Selasa, 21 Mei 2024

Percaya dan Taat: Pelajaran Iman dari Kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego

 Johannis Trisfant, MTh


Berikut adalah perbaikan kesalahan ketik pada dokumen:

 

Pendahuluan

           Sekelompok pria, yang baru saja meninggal dunia tiba di surga.

           Petrus melihat kepada mereka dan memberi perintah " semua pria, yang dikuasai istrinya selama hidup di dunia harap berdiri di sebelah kiri saya; sedangkan yang menguasai istrinya, berdiri di sebelah kanan saya

           Semua pria segera berdiri di sebelah kiri, kecuali satu orang.

           Petrus melihat pria kurus kering yang berdiri sendirian itu dan berkata, wah.engkau hebat. Engkaulah satu-satunya suami yang tidak dikuasai istri

           Maaf, kata pria kurus itu. Aku berdiri disini karena disuruh oleh istri saya

 

Ternyata semua pria-pria itu adalah pria yang takut akan istri. Sama istri saja takut, lalu bagaimana kalau mereka diuji seperti Sadrakh, Mesakh, Abednego?

 

Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak takut kepada raja Nebukadnezar yang memerintahkan mereka untuk menyembah patung yang dibuat oleh raja Babel ini.

 

Kita tahu bahwa raja Nebukadnezar membuat sebuah patung emas yang tingginya 27 meter dan lebarnya hampir 3 meter. Ukuran patung ini jelek, karena tinggi kurus. Patung ini kemungkinan berhubungan dengan agama mereka, sebab Nebukadnezar menyuruh menyembah patung tersebut.

 

Mungkin patung ini adalah patung Dewa Marduk. Nebukadnezar menyuruh menyembah patung ini demi mempersatukan seluruh wilayah kerajaannya, sebab jika semua satu agama, maka kerajaan akan lebih mudah dipersatukan.

 

Semua orang harus menyembah patung ini. Jika tidak menyembah mereka akan dihukum mati dengan cara dilemparkan ke dalam perapian yang menyala-nyala.

 

Tetapi ada beberapa orang Yahudi yang tidak mau menyembah patung yang dibuat oleh Nebukadnezar itu. Dan orang-orang Kasdim tidak suka dengan beberapa orang Yahudi ini.  Sehingga pada ayat 8 mereka kemudian melaporkannya kepada raja Nebukadnezar.

 

Kemungkinan mereka merasa iri hati dengan Sadrak, Mesakh dan Abednego bahkan benci kepada mereka karena mereka memiliki kedudukan yang lebih tinggi.

 

Orang-orang Kasdim ini memberikan tiga tuduhan kepada Sadrakh. Mesakh dan Abednego

Pertama, Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak mengindahkan raja Nebukadnezar. Mereka dituduh seakan-akan tidak tahu membalas budi raja yang sudah memberikan mereka kedudukan tinggi dan kehormatan.

Tuduhan kedua, adalah, Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak memuja dan menyembah kepada Dewa Nebukadnezar, karena mereka setia kepada Tuhan.

 

Tentunya, ini yang diharapkan oleh orang-orang Kasdim, yang kesempatan menjatuhkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang mereka benci.

 

Demi Nebukadnezar mendengarkan hal ini, dia sangat murka. Sadrakh, Mesakh dan Abednego dibawa kepadanya.  Raja masih memberikan lagi kesempatan kepada ketiga orang Yahudi ini untuk menyembah patung yang telah didirikan oleh Nebukadnezar. Entah berapa kali mereka disuruh menyembah. Mungkin sampai beberapa kali disertai ancaman.

 

Ditambah lagi, Nebukadnezar menantang mereka dengan mengatakan bahwa Dewa manakah yang dapat menyelamatkan mereka dari tangannya.

 

Kalau kita yang menghadapi kondisi seperti ini, maka ini merupakan saat yang sangat sulit.

 

Kira-kira langkah apakah yang kita akan ambil ketika mendapatkan ancaman seperti ini? Apakah kita akan menyembah saja dan kemudian minta ampun kepada Tuhan?

 

Tetapi langkah seperti itu hanya akan menyelamatkan untuk sementara saja. Orang-orang yang iri hati pasti akan mengadukan lagi, jika melihat kita tidak menyembah patung itu secara rutin. Sebab penyembahan kepada patung itu bukan hanya sekali, tetapi setiap kali sangkakala berbunyi, mereka harus menyembahnya.

 

Selain itu, kegagalan iman ini yang sekali ini, akan bisa membuat kita gagal, pada kali berikutnya. Mungkin sekali, sekali saja menyembah patung, dan sekali saja diselamatkan dari maut dengan kompromi, akan menyeret iman kita dan meninggalkan Tuhan selama-lamanya.

 

Mencoba sekali-kali sangatlah tidak aman untuk iman kita. Misalnya, kita mengatakan ah.....hanya sekali saja, saya kompromi, dengan meminta pertolongan dukun. Sekali saja, bisa menjadi berkali-kali, sampai akhirnya kita meninggalkan Tuhan, atau menyembah Tuhan dan dukun.

 

Selain itu, Tuhan tidak pernah mengijinkan kita , menyembah kepada ilah lain, walaupun hanya sekali saja. Dia adalah Tuhan yang cemburu, yang sudah mengatakan :" jangan ada padamu allah lain dihadapanKu.

 

Sadrakh, Mesakh dan Abednego mengambil langkah yang tepat ketika mereka menolak menyembah patung yang dibuat Nebukadnezar. Menyembah patung itu tidak ada gunanya. Walaupun mereka menyembahnya, mereka belum tentu lepas dari bahaya. Orang-orang yang iri kepada mereka, akan terus mencari cara untuk menjatuhkan mereka.

 

Namun ketika Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadapi semua itu, Mereka tidaklah menghadapi persoalannya dengan pertimbangan-pertimbangan yang saya utarakan tadi. Mana sempat mereka mempertimbangkan semua kemungkinan-kemungkinan itu, Mereka hanya menghadapi ancaman Nebukadnezar dengan iman yang diarahkan kepada Tuhan.

 

Bagaimanakah iman mereka itu. Kita mesti memperhatikan perkataan mereka ketika menjawab raja Nebukadnezar.

 

Dan 3:16-18  Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini.  (17)  Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;  (18)  tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."

 

Ada sepasang kalimat yang sangat indah yang diucapkan oleh Sadrakh, Mesakh dan Abednego.

 

Berikut adalah perbaikan kesalahan ketik pada teks yang Anda berikan:

 

Di ayat 17:

 

 _Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja;_

 

Artinya, mereka percaya sepenuhnya kepada kuasa Allah, yang sanggup melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala.

 

Hal kedua yang indah dari iman mereka, adalah terdapat di dalam ayat 18,

 

_tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu."_

 

Artinya, Mereka akan tetap taat sepenuhnya kepada kedaulatan Allah.

 

Jika kita memiliki kedua hal ini, maka ini akan membuat kerohanian kita seimbang.

 

Jika kita hanya memiliki bagian yang pertama saja, yakni percaya akan kuasa Allah yang sanggup melepaskan dari kesulitan, tetapi tidak ada penyerahan diri kepada kedaulatan Allah, maka kita bisa menjadi kecewa kepada Allah. Sebab tidak semua kehendak kita akan dijawab oleh Allah.

 

Kita tidak bisa memaksa Allah, melalui doa kita.

 

Iman kita mesti memiliki unsur kedua, yakni penyerahan. Jika Tuhan tidak melepaskan saya dari masalah ini, saya tetap akan percaya kepada Tuhan. Inilah iman yang sejati. Percaya kepada kuasa Tuhan dan menyerahkan diri kepada kedaulatan Tuhan.

 

Hadapilah setiap persoalan hidup dengan iman seperti ini, yakni percaya akan kuasa Allah dan taat kepada kehendak Tuhan.

 

Jangan pernah ragu akan kuasa Tuhan untuk menolong kita. Tidak ada masalah yang terlalu besar dan sulit diatasi oleh Tuhan kita. Namun pada saat yang sama, jika Tuhan tidak menghendakinya, taatlah kepada kehendaknya dan tetaplah beriman kepadaNya.

 

Kesaksian seorang ibu

 

Kanker darah.

 

*   timbul bercak-bercak merah

   

*   pikirnya DB

   

*   ternyata bukan

   

*   dokter menganjurkan periksa darah

   

*   akhirnya disuruh ke Singapura.

   

*   Trombosit sudah sangat rendah

   

*   Dokter di singapura mengatakan ini kanker darah dan harus cangkok tulang sumsum

   

*   Dia harus tinggal selama berbulan-bulan

   

*   Orang yang cangkok ini jarang yang bisa kembali pulang

   

*   Dia sudah memberi pesan kepada suaminya: kalau saya mati, kamu kawin lagi saja, asalkan dengan orang kristen

   

*   Dia kemudian didoakan oleh teman-teman gerejanya

   

*   Sembuh

   

 

Kuasa Tuhan dialaminya. Tetapi bagaimana jika ada orang Kristen yang tidak mengalami kuasa dan pertolongan Tuhan? Ada yang tetap sakit bahkan meninggal? Mereka harus memiliki iman: yakni ketaatan kepada kehendak Tuhan.

 

Jika tidak memiliki ketaatan, maka orang Kristen yang tidak mengalami mujizat Allah, akan bisa meninggalkan Tuhan.

 

*   Pdt. Anaknya sakit, kemudian mati.

   

*   Dia kemudian kecewa, dan tidak mau lagi melayani Tuhan

   

*   Masakan anak haji sembuh sedangkan anak saya mati

   

 

Pdt. ini percaya akan kuasa Tuhan tetapi tidak mau taat. Imannya tidak seimbang, dan akibatnya dia meninggalkan Tuhan

 

Namun ada juga yang tidak percaya akan kuasa Tuhan, tetapi dia akhirnya bisa menerima penderitaannya. Contohnya adalah rabbi Kushner

 

 

Berikut adalah perbaikan kesalahan ketik pada teks yang Anda berikan:

 

Seorang Rabi Harold Kushner menuliskan buku:" When Bad Things Happen to Good People", sebuah buku yang best seller

 

*   Dia menulis buku itu setelah melihat anak lelakinya berjuang melawan penyakit ketuaan yang dideritanya

   

*   Anaknya yang bernama Aaron, pada usia 1 tahun rambutnya mulai rontok

   

*   pada usia 8 tahun tidak lagi naik berat badannya.

   

*   Tubuh anaknya yg masih muda secara aneh menjadi tua dalam waktu singkat: botak, keriput dan lemah serta akhirnya meninggal

   

*   Dan akhirnya anaknya meninggal pada usia 14 tahun

   

*   Rabi ini merasa bahwa dirinya diperlakukan tidak adil oleh Tuhan.

   

*   Derita yang dialaminya sangat tidak masuk akal

   

*   Dirinya adalah seorang yang baik, dia selalu berbuat baik

   

*   Dan dibandingkan dengan orang lain, dia memiliki hidup keagamaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan orang-orang sekitarnya.

   

*   Dalam bukunya dia menulis : bahwa dia telah belajar kasih Tuhan tetapi mempertanyakan kuasa Tuhan.

   

*   Ia percaya bahwa Tuhan baik, dan tidak suka melihat kita menderita, namun Tuhan tidak cukup kuasa untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di dunia ini, masalah seperti yang dialami oleh anaknya

   

 

Akhirnya, rabi ini bisa menerima kematian anaknya. Tetapi dengan pemahaman yang keliru. Dia mengatakan: kita harus memaafkan Tuhan dan tetap mencintai Tuhan. Tuhan itu tidak sempurna, terbatas, tidak memiliki kuasa.

 

Kerohanian rabi ini tidak stabil, karena dia tidak memiliki unsur pertama dari iman, yakni percaya kepada kuasa Allah.

 

Ketika anaknya tidak sembuh, dia menganggap bahwa Tuhan tidaklah berkuasa.

 

Sadrakh, Mesakh dan Abednego memiliki 2 unsur iman ini, yakni percaya akan kuasa Tuhan dan taat.

 

Jika Tuhan tidak melepaskan mereka dari bahaya, maka mereka tetap percaya. Mereka tidak ragu akan kuasa Tuhan dan tidak ragu akan kasih Tuhan

 

Ketika Nebukadnezar mendengarkan jawaban mereka, maka raja sangat murka. Di ayat 19, raja memberikan perintah agar perapian dibuat lebih panas, sampai 7 kali lipat. Angka ini jangan diartikan secara harfiah. Sebab bagaimana kita bisa mengukur bahwa panasnya sudah menjadi 3 kali lipat, atau 7 kali lipat. Tetapi maksud ayat ini, adalah api itu dibuat sangat panas, sepanas mungkin.

 

Dan setelah itu, Nebukadnezar memberikan perintah kepada tentaranya yang sangat kuat, untuk mengikat Sadrakh, Mesakh dan Abednego, maka segera ketiga orang ini diangkat untuk dicampakkan ke dalam api yang panas itu.

 

Cobalah membayangkan perasaan dari Sadrakh Mesakh dan Abednego. Mereka pasti mengira bahwa mereka akan binasa di dalam api tersebut. Mereka tidak diluputkan dari api yang panas. Mereka harus masuk ke dalam dapur api itu. Dalam Septuaginta, atau PL dalam bahasa Yunani, dituliskan bahwa ketika mereka akan dimasukkan ke dalam api yang panas, ketiga orang ini menyanyikan lagu pujian.

 

Namun terjadi sebuah keajaiban ketika mereka dilemparkan ke dalam api yang panas. Ternyata mereka tidak terbakar. Justru orang-orang yang mengangkat mereka lah yang terbakar. Dan bahkan di tengah-tengah mereka terlihat ada tambahan satu orang.

 

Jadi sekarang mereka bukan lagi bertiga di dalam api, melainkan sudah berempat. Siapakah orang ke empat yang dikatakan oleh Nebukadnezar yang rupanya seperti anak dewa? Beberapa penafsir mengatakan bahwa itu adalah Tuhan Yesus sendiri.

 

Kehadiran Tuhan Yesus dalam perapian yang menyala-nyala itu, sangat menghiburkan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Terbukti bahwa Allah selalu memperhatikan dan menyertai mereka.

 

 

 

Berikut adalah perbaikan kesalahan ketik pada teks yang Anda berikan:

 

Sadrakh, Mesakh dan Abednego, tidak terbakar di dalam nyala api yang sangat panas itu. Agama katolik mengatakan, bahwa mereka tidak terbakar karena Tuhan mengirimkan angin berembun, sekeliling mereka, sehingga api tidak menyentuh mereka bahkan tidak menyakiti mereka.

 

Kita tidak tahu bagaimana caranya Tuhan menyelamatkan mereka dari api. Yang jelas adalah bahwa tubuh orang-orang ini tidak mempan oleh api, rambut tidak hangus bahkan jubah mereka pun tidak berubah, tidak terbakar.

 

Kita biasa menyaksikan di TV, atraksi, orang menusuk dirinya atau berjalan di atas bara api. Ketika orang itu menusuk dirinya, dia bukan pakai baju. Kalau pakai baju pasti bajunya rusak. Demikian juga ketika berjalan di atas bara api, dia tidak pakai sendal. Kalau pakai sendal sendalnya pasti gosong.

 

Jadi dengan kuasa kegelapan, tubuh seseorang bisa tahan pisau dan bisa tahan api. Tetapi baju, sepatu tetap tidak akan tahan.

 

Tetapi berbeda dengan Sadrakh, Mesakh dan Abednego. Tubuh mereka bukan hanya kebal, melainkan pakaian mereka juga kebal api, padahal baju mereka bukanlah baju pemadam kebakaran yang kebal api.

 

Sadrakh Mesakh dan Abednego tidaklah dilepaskan dari api, tetapi melalui api mereka dilepaskan. Allah tidak menghindarkan mereka dari api yang panas. Allah mengizinkan mereka memasuki api yang panas. Tetapi di dalam api yang panas, itu mereka diluputkan dari kematian. Di dalam penderitaan itu mereka mengalami mujizat dan.

 

Betapa indahnya kebenaran ini. Allah terkadang tidak meluputkan kita dari sebuah masalah. Allah membiarkan kita masuk ke dalam masalah. Tetapi di dalam masalah itu, Allah memberikan kepada kita pertolongan dan kekuatan yang sangat besar.

 

Bapak, ibu yang sudah berada di dalam masalah yang berat saat ini, ingatlah akan kebenaran ini. Bahwa di dalam masalah kita Tuhan Yesus tetap menyertai diri kita.

 

Penyertaan Tuhan akan semakin terasa ketika kita berada di dalam penderitaan oleh karena iman dan kesetiaan kita.

 

Tuhan dimuliakan lewat kesetiaan Sadrakh, Mesakh dan Abednego.  Nebukadnezar, sangat terkesan dengan keberanian mereka dan keluputan mereka. Ini membuat umat Yahudi boleh bebas berbakti kepada Allah.

 

Nama Tuhan banyak yang dipermalukan karena orang Kristen tidak punya iman. Seandainya orang Kristen lebih berani dalam menyatakan imannya, maka nama Tuhan akan semakin dipermuliakan.

 

Biarlah kita yang menjadi orang-orang Kristen yang seperti ini, berani menyatakan iman percaya kita.

 

Tatkala kita menghadapi masalah, nyatakanlah kepada orang sekitar kita bahwa kita percaya dan taat kepada Kristus apapun yang terjadi dalam hidup kita.


 Johannis Trisfant, MTh

Tidak ada komentar:

Warisan dalam Terang (Kolose 1:12)