yunus hanya melihat penginjilan kepada bangsa niniwe adalah kewajiban. Setelah selesai, bereslah kewajibannya. Kewajiban pasti berakhir, sedangkan Pelayanan tak bernah berakhir.
Doa
Ya Tuhan, kiranya orang-orang yang kami layani itu tertulis di dalam hati kami. Tuntunlah kami melayani bukan karena sekedar sebuah kewajiban, tetapi karena kasih ada di dalam hati kami
Pdt. Johannis Trisfant
Tidak ada komentar:
Posting Komentar