Rabu, 20 November 2024

Berakar dalam Pengharapan


https://youtu.be/sPw3QQZBDMk

 

Berakar dalam Pengharapan

 

Kol 1:23  Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

 

Kolose 1:23 merupakan panggilan bagi kita untuk berakar kuat dalam iman Kristen: "Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya."

Paulus, setelah menjelaskan keagungan pendamaian di dalam Kristus, kini menekankan pentingnya ketekunan. Iman bukanlah sekedar penerimaan awal, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan keteguhan hati. Kita harus "bertekun dalam iman," berakar kuat di dalam Kristus, agar tidak terombang-ambing oleh badai pencobaan dan ajaran sesat.

Ia juga mengingatkan kita untuk "tetap teguh dan tidak bergoncang." Dunia ini penuh dengan godaan dan tekanan yang dapat menggoyahkan iman kita. Kita harus berdiri teguh di atas dasar kebenaran Firman Tuhan, tidak mudah terpengaruh oleh arus dunia. Keteguhan ini lahir dari pemahaman yang mendalam akan Injil dan keyakinan yang teguh akan janji-janji Allah.

Paulus kemudian menyoroti "pengharapan Injil." Pengharapan ini bukanlah angan-angan kosong, melainkan keyakinan yang kokoh akan keselamatan kekal di dalam Kristus. Pengharapan ini menjadi jangkar jiwa kita, memberikan kekuatan dan penghiburan di tengah badai kehidupan. Kita tidak boleh membiarkan pengharapan ini direnggut oleh keputusasaan atau tawaran dunia yang fana.

Selanjutnya, Paulus menegaskan universalitas Injil, "yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit." Injil bukanlah pesan eksklusif, melainkan kabar baik bagi seluruh umat manusia. Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari misi Allah, menyampaikan kabar baik ini kepada dunia yang membutuhkan pengharapan.

Akhirnya, Paulus merendahkan dirinya sebagai "pelayan Injil." Meskipun seorang rasul yang berpengaruh, ia menganggap dirinya sebagai hamba yang setia, bertanggung jawab untuk memberitakan kebenaran. Teladan Paulus mengingatkan kita bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk melayani, menggunakan karunia dan talenta yang diberikan Allah untuk memajukan Kerajaan-Nya.

Marilah kita merenungkan panggilan ini untuk bertekun dalam iman, teguh dan tidak bergoncang, berpegang teguh pada pengharapan Injil. Kiranya hidup kita menjadi kesaksian yang nyata akan kuasa transformatif Injil dan menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita.

 

 

Doa Respon:

 

Ya Bapa, teguhkanlah iman kami agar berakar kuat dalam pengharapan Injil. Mampukan kami untuk teguh dan tidak bergoncang di tengah badai kehidupan, serta setia memberitakan kabar baik keselamatan kepada dunia. Jadikanlah kami pelayan-pelayan Injil yang setia, seperti Paulus, hingga Engkau dimuliakan. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Selasa, 19 November 2024

Dipulihkan untuk Kekudusan


https://youtu.be/juSw87XeGH8

 

Dipulihkan untuk Kekudusan

 

Kol 1:22  sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

 

 

Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa Kristus harus mati dalam wujud manusia? Kolose 1:22 memberi kita jawaban yang mendalam: "sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya."

 

Allah memilih jalan yang luar biasa untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya. Dia tidak melakukannya dari kejauhan atau hanya melalui dekrit ilahi. Sebaliknya, Allah memilih untuk masuk ke dalam dunia kita melalui Kristus dalam tubuh jasmani. Yesus merasakan apa yang kita rasakan – kelemahan, godaan, dan penderitaan manusiawi – namun tetap tanpa dosa.

 

Kematian-Nya di kayu salib bukanlah sekadar simbol atau contoh pengorbanan. Ini adalah tindakan pendamaian yang nyata dan konkret. Melalui tubuh jasmani-Nya yang tersalib, Kristus membuka jalan bagi kita untuk diperdamaikan dengan Allah. Yang mengagumkan, tujuan pendamaian ini bukan hanya pengampunan dosa, tetapi transformasi total: untuk membuat kita "kudus dan tak bercela dan tak bercacat."

 

Bayangkan! Allah tidak puas hanya dengan menghapus catatan dosa kita. Dia ingin memulihkan kita ke kondisi yang bahkan lebih baik dari sebelum kejatuhan – kondisi kudus, tak bercela, dan tak bercacat. Ini seperti restorasi sebuah lukisan kuno yang tidak hanya membersihkan noda-nodanya, tetapi juga memulihkan keindahan aslinya, bahkan membuatnya lebih cemerlang dari sebelumnya.

 

Kekudusan ini bukan sekadar status legal di hadapan Allah. Ini adalah panggilan untuk hidup berbeda, untuk mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali kita tergoda untuk kembali ke cara hidup lama, kita perlu mengingat harga mahal yang telah dibayar untuk mengubah status kita.

 

Mari kita hidup sesuai dengan identitas baru kita – orang-orang yang telah diperdamaikan dan dikuduskan melalui pengorbanan Kristus. Biarlah setiap pilihan dan tindakan kita mencerminkan status kita yang kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Nya.

 

Doa Respon

 

Bapa Surgawi, terima kasih atas anugerah pendamaian yang luar biasa melalui tubuh jasmani Kristus. Kami kagum akan kasih-Mu yang rela berkorban di kayu salib, memulihkan kami kepada kekudusan. Mampukan kami untuk hidup seturut dengan identitas baru kami di dalam Kristus, kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Mu. Arahkan langkah kami agar setiap tindakan mencerminkan kemuliaan-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Senin, 18 November 2024

Dari Musuh Menjadi Sahabat


 

https://youtu.be/q4Ra0zZ7iY8

 

Dari Musuh Menjadi Sahabat

 

Kol 1:21  Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

 

 

Pernahkah kita benar-benar merenungkan kondisi kita sebelum mengenal Kristus? Paulus dalam Kolose 1:21 memberikan gambaran yang mengejutkan: kita dahulu "hidup jauh dari Allah dan memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran." Gambaran ini mungkin terasa tidak nyaman, tetapi inilah realitas yang perlu kita akui dengan jujur.

 

Keterasingan dari Allah bukanlah sekadar jarak fisik, melainkan kondisi spiritual yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita. Seperti anak yang hilang yang pergi jauh dari rumah bapanya, kita pun pernah hidup tersesat, jauh dari hadirat Allah. Yang lebih menyedihkan, kita bahkan aktif memusuhi-Nya – bukan hanya dalam tindakan, tetapi juga dalam hati dan pikiran kita.

 

Permusuhan ini tampak dalam berbagai bentuk. Kadang melalui penolakan terang-terangan terhadap Allah, kadang melalui sikap acuh tak acuh terhadap-Nya. Bahkan saat kita mencoba menjadi "orang baik", tanpa Kristus, hati kita tetap memberontak melawan otoritas-Nya. Perbuatan-perbuatan jahat kita hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam: hati yang rusak dan memusuhi Allah.

 

Namun kabar baiknya, Allah tidak membiarkan kita dalam kondisi ini. Dia mengambil inisiatif untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya melalui Kristus. Bayangkan, Allah yang kita musuhi justru mengulurkan tangan pendamaian! Dia mengubah status kita dari musuh menjadi sahabat, dari orang asing menjadi anak-anak-Nya sendiri.

 

Transformasi ini seharusnya membuat kita takjub setiap hari. Kita yang dulunya aktif memusuhi Allah, kini dipanggil untuk aktif mengasihi-Nya. Pikiran yang dulu menolak Allah kini dapat mengenal dan menikmati kebenaran-Nya. Hati yang dulu memberontak kini dapat merasakan sukacita dalam persekutuan dengan-Nya.

 

Mari kita rayakan kasih karunia Allah yang luar biasa ini dengan hidup yang mencerminkan status baru kita sebagai sahabat-Nya. Biarlah setiap aspek hidup kita – pikiran, perkataan, dan perbuatan – menjadi bukti nyata dari karya pendamaian-Nya yang ajaib.

 

Doa Respon

 

Bapa yang penuh kasih, kami takjub akan karya pendamaian-Mu yang ajaib. Engkau telah mengubah kami dari musuh menjadi sahabat, dari orang asing menjadi anak-anak-Mu. Ampuni kami yang sering melupakan transformasi luar biasa ini. Tolonglah kami untuk hidup sesuai status baru kami sebagai sahabat-Mu. Biarlah setiap aspek hidup kami memuliakan-Mu dan menjadi kesaksian akan kasih karunia-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, amin.

 

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Minggu, 17 November 2024

Kristus, Sang Pendamai


https://youtu.be/hm5s-FaiKiE

 

Kristus, Sang Pendamai

 

Kol 1:20  dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

 

Pernahkah kita merenungkan betapa luasnya dampak dosa? Dosa bukan hanya merusak hubungan kita dengan Allah, tetapi telah menciptakan perpecahan dalam seluruh ciptaan. Kita melihatnya dalam kerusakan alam, dalam permusuhan antar manusia, bahkan dalam ketidakharmonisan yang kita rasakan dalam diri kita sendiri.

 

Namun, kabar baiknya adalah Allah tidak membiarkan ciptaan-Nya hancur begitu saja. Melalui Kolose 1:20, kita melihat rencana pendamaian Allah yang luar biasa melalui Kristus. Pendamaian ini bersifat universal – mencakup "segala sesuatu", baik yang di bumi maupun yang di surga. Bayangkan, ketika kita memandang ke langit yang luas atau melihat keindahan alam di sekitar kita, semua itu termasuk dalam rencana pendamaian Allah.

 

Yang mengherankan adalah cara Allah mendamaikan segala sesuatu: melalui salib Kristus. Salib, alat penyiksaan yang mengerikan, justru menjadi simbol pendamaian terbesar. Di salib itulah, Kristus menumpahkan darah-Nya, bukan hanya untuk mendamaikan manusia dengan Allah, tetapi untuk memulihkan seluruh tatanan ciptaan yang telah rusak oleh dosa.

 

Hal ini memberi kita pengharapan besar. Ketika kita melihat kerusakan lingkungan, konflik antar bangsa, atau bahkan pergumulan dalam hidup kita sendiri, kita bisa berpegang pada janji bahwa Kristus sedang bekerja memulihkan segala sesuatu. Pendamaian-Nya bersifat menyeluruh dan sempurna.

 

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi bagian dari karya pendamaian ini. Kita dapat mulai dengan membawa damai dalam lingkup pengaruh kita – dalam keluarga, tempat kerja, atau komunitas. Setiap tindakan kasih dan perdamaian yang kita lakukan menjadi kesaksian akan karya pendamaian Kristus yang universal.

 

Mari kita hidup sebagai agen pendamaian, sambil menantikan penggenapan penuh dari karya Kristus, ketika seluruh ciptaan akan dipulihkan sepenuhnya dalam harmoni dengan Allah.

 

Doa Respon

 

Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas karya pendamaian-Mu melalui Kristus yang mencakup segala ciptaan. Di tengah kerusakan dunia ini, kami berpegang pada janji pemulihan-Mu yang sempurna. Ajarkan kami untuk menjadi pembawa damai dalam setiap tindakan dan perkataan kami. Kiranya hidup kami mencerminkan kasih Kristus, sehingga kami menjadi saksi dari pendamaian universal-Mu. Mampukan kami untuk menghidupi panggilan-Mu setiap hari. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Jumat, 15 November 2024

Kepenuhan Allah dalam Kristus - Kolose 1:19


https://youtu.be/fqcWlV9mOXA

 

 

Kepenuhan Allah dalam Kristus - Kolose 1:19

"Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia." (Kolose 1:19)

Kolose 1:19 menegaskan keagungan Kristus dengan menyatakan bahwa "seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia." Ini menyoroti bahwa Kristus adalah perwujudan penuh keilahian. Frasa "kepenuhan Allah" (pleroma) menunjukkan bahwa segala atribut Allah—kasih, hikmat, kuasa, dan kekudusan—terpenuhi dalam diri Kristus. Dia bukan hanya manusia istimewa, melainkan Allah sejati yang hadir di tengah umat manusia.

Makna ini memiliki implikasi mendalam. Pertama, keilahian penuh Kristus berarti Dia adalah perantara sempurna antara Allah dan manusia. Melalui Dia, kita bisa memahami sifat Allah yang sejati, karena dalam setiap tindakan Kristus, Allah sepenuhnya hadir. Ini sejalan dengan Yohanes 1:14, di mana Firman menjadi daging dan tinggal di antara kita, menunjukkan Allah yang tidak hanya mengamati dari kejauhan, tetapi terlibat langsung dalam sejarah manusia.

Kedua, frasa “berkenan diam di dalam Dia” menunjukkan kehendak Allah yang penuh sukacita untuk menyatakan diri-Nya dalam Kristus. Hal ini menegaskan bahwa penebusan bukan suatu rencana darurat, tetapi bagian dari rencana kekal Allah. Kristus datang bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai penguasa penuh yang membawa keselamatan sempurna bagi manusia.

Implikasi bagi kita adalah kesadaran bahwa hanya dalam Kristus ada kepastian keselamatan. Dia bukan sekadar satu jalan di antara banyak, tetapi satu-satunya jalan (Yohanes 14:6). Dengan mengenal Kristus, kita mengenal Allah secara penuh. Kita dipanggil untuk hidup berpusat pada Kristus, memandang-Nya sebagai sumber segala kuasa, hikmat, dan kasih. Melalui-Nya, kita memiliki jaminan bahwa Allah hadir dan memelihara hidup kita dengan sempurna.

Doa:

Tuhan Yesus, Engkaulah tempat berdiamnya seluruh kepenuhan Allah. Kami memuliakan-Mu sebagai manifestasi sempurna dari keilahian, sumber segala hikmat, kuasa, dan kasih. Ajarkan kami untuk semakin mengenal dan hidup dalam pengenalan akan Engkau. Jadikanlah Engkau pusat kehidupan kami, sumber segala berkat dan kekuatan kami. Bimbing kami dalam ketaatan, agar hidup kami memancarkan kemuliaan-Mu. Dalam nama-Mu yang penuh anugerah kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Kamis, 14 November 2024

Kristus, Kepala dan Raja - Kolose 1:18


https://youtu.be/N_LtWhNDy7Q

 

Kristus, Kepala dan Raja - Kolose 1:18

 

"Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang terutama dalam segala sesuatu." (Kolose 1:18)

 

Ayat ini menuntun kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang keunggulan dan supremasi Yesus Kristus, baik sebagai Tuhan atas gereja maupun atas seluruh ciptaan.

Kristus, Kepala Tubuh, yaitu Jemaat:

Pernyataan ini menegaskan peran Kristus sebagai pemimpin tertinggi dari gereja-Nya. Gereja, sebagai tubuh Kristus, dipimpin oleh-Nya. Dia bukanlah kepala yang pasif, tetapi aktif memimpin dan mengarahkan gereja-Nya menuju tujuan ilahi.

Kristus sebagai kepala juga menunjukkan bahwa Dia adalah sumber kehidupan rohani bagi gereja. Seperti tubuh membutuhkan kepala untuk hidup dan berfungsi, demikian pula gereja membutuhkan Kristus untuk bertumbuh dan berkembang.

Kristus, Yang Sulung, yang Pertama Bangkit dari antara Orang Mati:

Ungkapan ini menekankan keunggulan Kristus dalam hal kebangkitan. Dia yang pertama bangkit dari kematian dengan tubuh mulia, menandai kemenangan atas maut dan membuka jalan bagi kebangkitan semua orang percaya.

Kebangkitan Kristus bukan hanya peristiwa sejarah yang penting, tetapi juga jaminan bagi kebangkitan semua yang percaya kepada-Nya. Dia adalah pemimpin dalam kebangkitan, dan melalui-Nya kita juga akan bangkit dan hidup kekal bersama Allah.

Kristus, Yang Terutama dalam Segala Sesuatu:

Pernyataan ini menandai puncak dari seluruh bagian ini. Kristus bukan hanya bagian dari ciptaan, tetapi Dia adalah pusat dari seluruh alam semesta. Supremasinya mencakup semua dimensi kehidupan: waktu, ruang, sejarah, ciptaan yang terlihat dan yang tak terlihat.

Kristus adalah yang terutama dalam segala sesuatu karena Dia adalah Pencipta, Penebus, dan Raja. Tidak ada yang lebih besar atau lebih berkuasa daripada Dia.

Implikasi Bagi Kehidupan Kita:

·        Gereja yang dipimpin oleh Kristus: Sebagai gereja, kita harus tunduk kepada kepemimpinan Kristus dan menerima arahan-Nya.

·        Harapan Kebangkitan: Kita dapat hidup dengan penuh pengharapan karena Kristus sudah mengalahkan kematian.

·        Hidup yang dipusatkan pada Kristus: Kristus harus menjadi yang pertama dan terutama dalam segala hal dalam hidup kita. Kita harus menjadikan-Nya sebagai pusat dari keberadaan kita dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

Mari kita merenungkan keunggulan Kristus dan hidup dalam ketaatan dan pemuliaan kepada-Nya. Dia adalah Kepala dan Raja kita, dan kita dipanggil untuk hidup dalam kerendahan hati dan ketaatan kepada-Nya.

Doa:

Tuhan Yesus, Engkau Kepala tubuh, yaitu jemaat, dan Yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati. Kami mengakui keunggulan-Mu, pemimpin tertinggi gereja yang memimpin kami dalam kasih dan kebenaran. Ajarkan kami tunduk pada kehendak-Mu dan hidup memuliakan nama-Mu. Sebagai Raja atas segala ciptaan, biarlah hidup kami berpusat pada-Mu, sumber harapan dan kebangkitan. Jadikan kami setia dalam pengabdian kepada-Mu. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 13 November 2024

Kristus, Sumber dan Penopang Segala Sesuatu - Kolose 1:17


https://youtu.be/xA_KWdId1ho

 

 

Kristus, Sumber dan Penopang Segala Sesuatu - Kolose 1:17

 

"Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia." (Kolose 1:17)

Ayat ini merupakan pernyataan yang kuat tentang keunggulan dan keilahian Yesus Kristus. Paulus mengemukakan dua pernyataan kunci: "Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu" dan "segala sesuatu ada di dalam Dia."

Ia Ada Terlebih Dahulu dari Segala Sesuatu:

Frasa ini menekankan keberadaan kekal Kristus. Dia ada sebelum segala sesuatu diciptakan, bahkan sebelum waktu itu sendiri. Dia bukanlah makhluk ciptaan, tetapi Pencipta itu sendiri. Ini berbicara tentang sifat ilahi-Nya yang sudah ada sejak kekekalan.

Pernyataan ini sejalan dengan Yohanes 1:1-3, yang menyatakan bahwa "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." Kristus adalah Firman yang kekal, yang sudah ada bersama Allah sejak kekekalan. Dia bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi Sumber dari segala sesuatu.

Segala Sesuatu Ada di Dalam Dia:

Frasa ini menegaskan peran Kristus sebagai penopang dan pemelihara segala sesuatu. Tidak hanya Dia menciptakan segala sesuatu, tetapi segala sesuatu juga bergantung pada-Nya untuk eksistensinya. Alam semesta tidak berjalan dengan sendirinya, tetapi ditopang oleh kuasa-Nya yang terus menerus.

Kristus bukan hanya Pencipta di awal waktu, tetapi Dia juga terus aktif dalam pemeliharaan ciptaan-Nya. Setiap napas yang kita ambil, setiap detak jantung, dan setiap gerakan bintang di langit, semuanya dipelihara oleh-Nya.

Implikasi Bagi Kehidupan Kita:

·        Pengenalan tentang Allah: Ayat ini mengarahkan kita kepada sumber dari semua keberadaan, yaitu Yesus Kristus. Melalui Dia, kita dapat mengenal Allah yang tidak kelihatan dengan lebih baik.

·        Dependensi kepada Kristus: Kita tidak pernah berdiri sendiri, tetapi bergantung sepenuhnya kepada Kristus untuk keberadaan kita.

·        Harapan dan Ketenangan: Kita dapat hidup dengan penuh harapan karena segala sesuatu ada di bawah kendali Kristus. Dia adalah penopang dan pemelihara kita, dan tidak ada yang terjadi di luar rencana-Nya.

Mari kita merenungkan keagungan Kristus, yang ada sebelum segala sesuatu dan menopang segala sesuatu. Dia adalah sumber dan tujuan dari hidup kita.

Doa:

Tuhan Yesus, Engkau yang ada sebelum segala sesuatu dan penopang segala ciptaan, kami memuliakan-Mu. Ajarkan kami untuk bergantung sepenuhnya kepada-Mu dalam setiap aspek kehidupan kami. Engkaulah sumber kekuatan dan penopang kami yang tak tergoyahkan. Berikan kami iman dan ketenangan dalam memahami bahwa segala sesuatu ada di dalam pengaturan-Mu yang sempurna. Bimbing langkah kami untuk selalu memuliakan-Mu. Dalam nama-Mu kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)