Dari Musuh Menjadi Sahabat
Kol 1:21 Juga kamu yang dahulu hidup jauh
dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari
perbuatanmu yang jahat,
Pernahkah kita benar-benar merenungkan kondisi
kita sebelum mengenal Kristus? Paulus dalam Kolose 1:21 memberikan gambaran
yang mengejutkan: kita dahulu "hidup jauh dari Allah dan memusuhi-Nya
dalam hati dan pikiran." Gambaran ini mungkin terasa tidak nyaman, tetapi
inilah realitas yang perlu kita akui dengan jujur.
Keterasingan dari Allah bukanlah sekadar jarak
fisik, melainkan kondisi spiritual yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan
kita. Seperti anak yang hilang yang pergi jauh dari rumah bapanya, kita pun
pernah hidup tersesat, jauh dari hadirat Allah. Yang lebih menyedihkan, kita
bahkan aktif memusuhi-Nya – bukan hanya dalam tindakan, tetapi juga dalam hati
dan pikiran kita.
Permusuhan ini tampak dalam berbagai bentuk.
Kadang melalui penolakan terang-terangan terhadap Allah, kadang melalui sikap
acuh tak acuh terhadap-Nya. Bahkan saat kita mencoba menjadi "orang
baik", tanpa Kristus, hati kita tetap memberontak melawan otoritas-Nya.
Perbuatan-perbuatan jahat kita hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam:
hati yang rusak dan memusuhi Allah.
Namun kabar baiknya, Allah tidak membiarkan
kita dalam kondisi ini. Dia mengambil inisiatif untuk mendamaikan kita dengan
diri-Nya melalui Kristus. Bayangkan, Allah yang kita musuhi justru mengulurkan
tangan pendamaian! Dia mengubah status kita dari musuh menjadi sahabat, dari
orang asing menjadi anak-anak-Nya sendiri.
Transformasi ini seharusnya membuat kita takjub
setiap hari. Kita yang dulunya aktif memusuhi Allah, kini dipanggil untuk aktif
mengasihi-Nya. Pikiran yang dulu menolak Allah kini dapat mengenal dan
menikmati kebenaran-Nya. Hati yang dulu memberontak kini dapat merasakan
sukacita dalam persekutuan dengan-Nya.
Mari kita rayakan kasih karunia Allah yang luar
biasa ini dengan hidup yang mencerminkan status baru kita sebagai sahabat-Nya.
Biarlah setiap aspek hidup kita – pikiran, perkataan, dan perbuatan – menjadi
bukti nyata dari karya pendamaian-Nya yang ajaib.
Doa Respon
Bapa yang penuh kasih, kami takjub akan karya
pendamaian-Mu yang ajaib. Engkau telah mengubah kami dari musuh menjadi
sahabat, dari orang asing menjadi anak-anak-Mu. Ampuni kami yang sering
melupakan transformasi luar biasa ini. Tolonglah kami untuk hidup sesuai status
baru kami sebagai sahabat-Mu. Biarlah setiap aspek hidup kami memuliakan-Mu dan
menjadi kesaksian akan kasih karunia-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, amin.
Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung