Johannis Trisfant, MTh
Berikut adalah perbaikan kesalahan ketik pada dokumen:
Pendahuluan
• Sekelompok pria,
yang baru saja meninggal dunia tiba di surga.
• Petrus melihat
kepada mereka dan memberi perintah " semua pria, yang dikuasai istrinya
selama hidup di dunia harap berdiri di sebelah kiri saya; sedangkan yang
menguasai istrinya, berdiri di sebelah kanan saya
• Semua pria segera
berdiri di sebelah kiri, kecuali satu orang.
• Petrus melihat pria
kurus kering yang berdiri sendirian itu dan berkata, wah.engkau hebat.
Engkaulah satu-satunya suami yang tidak dikuasai istri
• Maaf, kata pria
kurus itu. Aku berdiri disini karena disuruh oleh istri saya
Ternyata semua pria-pria itu adalah pria yang takut akan istri. Sama
istri saja takut, lalu bagaimana kalau mereka diuji seperti Sadrakh, Mesakh,
Abednego?
Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak takut kepada raja Nebukadnezar
yang memerintahkan mereka untuk menyembah patung yang dibuat oleh raja Babel
ini.
Kita tahu bahwa raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang
tingginya 27 meter dan lebarnya hampir 3 meter. Ukuran patung ini jelek, karena
tinggi kurus. Patung ini kemungkinan berhubungan dengan agama mereka, sebab
Nebukadnezar menyuruh menyembah patung tersebut.
Mungkin patung ini adalah patung Dewa Marduk. Nebukadnezar menyuruh
menyembah patung ini demi mempersatukan seluruh wilayah kerajaannya, sebab jika
semua satu agama, maka kerajaan akan lebih mudah dipersatukan.
Semua orang harus menyembah patung ini. Jika tidak menyembah mereka
akan dihukum mati dengan cara dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.
Tetapi ada beberapa orang Yahudi yang tidak mau menyembah patung
yang dibuat oleh Nebukadnezar itu. Dan orang-orang Kasdim tidak suka dengan
beberapa orang Yahudi ini. Sehingga pada
ayat 8 mereka kemudian melaporkannya kepada raja Nebukadnezar.
Kemungkinan mereka merasa iri hati dengan Sadrak, Mesakh dan
Abednego bahkan benci kepada mereka karena mereka memiliki kedudukan yang lebih
tinggi.
Orang-orang Kasdim ini memberikan tiga tuduhan kepada Sadrakh.
Mesakh dan Abednego
Pertama, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak mengindahkan raja
Nebukadnezar. Mereka dituduh seakan-akan tidak tahu membalas budi raja yang
sudah memberikan mereka kedudukan tinggi dan kehormatan.
Tuduhan kedua, adalah, Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak memuja dan
menyembah kepada Dewa Nebukadnezar, karena mereka setia kepada Tuhan.
Tentunya, ini yang diharapkan oleh orang-orang Kasdim, yang
kesempatan menjatuhkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang mereka benci.
Demi Nebukadnezar mendengarkan hal ini, dia sangat murka. Sadrakh,
Mesakh dan Abednego dibawa kepadanya.
Raja masih memberikan lagi kesempatan kepada ketiga orang Yahudi ini
untuk menyembah patung yang telah didirikan oleh Nebukadnezar. Entah berapa
kali mereka disuruh menyembah. Mungkin sampai beberapa kali disertai ancaman.
Ditambah lagi, Nebukadnezar menantang mereka dengan mengatakan bahwa
Dewa manakah yang dapat menyelamatkan mereka dari tangannya.
Kalau kita yang menghadapi kondisi seperti ini, maka ini merupakan
saat yang sangat sulit.
Kira-kira langkah apakah yang kita akan ambil ketika mendapatkan
ancaman seperti ini? Apakah kita akan menyembah saja dan kemudian minta ampun
kepada Tuhan?
Tetapi langkah seperti itu hanya akan menyelamatkan untuk sementara
saja. Orang-orang yang iri hati pasti akan mengadukan lagi, jika melihat kita
tidak menyembah patung itu secara rutin. Sebab penyembahan kepada patung itu
bukan hanya sekali, tetapi setiap kali sangkakala berbunyi, mereka harus
menyembahnya.
Selain itu, kegagalan iman ini yang sekali ini, akan bisa membuat
kita gagal, pada kali berikutnya. Mungkin sekali, sekali saja menyembah patung,
dan sekali saja diselamatkan dari maut dengan kompromi, akan menyeret iman kita
dan meninggalkan Tuhan selama-lamanya.
Mencoba sekali-kali sangatlah tidak aman untuk iman kita. Misalnya,
kita mengatakan ah.....hanya sekali saja, saya kompromi, dengan meminta
pertolongan dukun. Sekali saja, bisa menjadi berkali-kali, sampai akhirnya kita
meninggalkan Tuhan, atau menyembah Tuhan dan dukun.
Selain itu, Tuhan tidak pernah mengijinkan kita , menyembah kepada
ilah lain, walaupun hanya sekali saja. Dia adalah Tuhan yang cemburu, yang
sudah mengatakan :" jangan ada padamu allah lain dihadapanKu.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego mengambil langkah yang tepat ketika
mereka menolak menyembah patung yang dibuat Nebukadnezar. Menyembah patung itu
tidak ada gunanya. Walaupun mereka menyembahnya, mereka belum tentu lepas dari
bahaya. Orang-orang yang iri kepada mereka, akan terus mencari cara untuk
menjatuhkan mereka.
Namun ketika Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadapi semua itu,
Mereka tidaklah menghadapi persoalannya dengan pertimbangan-pertimbangan yang
saya utarakan tadi. Mana sempat mereka mempertimbangkan semua
kemungkinan-kemungkinan itu, Mereka hanya menghadapi ancaman Nebukadnezar
dengan iman yang diarahkan kepada Tuhan.
Bagaimanakah iman mereka itu. Kita mesti memperhatikan perkataan
mereka ketika menjawab raja Nebukadnezar.
Dan 3:16-18 Lalu Sadrakh,
Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami
memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.
(17) Jika Allah kami yang kami
puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang
menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; (18)
tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa
kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang
tuanku dirikan itu."
Ada sepasang kalimat yang sangat indah yang diucapkan oleh Sadrakh,
Mesakh dan Abednego.
Berikut adalah
perbaikan kesalahan ketik pada teks yang Anda berikan:
Di ayat 17:
_Jika Allah kami yang kami puja sanggup
melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala
itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;_
Artinya, mereka
percaya sepenuhnya kepada kuasa Allah, yang sanggup melepaskan mereka dari
perapian yang menyala-nyala.
Hal kedua yang
indah dari iman mereka, adalah terdapat di dalam ayat 18,
_tetapi
seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan
memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan
itu."_
Artinya, Mereka
akan tetap taat sepenuhnya kepada kedaulatan Allah.
Jika kita
memiliki kedua hal ini, maka ini akan membuat kerohanian kita seimbang.
Jika kita hanya
memiliki bagian yang pertama saja, yakni percaya akan kuasa Allah yang sanggup
melepaskan dari kesulitan, tetapi tidak ada penyerahan diri kepada kedaulatan
Allah, maka kita bisa menjadi kecewa kepada Allah. Sebab tidak semua kehendak
kita akan dijawab oleh Allah.
Kita tidak bisa
memaksa Allah, melalui doa kita.
Iman kita mesti
memiliki unsur kedua, yakni penyerahan. Jika Tuhan tidak melepaskan saya dari
masalah ini, saya tetap akan percaya kepada Tuhan. Inilah iman yang sejati.
Percaya kepada kuasa Tuhan dan menyerahkan diri kepada kedaulatan Tuhan.
Hadapilah setiap
persoalan hidup dengan iman seperti ini, yakni percaya akan kuasa Allah dan
taat kepada kehendak Tuhan.
Jangan pernah
ragu akan kuasa Tuhan untuk menolong kita. Tidak ada masalah yang terlalu besar
dan sulit diatasi oleh Tuhan kita. Namun pada saat yang sama, jika Tuhan tidak
menghendakinya, taatlah kepada kehendaknya dan tetaplah beriman kepadaNya.
Kesaksian
seorang ibu
Kanker darah.
* timbul bercak-bercak merah
* pikirnya DB
* ternyata bukan
* dokter menganjurkan periksa darah
* akhirnya disuruh ke Singapura.
* Trombosit sudah sangat rendah
* Dokter di singapura mengatakan ini kanker
darah dan harus cangkok tulang sumsum
* Dia harus tinggal selama berbulan-bulan
* Orang yang cangkok ini jarang yang bisa
kembali pulang
* Dia sudah memberi pesan kepada suaminya:
kalau saya mati, kamu kawin lagi saja, asalkan dengan orang kristen
* Dia kemudian didoakan oleh teman-teman
gerejanya
* Sembuh
Kuasa Tuhan
dialaminya. Tetapi bagaimana jika ada orang Kristen yang tidak mengalami kuasa
dan pertolongan Tuhan? Ada yang tetap sakit bahkan meninggal? Mereka harus
memiliki iman: yakni ketaatan kepada kehendak Tuhan.
Jika tidak
memiliki ketaatan, maka orang Kristen yang tidak mengalami mujizat Allah, akan
bisa meninggalkan Tuhan.
* Pdt. Anaknya sakit, kemudian mati.
* Dia kemudian kecewa, dan tidak mau lagi
melayani Tuhan
* Masakan anak haji sembuh sedangkan anak saya
mati
Pdt. ini percaya
akan kuasa Tuhan tetapi tidak mau taat. Imannya tidak seimbang, dan akibatnya
dia meninggalkan Tuhan
Namun ada juga yang tidak percaya akan kuasa Tuhan, tetapi dia
akhirnya bisa menerima penderitaannya. Contohnya adalah rabbi Kushner
Berikut adalah perbaikan kesalahan ketik pada teks yang Anda
berikan:
Seorang Rabi Harold Kushner menuliskan buku:" When Bad Things
Happen to Good People", sebuah buku yang best seller
* Dia menulis buku itu
setelah melihat anak lelakinya berjuang melawan penyakit ketuaan yang
dideritanya
* Anaknya yang bernama
Aaron, pada usia 1 tahun rambutnya mulai rontok
* pada usia 8 tahun tidak
lagi naik berat badannya.
* Tubuh anaknya yg masih
muda secara aneh menjadi tua dalam waktu singkat: botak, keriput dan lemah
serta akhirnya meninggal
* Dan akhirnya anaknya
meninggal pada usia 14 tahun
* Rabi ini merasa bahwa
dirinya diperlakukan tidak adil oleh Tuhan.
* Derita yang dialaminya
sangat tidak masuk akal
* Dirinya adalah seorang
yang baik, dia selalu berbuat baik
* Dan dibandingkan dengan
orang lain, dia memiliki hidup keagamaan yang jauh lebih baik dibandingkan
dengan orang-orang sekitarnya.
* Dalam bukunya dia menulis
: bahwa dia telah belajar kasih Tuhan tetapi mempertanyakan kuasa Tuhan.
* Ia percaya bahwa Tuhan
baik, dan tidak suka melihat kita menderita, namun Tuhan tidak cukup kuasa
untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dunia ini, masalah seperti yang
dialami oleh anaknya
Akhirnya, rabi ini bisa menerima kematian anaknya. Tetapi dengan
pemahaman yang keliru. Dia mengatakan: kita harus memaafkan Tuhan dan tetap
mencintai Tuhan. Tuhan itu tidak sempurna, terbatas, tidak memiliki kuasa.
Kerohanian rabi ini tidak stabil, karena dia tidak memiliki unsur
pertama dari iman, yakni percaya kepada kuasa Allah.
Ketika anaknya tidak sembuh, dia menganggap bahwa Tuhan tidaklah
berkuasa.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego memiliki 2 unsur iman ini, yakni
percaya akan kuasa Tuhan dan taat.
Jika Tuhan tidak melepaskan mereka dari bahaya, maka mereka tetap
percaya. Mereka tidak ragu akan kuasa Tuhan dan tidak ragu akan kasih Tuhan
Ketika Nebukadnezar mendengarkan jawaban mereka, maka raja sangat
murka. Di ayat 19, raja memberikan perintah agar perapian dibuat lebih panas,
sampai 7 kali lipat. Angka ini jangan diartikan secara harfiah. Sebab bagaimana
kita bisa mengukur bahwa panasnya sudah menjadi 3 kali lipat, atau 7 kali
lipat. Tetapi maksud ayat ini, adalah api itu dibuat sangat panas, sepanas
mungkin.
Dan setelah itu, Nebukadnezar memberikan perintah kepada tentaranya
yang sangat kuat, untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego, maka segera
ketiga orang ini diangkat untuk dicampakkan ke dalam api yang panas itu.
Cobalah membayangkan perasaan dari Sadrakh Mesakh dan Abednego.
Mereka pasti mengira bahwa mereka akan binasa di dalam api tersebut. Mereka
tidak diluputkan dari api yang panas. Mereka harus masuk ke dalam dapur api
itu. Dalam Septuaginta, atau PL dalam bahasa Yunani, dituliskan bahwa ketika
mereka akan dimasukkan ke dalam api yang panas, ketiga orang ini menyanyikan
lagu pujian.
Namun terjadi sebuah keajaiban ketika mereka dilemparkan ke dalam
api yang panas. Ternyata mereka tidak terbakar. Justru orang-orang yang
mengangkat mereka lah yang terbakar. Dan bahkan di tengah-tengah mereka
terlihat ada tambahan satu orang.
Jadi sekarang mereka bukan lagi bertiga di dalam api, melainkan
sudah berempat. Siapakah orang ke empat yang dikatakan oleh Nebukadnezar yang
rupanya seperti anak dewa? Beberapa penafsir mengatakan bahwa itu adalah Tuhan
Yesus sendiri.
Kehadiran Tuhan Yesus dalam perapian yang menyala-nyala itu, sangat
menghiburkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Terbukti bahwa Allah selalu
memperhatikan dan menyertai mereka.
Berikut adalah perbaikan kesalahan ketik pada teks
yang Anda berikan:
Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak terbakar di
dalam nyala api yang sangat panas itu. Agama katolik mengatakan, bahwa mereka
tidak terbakar karena Tuhan mengirimkan angin berembun, sekeliling mereka,
sehingga api tidak menyentuh mereka bahkan tidak menyakiti mereka.
Kita tidak tahu bagaimana caranya Tuhan
menyelamatkan mereka dari api. Yang jelas adalah bahwa tubuh orang-orang ini
tidak mempan oleh api, rambut tidak hangus bahkan jubah mereka pun tidak
berubah, tidak terbakar.
Kita biasa menyaksikan di TV, atraksi, orang
menusuk dirinya atau berjalan di atas bara api. Ketika orang itu menusuk
dirinya, dia bukan pakai baju. Kalau pakai baju pasti bajunya rusak. Demikian
juga ketika berjalan di atas bara api, dia tidak pakai sendal. Kalau pakai
sendal sendalnya pasti gosong.
Jadi dengan kuasa kegelapan, tubuh seseorang bisa
tahan pisau dan bisa tahan api. Tetapi baju, sepatu tetap tidak akan tahan.
Tetapi berbeda dengan Sadrakh, Mesakh dan
Abednego. Tubuh mereka bukan hanya kebal, melainkan pakaian mereka juga kebal
api, padahal baju mereka bukanlah baju pemadam kebakaran yang kebal api.
Sadrakh Mesakh dan Abednego tidaklah dilepaskan
dari api, tetapi melalui api mereka dilepaskan. Allah tidak menghindarkan
mereka dari api yang panas. Allah mengizinkan mereka memasuki api yang panas.
Tetapi di dalam api yang panas, itu mereka diluputkan dari kematian. Di dalam
penderitaan itu mereka mengalami mujizat dan.
Betapa indahnya kebenaran ini. Allah terkadang
tidak meluputkan kita dari sebuah masalah. Allah membiarkan kita masuk ke dalam
masalah. Tetapi di dalam masalah itu, Allah memberikan kepada kita pertolongan
dan kekuatan yang sangat besar.
Bapak, ibu yang sudah berada di dalam masalah yang
berat saat ini, ingatlah akan kebenaran ini. Bahwa di dalam masalah kita Tuhan
Yesus tetap menyertai diri kita.
Penyertaan Tuhan akan semakin terasa ketika kita
berada di dalam penderitaan oleh karena iman dan kesetiaan kita.
Tuhan dimuliakan lewat kesetiaan Sadrakh, Mesakh
dan Abednego. Nebukadnezar, sangat
terkesan dengan keberanian mereka dan keluputan mereka. Ini membuat umat Yahudi
boleh bebas berbakti kepada Allah.
Nama Tuhan banyak yang dipermalukan karena orang
Kristen tidak punya iman. Seandainya orang Kristen lebih berani dalam
menyatakan imannya, maka nama Tuhan akan semakin dipermuliakan.
Biarlah kita yang menjadi orang-orang Kristen yang
seperti ini, berani menyatakan iman percaya kita.
Tatkala kita menghadapi masalah, nyatakanlah
kepada orang sekitar kita bahwa kita percaya dan taat kepada Kristus apapun
yang terjadi dalam hidup kita.