Selasa, 30 Juni 2020

Rabu, 1 Juli 2020 

Prosesi datang dan pergi (Pkh 1: 2-4)


Pkh 1:2-4 Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. (3) Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari? (4) Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.


Ketika kita berpikir tentang generasi berikutnya, maka biasanya kita berpikir dalam hal kemajuan: Anak-anak kita adalah masa depan kita. Mereka akan dapat mencapai hal-hal yang melampaui apa pun yang kita pernah capai. Generasi penerus adalah harapan kita. Tetapi pengkotbah mengambil pandangan suram, dimana dia mengatakan generasi datang dan pergi, Satu generasi mungkin meningkat dalam pencapaian, tetapi pada saat yang sama generasi yang lain sedang sekarat dan siap-siap meninggalkan dunia ini. Lalu generasi muda ini akan menjadi generasi yang lebih tua, dan kemudian akan ada generasi setelah itu. Itu selalu sama. Dan apakah yang tetap ada? Bumi. Bumi tetap ada ditengah-tengah lahir dan matinya manusia . Dunia itu sendiri tetap sama. Tidak pernah ada kemajuan. Munculnya setiap generasi memberi kesan bahwa ada sesuatu yang terjadi, tapi sesungguhnya tidak ada kemajuan. Yang nampak hanyalah prosesi datang dan pergi yang tak berujung. Lahir dan mati yang kelihatannya tak berujung. 


Tahun 1960 an yang lalu kita lahir. Papa kita masih muda dan kuat. Tahun demi tahun berjalan. Papa kita menjadi tua,, kemudian mati. Lalu kita punya anak, dan seiring waktu, kita diproses menjadi tua dimana suatu waktu kita juga akan mati. Lalu anak kita melanjutkan kehidupan di dunia. Lalu dia akan menikah, punya anak, lalu dia juga akan menjjadi tua dan mati. Hidup kita ini sebuah prosesi lahir dan mati, datang dan pergi. Prosesi rumah bersalin dan rumah duka. Lahir, sakit…mati…..inilah prosesi yang manusia terus menerus jalani. 


Bergidik memikirkan ini. Dan bumi tetap ada. Dunia adalah tempat yang sangat berulang-ulang. Tidak ada yang berubah. Jadi apa untungnya? Apa yang kita peroleh? Jerome mengatakan, "Hal yang sia sia adalah bumi, yang dibuat untuk manusia, tetapi manusia sendiri, para penguasa bumi, larut ke dalam debu"


Pikirkanlah hidup kita. Apa yang bisa kita lakukan selama masih ada waktu. Kita sedang berada dalam sebuah prosesi. Berhentilah sejenak memikirkan akan hal ini. Dan ubahlah prioritas saudara 

Doa 

Tuhan, kami tahu betapa fananya hidup kami dan suatu waktu kami akan berlalu. Berikanlah kepada kami hati yang bijaksana untuk melihat semua ini dan menyikapinya sesegera mungkin. Kami ingin agar hidup kami menjadi berkat bagi banyak orang 

Pdt. Yohannis Trisfant 

Tidak ada komentar: