Jumat, 29 November 2024

Dikuatkan dan Dipersatukan dalam Kasih" (Kolose 2:2)


                             

https://youtu.be/ZafYC_zOUyE

 

Kol 2:2  supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus,

 

 

Dalam Kolose 2:2, Paulus mengungkapkan tujuan utamanya bagi jemaat: “Agar hati mereka dikuatkan dan mereka dipersatukan dalam kasih.” Ayat ini menunjukkan pentingnya fondasi yang kokoh di dalam hati dan kesatuan dalam kasih untuk menghadapi tantangan kehidupan rohani. Paulus, sebagai rasul, memahami bahwa iman yang kuat dan komunitas yang penuh kasih adalah kunci untuk bertahan dari ajaran-ajaran yang menyesatkan.

 

1. Penguatan Hati untuk Fondasi yang Teguh

Hati, dalam pengertian Alkitab, adalah pusat kehidupan manusia—tempat di mana pikiran, perasaan, dan kehendak bersatu. Paulus menekankan pentingnya penguatan hati karena dari situlah motivasi dan tindakan seseorang berasal. Tanpa penguatan rohani yang sejati, seseorang akan mudah terombang-ambing oleh pengaruh dunia. Penguatan hati bukan hanya soal pengetahuan intelektual, tetapi juga iman yang mengakar kuat di dalam Kristus, sehingga jemaat mampu menghadapi tantangan dengan keyakinan teguh.

 

2. Persatuan dalam Kasih sebagai Benteng Jemaat

Kasih yang dimaksud Paulus adalah kasih yang bersumber dari Kristus, bukan sekadar perasaan emosional. Kasih ini menyatukan jemaat sebagai satu tubuh yang saling mendukung dan menjaga. Ketika kasih menjadi dasar hubungan di antara anggota jemaat, mereka tidak hanya dikuatkan secara individu, tetapi juga sebagai komunitas. Kesatuan dalam kasih menjadikan gereja tempat yang aman untuk bertumbuh dan bertahan dari ajaran palsu.

 

3. Pengetahuan tentang Kristus sebagai Misteri Allah

Paulus ingin jemaat memahami bahwa segala hikmat dan pengetahuan sejati hanya ditemukan di dalam Kristus. Misteri Allah, yaitu Kristus, adalah pusat dari seluruh rencana penebusan. Dengan memahami kebenaran ini, jemaat tidak perlu mencari kebijaksanaan di luar Injil. Ini menjadi pengingat bahwa hanya Kristus yang mampu memberikan jawaban sejati untuk kehidupan rohani kita.

 

Aplikasi untuk Hidup Kita

Kolose 2:2 mengajarkan pentingnya membangun hati yang kuat dalam iman dan menjaga persatuan dalam kasih. Sebagai jemaat, kita dipanggil untuk saling menguatkan, mendukung, dan berpegang teguh pada kebenaran Kristus. Dengan demikian, kita mampu menghadapi tantangan iman dan menjadi saksi yang hidup bagi dunia.

 

Doa:

 

Tuhan, kuatkan hati kami dan persatukan kami dalam kasih-Mu. Bimbing kami untuk memahami kebenaran-Mu yang sejati di dalam Kristus dan hidup dalam kasih yang memuliakan nama-Mu. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Kamis, 28 November 2024

Perjuangan Demi Iman yang Kuat" (Kolose 2:1)


https://youtu.be/MgLpRAkfQQw?si=0NgPRICR1bvh-D_y

Perjuangan Demi Iman yang Kuat" (Kolose 2:1)


Kol 2:1  Karena aku mau, supaya kamu tahu, betapa beratnya perjuangan yang kulakukan untuk kamu, dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semuanya, yang belum mengenal aku pribadi,



Pernahkah Anda merasa peduli terhadap seseorang yang belum pernah Anda temui? Inilah hati Paulus dalam Kolose 2:1, ketika ia berkata, “Karena aku ingin, supaya kamu tahu, betapa hebat perjuanganku untuk kamu dan untuk mereka yang di Laodikia dan untuk semua orang yang belum mengenal aku secara pribadi.” Ayat ini menggambarkan dedikasi Paulus, yang tidak hanya melayani jemaat yang ia kenal, tetapi juga mereka yang jauh dari jangkauannya.

1. Perjuangan yang Melampaui Jarak
Kata “perjuangan” yang digunakan Paulus berasal dari bahasa Yunani agon, yang menggambarkan usaha intensif seperti seorang atlet atau prajurit. Perjuangan Paulus tidak bersifat fisik, tetapi rohani. Ia berjuang melalui doa, pengajaran, dan kepedulian untuk memastikan jemaat tetap teguh dalam iman, meskipun ia tidak hadir secara fisik. Ini menunjukkan bahwa pelayanan sejati tidak dibatasi oleh jarak, melainkan ditentukan oleh hati yang penuh kasih.

2. Kepedulian terhadap Jemaat yang Belum Dikenal
Paulus tidak hanya peduli pada jemaat yang ia bangun, tetapi juga mereka yang belum pernah bertemu dengannya. Ia memahami bahwa setiap orang percaya adalah bagian dari tubuh Kristus, dan tugasnya adalah menjaga kesatuan dan kekuatan rohani mereka. Ini menjadi teladan bagi kita untuk memiliki hati yang luas dalam pelayanan, di mana kita mendoakan dan mendukung saudara seiman di mana pun mereka berada.

3. Doa sebagai Bagian dari Perjuangan
Paulus berjuang dalam doa yang terus-menerus, memohon agar Allah menguatkan jemaat, melindungi mereka dari ajaran sesat, dan memberi hikmat untuk memahami kebenaran sejati di dalam Kristus. Perjuangan ini menunjukkan bahwa pelayanan tidak hanya membutuhkan kerja keras, tetapi juga ketergantungan penuh pada Tuhan melalui doa.

4. Tujuan Perjuangan Paulus
Paulus ingin jemaat bersatu dalam kasih dan memiliki pengertian penuh tentang Kristus. Ia menekankan bahwa segala kebijaksanaan dan pengetahuan sejati ada di dalam Kristus, bukan dalam ajaran-ajaran yang menyesatkan. Hal ini relevan bagi kita untuk terus berpegang pada kebenaran Injil dan tidak tergoda oleh kebijaksanaan dunia yang tampak menarik.

Doa:

Tuhan, ajar kami memiliki hati seperti Paulus, yang berjuang bagi saudara seiman dengan kasih dan doa. Berikan kami hikmat untuk tetap teguh dalam kebenaran-Mu dan menjadi berkat bagi tubuh Kristus. Amin.


Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 27 November 2024

"Berjuang dengan Kekuatan Tuhan" (Kolose 1:29)


 

https://youtu.be/bbgSpD7WYN8

 

"Berjuang dengan Kekuatan Tuhan" (Kolose 1:29)

 

Kol 1:29  Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

 

 

Pernahkah Anda merasa lelah ketika berusaha menjalani panggilan Tuhan? Mungkin Anda melayani di gereja, bekerja keras untuk keluarga, atau menjaga iman di tengah dunia yang penuh tantangan. Rasul Paulus memahami perasaan itu. Dalam suratnya, ia berkata, “Itulah sebabnya aku berjerih lelah dan berjuang menurut kuasa-Nya yang bekerja dengan kuat di dalam aku.” Kata-kata ini menunjukkan semangat yang luar biasa dalam melayani Tuhan, tetapi juga mengingatkan bahwa kekuatan untuk melayani datang dari Allah, bukan diri kita sendiri.

 

1. Kerja Keras yang Berbuah Kekal

Paulus menggunakan istilah “berjerih lelah” untuk menggambarkan usaha berat yang ia lakukan dalam pelayanan. Ia tidak hanya berkhotbah atau mengajar, tetapi juga menghadapi bahaya perjalanan, penganiayaan, dan bahkan pemenjaraan. Namun, Paulus memahami bahwa kerja kerasnya bukanlah sia-sia, karena ia berjuang untuk membawa jemaat kepada kedewasaan rohani. Dalam hidup kita, apakah kita berusaha sepenuh hati dalam panggilan yang Tuhan percayakan kepada kita?

 

2. Perjuangan dengan Ketekunan

Kata “berjuang” yang digunakan Paulus berasal dari kata Yunani agonizomai, yang menggambarkan perjuangan seperti seorang atlet dalam pertandingan. Hidup sebagai orang percaya memang seperti perlombaan atau peperangan rohani. Paulus menghadapi ajaran sesat, serangan dari luar, dan pergumulan batin. Namun, ia tetap maju dengan ketekunan, karena ia tahu bahwa Tuhan adalah sumber kekuatannya.

 

3. Kuasa Tuhan yang Menopang

Paulus menyadari bahwa semua usahanya tidak mungkin berhasil tanpa kuasa Tuhan. Ia berkata bahwa kekuatan Allah bekerja dengan kuat di dalam dirinya. Ini menjadi pelajaran bagi kita: meskipun kita harus bekerja keras, keberhasilan sejati dalam pelayanan atau kehidupan hanya mungkin terjadi jika kita bersandar pada Tuhan. Dalam kelemahan kita, kuasa Allah menjadi sempurna (2 Korintus 12:9).

 

Penutup

Renungan ini mengingatkan kita bahwa pelayanan yang sejati membutuhkan kerja keras, ketekunan, dan pengorbanan. Namun, semua itu hanya akan membawa hasil yang kekal jika dilakukan dalam kuasa Tuhan. Saat Anda merasa lelah atau putus asa, ingatlah bahwa Tuhan menyediakan kekuatan untuk melanjutkan perjalanan.

 

Doa:

Tuhan, mampukan saya untuk berjerih lelah dan berjuang dalam panggilanku dengan kuasa-Mu. Berikan saya ketekunan untuk tetap setia dan keyakinan bahwa Engkau menopangku di setiap langkah. Amin.

 

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Selasa, 26 November 2024

Melayani dengan Tujuan yang Jelas" (Kolose 1:28)


https://youtu.be/32JX2L5T4As

 

 

"Melayani dengan Tujuan yang Jelas" (Kolose 1:28)

 

Kol 1:28  Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.

 

Pernahkah Anda mengamati seorang guru yang luar biasa? Mereka tidak hanya menyampaikan materi, tetapi juga peduli akan perkembangan setiap muridnya. Mereka memperingatkan dengan kasih saat murid melakukan kesalahan dan mengajar dengan sabar hingga murid benar-benar memahami. Inilah gambaran yang mirip dengan hati Paulus dalam pelayanannya.

Dalam Kolose 1:28, kita melihat bagaimana Paulus menjalankan pelayanannya dengan tujuan yang jelas: "Dialah yang kami beritakan, dengan memperingatkan setiap orang dan mengajar setiap orang dalam segala hikmat, untuk memimpin setiap orang kepada kesempurnaan di dalam Kristus." Fokusnya sederhana namun mendalam - memberitakan Kristus dan membawa setiap orang pada kedewasaan rohani.

Perhatikan kata "setiap orang" yang diulang tiga kali dalam ayat ini. Bagi Paulus, tidak ada yang terlalu muda atau terlalu tua, terlalu bijak atau terlalu sederhana untuk bertumbuh dalam Kristus. Setiap jiwa berharga dan memiliki potensi untuk mencapai kedewasaan rohani. Sungguh sebuah pandangan yang mengubah cara kita melihat orang lain!

Pelayanan Paulus mencakup dua aspek penting: memperingatkan dan mengajar. Seperti orang tua yang mengasihi anaknya, ia tidak ragu untuk memperingatkan jika ada bahaya, namun juga dengan sabar mengajar dalam hikmat Allah. Tujuannya bukan untuk menghakimi, melainkan untuk membimbing setiap orang menuju kesempurnaan dalam Kristus.

Hari ini, mari kita mengevaluasi hidup kita. Sudahkah kita bertumbuh menuju kedewasaan rohani? Bagi yang telah dipercayakan untuk melayani, sudahkah kita memiliki hati seperti Paulus - yang tidak puas dengan pertumbuhan yang dangkal tetapi rindu melihat setiap orang mencapai potensi penuh mereka dalam Kristus? Ingatlah, kedewasaan rohani bukanlah tujuan yang mustahil, tetapi sebuah proses yang terjadi saat kita terus fokus pada Kristus dan membiarkan-Nya mengubah hidup kita setiap hari.

 

Doa respon

 

Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas teladan Paulus yang rindu membawa setiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Berikan kami hati yang tulus untuk memperingatkan dengan kasih dan mengajar dengan hikmat-Mu. Jadikan kami pelayan-Mu yang sabar, setia, dan penuh kasih, agar setiap jiwa yang kami layani dapat bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Mampukan kami untuk senantiasa fokus pada Kristus dalam hidup kami. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Senin, 25 November 2024

Rahasia Yang Tak Lagi Tersembunyi" (Kolose 1:27)



https://youtu.be/QxBTsg12X1Q

 

"Rahasia Yang Tak Lagi Tersembunyi" (Kolose 1:27)

 

 

Kol 1:27 Kepada mereka Allah mau memberitahukan, betapa kaya dan mulianya rahasia itu di antara bangsa-bangsa lain, yaitu: Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!

 

Pernahkah saudara merasa penasaran dengan sebuah rahasia yang dijaga rapat? Biasanya, rahasia membuat kita gelisah dan ingin mengetahuinya. Namun dalam Kolose 1:27, Paulus berbicara tentang sebuah rahasia yang justru Allah ingin bagikan kepada semua orang: "Kristus ada di tengah-tengah kamu, Kristus yang adalah pengharapan akan kemuliaan!"

Sungguh luar biasa bahwa Allah yang Maha Kuasa memilih untuk membagikan rahasia-Nya kepada kita. Rahasia ini bukanlah seperti resep masakan yang disembunyikan atau formula bisnis yang dirahasiakan. Ini adalah rahasia terbesar sepanjang masa: Allah sendiri, melalui Kristus, memilih untuk tinggal di dalam diri setiap orang percaya.

Bayangkan sejenak - Sang Pencipta alam semesta, Yang Mahakuasa, memilih untuk berdiam dalam hidup kita. Ini bukan sekadar kehadiran simbolis, melainkan kehadiran nyata yang mengubahkan. Ketika Kristus ada di dalam kita, kita memiliki pengharapan yang pasti akan kemuliaan. Pengharapan ini bukanlah harapan kosong atau angan-angan belaka, melainkan jaminan yang pasti akan masa depan yang mulia bersama-Nya.

Kehadiran Kristus dalam hidup kita memberi makna baru pada setiap aspek kehidupan. Saat kita menghadapi tantangan, kita tidak menghadapinya sendiri - Kristus ada di dalam kita. Saat kita merasa lemah, kita dapat mengandalkan kekuatan-Nya. Saat kita merasa tidak layak, kita diingatkan bahwa nilai kita tidak terletak pada apa yang kita lakukan, tetapi pada siapa yang tinggal di dalam kita.

Hari ini, marilah kita hidup dengan kesadaran penuh akan rahasia agung ini. Kristus tidak hanya bersama kita, tetapi Dia ada di dalam kita! Biarlah kesadaran ini mengubah cara kita memandang diri sendiri dan cara kita menjalani hidup. Kita adalah bait Allah yang hidup, tempat kediaman Kristus sendiri. Dengan pengharapan akan kemuliaan ini, kita dapat menghadapi setiap hari dengan keyakinan dan sukacita, mengetahui bahwa masa depan kita terjamin dalam Kristus.

 

 

Doa respon

 

Bapa yang penuh kasih,

Terima kasih untuk rahasia-Mu yang ajaib - Kristus yang tinggal dalam kami. Betapa berharganya kami di mata-Mu hingga Engkau memilih untuk berdiam dalam hidup kami. Tolong kami untuk hidup dengan kesadaran akan kehadiran-Mu setiap hari. Biarlah hidup kami mencerminkan kemuliaan-Mu dan menjadi saksi dari pengharapan yang kami miliki dalam Kristus.

Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa, Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Jumat, 22 November 2024

Penatalayanan yang Setia


https://youtu.be/thdmKN_Dp0A

 

Penatalayanan yang Setia

 

Kol 1:25  Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu,

 

"Aku telah menjadi pelayan jemaat itu sesuai dengan tugas yang dipercayakan Allah kepadaku untuk meneruskan firman-Nya dengan sepenuhnya kepada kamu" - Kolose 1:25

Dalam dunia yang penuh dengan pesan-pesan yang saling bertentangan, betapa pentingnya memiliki penatalayan yang setia terhadap kebenaran. Paulus menunjukkan kepada kita model pelayanan yang bukan berasal dari ambisi pribadi, melainkan dari panggilan ilahi yang jelas. Ia memahami bahwa tugasnya bukan sekadar menyampaikan informasi, tetapi membagikan seluruh kebenaran firman Allah tanpa mengurangi atau menambahkan.

Sering kali kita tergoda untuk memilih-milih bagian firman Tuhan yang lebih "nyaman" atau yang lebih mudah diterima oleh telinga pendengar. Kita mungkin menghindari topik-topik yang menantang atau mengabaikan bagian-bagian yang menuntut perubahan hidup yang radikal. Namun, Paulus mengingatkan kita bahwa sebagai pelayan Kristus, kita dipanggil untuk setia menyampaikan keseluruhan firman Allah.

Penatalayanan ini bukan tugas yang ringan. Ini membutuhkan keberanian untuk berbicara kebenaran, bahkan ketika tidak populer. Ini memerlukan kebijaksanaan untuk mengajar dengan tepat, dan kerendahan hati untuk mengakui bahwa kita adalah hamba yang melayani demi kemuliaan Allah, bukan demi pengakuan manusia.

Setiap orang percaya, dalam kapasitasnya masing-masing, dipanggil menjadi penatalayan firman Allah. Entah sebagai orang tua yang mengajar anak-anaknya, sebagai guru sekolah minggu, atau sekadar dalam percakapan sehari-hari dengan teman, kita dipercayakan untuk membagikan kebenaran Injil dengan utuh dan setia.

Mari kita memeriksa diri: Sudahkah kita setia menyampaikan firman Allah dengan sepenuhnya? Atau kita justru memilih jalan yang mudah dengan hanya membagikan bagian-bagian yang menyenangkan saja? Kiranya Tuhan memberi kita keberanian dan hikmat untuk menjadi penatalayan yang setia, yang tidak takut menyatakan seluruh kebenaran firman-Nya, sambil tetap mempertahankan kasih dan belas kasihan dalam pelayanan kita.

 

Doa Respon

 

Tuhan yang setia, kami bersyukur atas kepercayaan-Mu menjadikan kami penatalayan firman-Mu. Berikan kami keberanian untuk menyampaikan kebenaran-Mu sepenuhnya, tanpa takut atau memilih-milih. Penuhi kami dengan hikmat dan kasih, agar setiap kata yang kami sampaikan membawa kemuliaan bagi-Mu dan mengubahkan hidup. Jadikan kami pelayan yang setia, mencerminkan kasih Kristus dalam perkataan dan perbuatan kami. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Rabu, 20 November 2024

Berakar dalam Pengharapan


https://youtu.be/sPw3QQZBDMk

 

Berakar dalam Pengharapan

 

Kol 1:23  Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.

 

Kolose 1:23 merupakan panggilan bagi kita untuk berakar kuat dalam iman Kristen: "Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya."

Paulus, setelah menjelaskan keagungan pendamaian di dalam Kristus, kini menekankan pentingnya ketekunan. Iman bukanlah sekedar penerimaan awal, melainkan sebuah perjalanan yang membutuhkan keteguhan hati. Kita harus "bertekun dalam iman," berakar kuat di dalam Kristus, agar tidak terombang-ambing oleh badai pencobaan dan ajaran sesat.

Ia juga mengingatkan kita untuk "tetap teguh dan tidak bergoncang." Dunia ini penuh dengan godaan dan tekanan yang dapat menggoyahkan iman kita. Kita harus berdiri teguh di atas dasar kebenaran Firman Tuhan, tidak mudah terpengaruh oleh arus dunia. Keteguhan ini lahir dari pemahaman yang mendalam akan Injil dan keyakinan yang teguh akan janji-janji Allah.

Paulus kemudian menyoroti "pengharapan Injil." Pengharapan ini bukanlah angan-angan kosong, melainkan keyakinan yang kokoh akan keselamatan kekal di dalam Kristus. Pengharapan ini menjadi jangkar jiwa kita, memberikan kekuatan dan penghiburan di tengah badai kehidupan. Kita tidak boleh membiarkan pengharapan ini direnggut oleh keputusasaan atau tawaran dunia yang fana.

Selanjutnya, Paulus menegaskan universalitas Injil, "yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit." Injil bukanlah pesan eksklusif, melainkan kabar baik bagi seluruh umat manusia. Kita dipanggil untuk menjadi bagian dari misi Allah, menyampaikan kabar baik ini kepada dunia yang membutuhkan pengharapan.

Akhirnya, Paulus merendahkan dirinya sebagai "pelayan Injil." Meskipun seorang rasul yang berpengaruh, ia menganggap dirinya sebagai hamba yang setia, bertanggung jawab untuk memberitakan kebenaran. Teladan Paulus mengingatkan kita bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk melayani, menggunakan karunia dan talenta yang diberikan Allah untuk memajukan Kerajaan-Nya.

Marilah kita merenungkan panggilan ini untuk bertekun dalam iman, teguh dan tidak bergoncang, berpegang teguh pada pengharapan Injil. Kiranya hidup kita menjadi kesaksian yang nyata akan kuasa transformatif Injil dan menjadi berkat bagi dunia di sekitar kita.

 

 

Doa Respon:

 

Ya Bapa, teguhkanlah iman kami agar berakar kuat dalam pengharapan Injil. Mampukan kami untuk teguh dan tidak bergoncang di tengah badai kehidupan, serta setia memberitakan kabar baik keselamatan kepada dunia. Jadikanlah kami pelayan-pelayan Injil yang setia, seperti Paulus, hingga Engkau dimuliakan. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Selasa, 19 November 2024

Dipulihkan untuk Kekudusan


https://youtu.be/juSw87XeGH8

 

Dipulihkan untuk Kekudusan

 

Kol 1:22  sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

 

 

Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa Kristus harus mati dalam wujud manusia? Kolose 1:22 memberi kita jawaban yang mendalam: "sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya."

 

Allah memilih jalan yang luar biasa untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya. Dia tidak melakukannya dari kejauhan atau hanya melalui dekrit ilahi. Sebaliknya, Allah memilih untuk masuk ke dalam dunia kita melalui Kristus dalam tubuh jasmani. Yesus merasakan apa yang kita rasakan – kelemahan, godaan, dan penderitaan manusiawi – namun tetap tanpa dosa.

 

Kematian-Nya di kayu salib bukanlah sekadar simbol atau contoh pengorbanan. Ini adalah tindakan pendamaian yang nyata dan konkret. Melalui tubuh jasmani-Nya yang tersalib, Kristus membuka jalan bagi kita untuk diperdamaikan dengan Allah. Yang mengagumkan, tujuan pendamaian ini bukan hanya pengampunan dosa, tetapi transformasi total: untuk membuat kita "kudus dan tak bercela dan tak bercacat."

 

Bayangkan! Allah tidak puas hanya dengan menghapus catatan dosa kita. Dia ingin memulihkan kita ke kondisi yang bahkan lebih baik dari sebelum kejatuhan – kondisi kudus, tak bercela, dan tak bercacat. Ini seperti restorasi sebuah lukisan kuno yang tidak hanya membersihkan noda-nodanya, tetapi juga memulihkan keindahan aslinya, bahkan membuatnya lebih cemerlang dari sebelumnya.

 

Kekudusan ini bukan sekadar status legal di hadapan Allah. Ini adalah panggilan untuk hidup berbeda, untuk mencerminkan karakter Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali kita tergoda untuk kembali ke cara hidup lama, kita perlu mengingat harga mahal yang telah dibayar untuk mengubah status kita.

 

Mari kita hidup sesuai dengan identitas baru kita – orang-orang yang telah diperdamaikan dan dikuduskan melalui pengorbanan Kristus. Biarlah setiap pilihan dan tindakan kita mencerminkan status kita yang kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Nya.

 

Doa Respon

 

Bapa Surgawi, terima kasih atas anugerah pendamaian yang luar biasa melalui tubuh jasmani Kristus. Kami kagum akan kasih-Mu yang rela berkorban di kayu salib, memulihkan kami kepada kekudusan. Mampukan kami untuk hidup seturut dengan identitas baru kami di dalam Kristus, kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapan-Mu. Arahkan langkah kami agar setiap tindakan mencerminkan kemuliaan-Mu. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Senin, 18 November 2024

Dari Musuh Menjadi Sahabat


 

https://youtu.be/q4Ra0zZ7iY8

 

Dari Musuh Menjadi Sahabat

 

Kol 1:21  Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat,

 

 

Pernahkah kita benar-benar merenungkan kondisi kita sebelum mengenal Kristus? Paulus dalam Kolose 1:21 memberikan gambaran yang mengejutkan: kita dahulu "hidup jauh dari Allah dan memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran." Gambaran ini mungkin terasa tidak nyaman, tetapi inilah realitas yang perlu kita akui dengan jujur.

 

Keterasingan dari Allah bukanlah sekadar jarak fisik, melainkan kondisi spiritual yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan kita. Seperti anak yang hilang yang pergi jauh dari rumah bapanya, kita pun pernah hidup tersesat, jauh dari hadirat Allah. Yang lebih menyedihkan, kita bahkan aktif memusuhi-Nya – bukan hanya dalam tindakan, tetapi juga dalam hati dan pikiran kita.

 

Permusuhan ini tampak dalam berbagai bentuk. Kadang melalui penolakan terang-terangan terhadap Allah, kadang melalui sikap acuh tak acuh terhadap-Nya. Bahkan saat kita mencoba menjadi "orang baik", tanpa Kristus, hati kita tetap memberontak melawan otoritas-Nya. Perbuatan-perbuatan jahat kita hanyalah gejala dari masalah yang lebih dalam: hati yang rusak dan memusuhi Allah.

 

Namun kabar baiknya, Allah tidak membiarkan kita dalam kondisi ini. Dia mengambil inisiatif untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya melalui Kristus. Bayangkan, Allah yang kita musuhi justru mengulurkan tangan pendamaian! Dia mengubah status kita dari musuh menjadi sahabat, dari orang asing menjadi anak-anak-Nya sendiri.

 

Transformasi ini seharusnya membuat kita takjub setiap hari. Kita yang dulunya aktif memusuhi Allah, kini dipanggil untuk aktif mengasihi-Nya. Pikiran yang dulu menolak Allah kini dapat mengenal dan menikmati kebenaran-Nya. Hati yang dulu memberontak kini dapat merasakan sukacita dalam persekutuan dengan-Nya.

 

Mari kita rayakan kasih karunia Allah yang luar biasa ini dengan hidup yang mencerminkan status baru kita sebagai sahabat-Nya. Biarlah setiap aspek hidup kita – pikiran, perkataan, dan perbuatan – menjadi bukti nyata dari karya pendamaian-Nya yang ajaib.

 

Doa Respon

 

Bapa yang penuh kasih, kami takjub akan karya pendamaian-Mu yang ajaib. Engkau telah mengubah kami dari musuh menjadi sahabat, dari orang asing menjadi anak-anak-Mu. Ampuni kami yang sering melupakan transformasi luar biasa ini. Tolonglah kami untuk hidup sesuai status baru kami sebagai sahabat-Mu. Biarlah setiap aspek hidup kami memuliakan-Mu dan menjadi kesaksian akan kasih karunia-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus, amin.

 

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Minggu, 17 November 2024

Kristus, Sang Pendamai


https://youtu.be/hm5s-FaiKiE

 

Kristus, Sang Pendamai

 

Kol 1:20  dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus.

 

Pernahkah kita merenungkan betapa luasnya dampak dosa? Dosa bukan hanya merusak hubungan kita dengan Allah, tetapi telah menciptakan perpecahan dalam seluruh ciptaan. Kita melihatnya dalam kerusakan alam, dalam permusuhan antar manusia, bahkan dalam ketidakharmonisan yang kita rasakan dalam diri kita sendiri.

 

Namun, kabar baiknya adalah Allah tidak membiarkan ciptaan-Nya hancur begitu saja. Melalui Kolose 1:20, kita melihat rencana pendamaian Allah yang luar biasa melalui Kristus. Pendamaian ini bersifat universal – mencakup "segala sesuatu", baik yang di bumi maupun yang di surga. Bayangkan, ketika kita memandang ke langit yang luas atau melihat keindahan alam di sekitar kita, semua itu termasuk dalam rencana pendamaian Allah.

 

Yang mengherankan adalah cara Allah mendamaikan segala sesuatu: melalui salib Kristus. Salib, alat penyiksaan yang mengerikan, justru menjadi simbol pendamaian terbesar. Di salib itulah, Kristus menumpahkan darah-Nya, bukan hanya untuk mendamaikan manusia dengan Allah, tetapi untuk memulihkan seluruh tatanan ciptaan yang telah rusak oleh dosa.

 

Hal ini memberi kita pengharapan besar. Ketika kita melihat kerusakan lingkungan, konflik antar bangsa, atau bahkan pergumulan dalam hidup kita sendiri, kita bisa berpegang pada janji bahwa Kristus sedang bekerja memulihkan segala sesuatu. Pendamaian-Nya bersifat menyeluruh dan sempurna.

 

Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk menjadi bagian dari karya pendamaian ini. Kita dapat mulai dengan membawa damai dalam lingkup pengaruh kita – dalam keluarga, tempat kerja, atau komunitas. Setiap tindakan kasih dan perdamaian yang kita lakukan menjadi kesaksian akan karya pendamaian Kristus yang universal.

 

Mari kita hidup sebagai agen pendamaian, sambil menantikan penggenapan penuh dari karya Kristus, ketika seluruh ciptaan akan dipulihkan sepenuhnya dalam harmoni dengan Allah.

 

Doa Respon

 

Tuhan yang penuh kasih, kami bersyukur atas karya pendamaian-Mu melalui Kristus yang mencakup segala ciptaan. Di tengah kerusakan dunia ini, kami berpegang pada janji pemulihan-Mu yang sempurna. Ajarkan kami untuk menjadi pembawa damai dalam setiap tindakan dan perkataan kami. Kiranya hidup kami mencerminkan kasih Kristus, sehingga kami menjadi saksi dari pendamaian universal-Mu. Mampukan kami untuk menghidupi panggilan-Mu setiap hari. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Jumat, 15 November 2024

Kepenuhan Allah dalam Kristus - Kolose 1:19


https://youtu.be/fqcWlV9mOXA

 

 

Kepenuhan Allah dalam Kristus - Kolose 1:19

"Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia." (Kolose 1:19)

Kolose 1:19 menegaskan keagungan Kristus dengan menyatakan bahwa "seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia." Ini menyoroti bahwa Kristus adalah perwujudan penuh keilahian. Frasa "kepenuhan Allah" (pleroma) menunjukkan bahwa segala atribut Allah—kasih, hikmat, kuasa, dan kekudusan—terpenuhi dalam diri Kristus. Dia bukan hanya manusia istimewa, melainkan Allah sejati yang hadir di tengah umat manusia.

Makna ini memiliki implikasi mendalam. Pertama, keilahian penuh Kristus berarti Dia adalah perantara sempurna antara Allah dan manusia. Melalui Dia, kita bisa memahami sifat Allah yang sejati, karena dalam setiap tindakan Kristus, Allah sepenuhnya hadir. Ini sejalan dengan Yohanes 1:14, di mana Firman menjadi daging dan tinggal di antara kita, menunjukkan Allah yang tidak hanya mengamati dari kejauhan, tetapi terlibat langsung dalam sejarah manusia.

Kedua, frasa “berkenan diam di dalam Dia” menunjukkan kehendak Allah yang penuh sukacita untuk menyatakan diri-Nya dalam Kristus. Hal ini menegaskan bahwa penebusan bukan suatu rencana darurat, tetapi bagian dari rencana kekal Allah. Kristus datang bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai penguasa penuh yang membawa keselamatan sempurna bagi manusia.

Implikasi bagi kita adalah kesadaran bahwa hanya dalam Kristus ada kepastian keselamatan. Dia bukan sekadar satu jalan di antara banyak, tetapi satu-satunya jalan (Yohanes 14:6). Dengan mengenal Kristus, kita mengenal Allah secara penuh. Kita dipanggil untuk hidup berpusat pada Kristus, memandang-Nya sebagai sumber segala kuasa, hikmat, dan kasih. Melalui-Nya, kita memiliki jaminan bahwa Allah hadir dan memelihara hidup kita dengan sempurna.

Doa:

Tuhan Yesus, Engkaulah tempat berdiamnya seluruh kepenuhan Allah. Kami memuliakan-Mu sebagai manifestasi sempurna dari keilahian, sumber segala hikmat, kuasa, dan kasih. Ajarkan kami untuk semakin mengenal dan hidup dalam pengenalan akan Engkau. Jadikanlah Engkau pusat kehidupan kami, sumber segala berkat dan kekuatan kami. Bimbing kami dalam ketaatan, agar hidup kami memancarkan kemuliaan-Mu. Dalam nama-Mu yang penuh anugerah kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Kamis, 14 November 2024

Kristus, Kepala dan Raja - Kolose 1:18


https://youtu.be/N_LtWhNDy7Q

 

Kristus, Kepala dan Raja - Kolose 1:18

 

"Ialah kepala tubuh, yaitu jemaat. Ialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang terutama dalam segala sesuatu." (Kolose 1:18)

 

Ayat ini menuntun kita pada pemahaman yang lebih dalam tentang keunggulan dan supremasi Yesus Kristus, baik sebagai Tuhan atas gereja maupun atas seluruh ciptaan.

Kristus, Kepala Tubuh, yaitu Jemaat:

Pernyataan ini menegaskan peran Kristus sebagai pemimpin tertinggi dari gereja-Nya. Gereja, sebagai tubuh Kristus, dipimpin oleh-Nya. Dia bukanlah kepala yang pasif, tetapi aktif memimpin dan mengarahkan gereja-Nya menuju tujuan ilahi.

Kristus sebagai kepala juga menunjukkan bahwa Dia adalah sumber kehidupan rohani bagi gereja. Seperti tubuh membutuhkan kepala untuk hidup dan berfungsi, demikian pula gereja membutuhkan Kristus untuk bertumbuh dan berkembang.

Kristus, Yang Sulung, yang Pertama Bangkit dari antara Orang Mati:

Ungkapan ini menekankan keunggulan Kristus dalam hal kebangkitan. Dia yang pertama bangkit dari kematian dengan tubuh mulia, menandai kemenangan atas maut dan membuka jalan bagi kebangkitan semua orang percaya.

Kebangkitan Kristus bukan hanya peristiwa sejarah yang penting, tetapi juga jaminan bagi kebangkitan semua yang percaya kepada-Nya. Dia adalah pemimpin dalam kebangkitan, dan melalui-Nya kita juga akan bangkit dan hidup kekal bersama Allah.

Kristus, Yang Terutama dalam Segala Sesuatu:

Pernyataan ini menandai puncak dari seluruh bagian ini. Kristus bukan hanya bagian dari ciptaan, tetapi Dia adalah pusat dari seluruh alam semesta. Supremasinya mencakup semua dimensi kehidupan: waktu, ruang, sejarah, ciptaan yang terlihat dan yang tak terlihat.

Kristus adalah yang terutama dalam segala sesuatu karena Dia adalah Pencipta, Penebus, dan Raja. Tidak ada yang lebih besar atau lebih berkuasa daripada Dia.

Implikasi Bagi Kehidupan Kita:

·        Gereja yang dipimpin oleh Kristus: Sebagai gereja, kita harus tunduk kepada kepemimpinan Kristus dan menerima arahan-Nya.

·        Harapan Kebangkitan: Kita dapat hidup dengan penuh pengharapan karena Kristus sudah mengalahkan kematian.

·        Hidup yang dipusatkan pada Kristus: Kristus harus menjadi yang pertama dan terutama dalam segala hal dalam hidup kita. Kita harus menjadikan-Nya sebagai pusat dari keberadaan kita dan hidup dalam ketaatan kepada-Nya.

Mari kita merenungkan keunggulan Kristus dan hidup dalam ketaatan dan pemuliaan kepada-Nya. Dia adalah Kepala dan Raja kita, dan kita dipanggil untuk hidup dalam kerendahan hati dan ketaatan kepada-Nya.

Doa:

Tuhan Yesus, Engkau Kepala tubuh, yaitu jemaat, dan Yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati. Kami mengakui keunggulan-Mu, pemimpin tertinggi gereja yang memimpin kami dalam kasih dan kebenaran. Ajarkan kami tunduk pada kehendak-Mu dan hidup memuliakan nama-Mu. Sebagai Raja atas segala ciptaan, biarlah hidup kami berpusat pada-Mu, sumber harapan dan kebangkitan. Jadikan kami setia dalam pengabdian kepada-Mu. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 13 November 2024

Kristus, Sumber dan Penopang Segala Sesuatu - Kolose 1:17


https://youtu.be/xA_KWdId1ho

 

 

Kristus, Sumber dan Penopang Segala Sesuatu - Kolose 1:17

 

"Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu dan segala sesuatu ada di dalam Dia." (Kolose 1:17)

Ayat ini merupakan pernyataan yang kuat tentang keunggulan dan keilahian Yesus Kristus. Paulus mengemukakan dua pernyataan kunci: "Ia ada terlebih dahulu dari segala sesuatu" dan "segala sesuatu ada di dalam Dia."

Ia Ada Terlebih Dahulu dari Segala Sesuatu:

Frasa ini menekankan keberadaan kekal Kristus. Dia ada sebelum segala sesuatu diciptakan, bahkan sebelum waktu itu sendiri. Dia bukanlah makhluk ciptaan, tetapi Pencipta itu sendiri. Ini berbicara tentang sifat ilahi-Nya yang sudah ada sejak kekekalan.

Pernyataan ini sejalan dengan Yohanes 1:1-3, yang menyatakan bahwa "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah." Kristus adalah Firman yang kekal, yang sudah ada bersama Allah sejak kekekalan. Dia bukan hanya bagian dari sejarah, tetapi Sumber dari segala sesuatu.

Segala Sesuatu Ada di Dalam Dia:

Frasa ini menegaskan peran Kristus sebagai penopang dan pemelihara segala sesuatu. Tidak hanya Dia menciptakan segala sesuatu, tetapi segala sesuatu juga bergantung pada-Nya untuk eksistensinya. Alam semesta tidak berjalan dengan sendirinya, tetapi ditopang oleh kuasa-Nya yang terus menerus.

Kristus bukan hanya Pencipta di awal waktu, tetapi Dia juga terus aktif dalam pemeliharaan ciptaan-Nya. Setiap napas yang kita ambil, setiap detak jantung, dan setiap gerakan bintang di langit, semuanya dipelihara oleh-Nya.

Implikasi Bagi Kehidupan Kita:

·        Pengenalan tentang Allah: Ayat ini mengarahkan kita kepada sumber dari semua keberadaan, yaitu Yesus Kristus. Melalui Dia, kita dapat mengenal Allah yang tidak kelihatan dengan lebih baik.

·        Dependensi kepada Kristus: Kita tidak pernah berdiri sendiri, tetapi bergantung sepenuhnya kepada Kristus untuk keberadaan kita.

·        Harapan dan Ketenangan: Kita dapat hidup dengan penuh harapan karena segala sesuatu ada di bawah kendali Kristus. Dia adalah penopang dan pemelihara kita, dan tidak ada yang terjadi di luar rencana-Nya.

Mari kita merenungkan keagungan Kristus, yang ada sebelum segala sesuatu dan menopang segala sesuatu. Dia adalah sumber dan tujuan dari hidup kita.

Doa:

Tuhan Yesus, Engkau yang ada sebelum segala sesuatu dan penopang segala ciptaan, kami memuliakan-Mu. Ajarkan kami untuk bergantung sepenuhnya kepada-Mu dalam setiap aspek kehidupan kami. Engkaulah sumber kekuatan dan penopang kami yang tak tergoyahkan. Berikan kami iman dan ketenangan dalam memahami bahwa segala sesuatu ada di dalam pengaturan-Mu yang sempurna. Bimbing langkah kami untuk selalu memuliakan-Mu. Dalam nama-Mu kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Selasa, 12 November 2024

Kristus, Pusat Segala Ciptaan - Kolose 1:16


https://youtu.be/Q2Ol9W-mrWg

 

 

Kristus, Pusat Segala Ciptaan - Kolose 1:16

"Karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia." (Kolose 1:16)

 

Ayat ini melukiskan gambaran yang megah tentang keunggulan dan supremasi Yesus Kristus atas seluruh ciptaan. Paulus dengan tegas menyatakan bahwa Yesus bukan hanya bagian dari ciptaan, tetapi Dia adalah Pencipta itu sendiri, sumber dari segala sesuatu yang ada.

Di dalam Dialah Diciptakan Segala Sesuatu:

Frasa ini menekankan peran aktif Kristus dalam penciptaan. Dia bukan hanya saksi dari tindakan penciptaan, tetapi Dia sendiri yang menciptakan segala sesuatu. Keilahian-Nya terlihat jelas dalam kuasa-Nya untuk menciptakan alam semesta yang luas, dari bintang-bintang di langit hingga atom-atom terkecil.

Yang Ada di Sorga dan yang Ada di Bumi, Yang Kelihatan dan Yang Tidak Kelihatan:

Ayat ini meluaskan cakupan penciptaan Kristus, meliputi seluruh realitas, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat. Alam semesta fisik yang kita lihat, termasuk bintang-bintang, planet, gunung, lautan, dan kehidupan di bumi, adalah hasil karya tangan-Nya. Namun, penciptaan tidak hanya mencakup yang fisik. Kristus juga menciptakan dunia rohani, termasuk malaikat, roh-roh, dan segala kekuatan spiritual.

Baik Singgasana, Maupun Kerajaan, Baik Pemerintah, Maupun Penguasa:

Paulus kemudian menyebutkan berbagai jenis kekuasaan dan otoritas di alam semesta, menunjukkan bahwa semua kekuatan, baik politik, sosial, maupun spiritual, tunduk kepada Kristus. Bahkan "singgasana" dan "kerajaan," yang melambangkan kekuasaan tertinggi, juga diciptakan oleh-Nya. Tidak ada kekuasaan yang independen dari Kristus, dan semua kekuasaan berfungsi dalam rangka rencana kekal-Nya.

Diciptakan Oleh Dia dan Untuk Dia:

Ayat ini mengungkap tujuan utama dari penciptaan. Segala sesuatu diciptakan "oleh Dia," menunjukkan peran aktif Kristus dalam penciptaan. Namun, segala sesuatu juga diciptakan "untuk Dia," yang menunjukkan tujuan akhir dari seluruh ciptaan, yaitu untuk memuliakan Dia.

Implikasi Bagi Kehidupan Kita:

Pengakuan akan keunggulan Kristus atas seluruh ciptaan memiliki implikasi yang mendalam bagi hidup kita:

·        Pengakuan Keunggulan: Kita dipanggil untuk mengakui keunggulan Kristus atas segala sesuatu dan menempatkan-Nya di tempat pertama dalam hidup kita.

·        Ketaatan dan Pemuliaan: Kehidupan kita harus menjadi respon atas kehendak-Nya dan refleksi dari kemuliaan-Nya.

·        Harapan yang Kokoh: Kita dapat hidup dengan penuh keyakinan karena Yesus adalah Raja atas segala sesuatu. Tidak ada yang terjadi di luar kendali-Nya, dan kita aman di bawah pemerintahan-Nya.

Mari kita merenungkan keagungan Kristus dan hidup dalam ketaatan dan pemuliaan kepada-Nya. Dia adalah Pencipta dan Raja kita, dan segala sesuatu ada untuk memuliakan-Nya.

Doa:

Bapa Surgawi, terima kasih atas karya penciptaan-Mu yang menakjubkan melalui Putra-Mu, Yesus Kristus. Bantulah kami untuk memahami keunggulan-Nya atas segala sesuatu dan hidup dalam ketaatan dan pemuliaan kepada-Nya. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Senin, 11 November 2024

Yesus, Gambar Allah yang Tidak Kelihatan - Kolose 1:15


https://youtu.be/c6lqKRc0r0w

 

Yesus, Gambar Allah yang Tidak Kelihatan - Kolose 1:15

 

"Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan." (Kolose 1:15)

Ayat ini melukiskan gambaran yang agung tentang Yesus Kristus, menegaskan keilahian dan supremasinya atas seluruh ciptaan. Paulus menggunakan dua pernyataan kunci: "gambar Allah yang tidak kelihatan" dan "yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan."

Gambar Allah yang Tidak Kelihatan:

Frasa ini menunjukkan hubungan yang erat antara Yesus dan Allah Bapa. Allah, yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia, menyatakan diri-Nya sepenuhnya dalam diri Yesus. Yesus bukan hanya representasi atau refleksi Allah, melainkan manifestasi-Nya yang sempurna. Melalui Yesus, kita dapat melihat wajah Allah, memahami sifat-Nya, dan merasakan kasih-Nya.

Dalam Yohanes 14:9, Yesus berkata, "Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa." Kata-kata ini menegaskan bahwa Yesus adalah cerminan yang sempurna dari Allah Bapa. Dalam diri-Nya, kita menemukan sifat Allah yang tidak kelihatan, yaitu kasih, kebenaran, dan kuasa.

Yang Sulung, Lebih Utama dari Segala yang Diciptakan:

Ungkapan ini menekankan keunggulan Yesus atas seluruh ciptaan. Yesus bukanlah bagian dari ciptaan, melainkan Pencipta itu sendiri. Dia ada sebelum segala sesuatu dan segala sesuatu diciptakan oleh-Nya dan untuk-Nya. Dia adalah sumber segala sesuatu, dan segala sesuatu ada untuk memuliakan Dia.

Sebagai yang sulung, Yesus memiliki otoritas tertinggi atas segala sesuatu. Segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat, tunduk kepada-Nya. Tidak ada yang lebih besar atau lebih berkuasa daripada Dia.

Implikasi Bagi Kehidupan Kita:

Ayat ini memiliki implikasi yang mendalam bagi kehidupan kita sebagai orang percaya.

·        Pengenalan yang Lebih Dalam tentang Allah: Melalui Yesus, kita dapat mengenal Allah yang tidak kelihatan dengan lebih baik. Kita dapat melihat kasih, kebenaran, dan kuasa-Nya diwujudkan dalam kehidupan dan karya-Nya.

·        Ketaatan dan Pemuliaan: Karena Yesus adalah yang sulung dan berdaulat, kita dipanggil untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya. Kita harus menjadikan-Nya sebagai yang pertama dan utama dalam hidup kita dan memuliakan-Nya dalam segala hal.

·        Harapan yang Kokoh: Kita dapat hidup dengan penuh ketenangan dan keyakinan karena Yesus berdaulat atas segala sesuatu. Tidak ada yang terjadi di luar kendali-Nya, dan kita aman di bawah pemerintahan-Nya.

Mari kita merenungkan keagungan Yesus dan hidup dalam ketaatan dan pemuliaan kepada-Nya. Dia adalah sumber dari segala sesuatu dan tujuan dari hidup kita.

 

Doa:

Bapa Surgawi, terima kasih atas kasih karunia-Mu yang besar dalam mengutus Putra-Mu, Yesus Kristus, sebagai gambar-Mu yang sempurna. Bantulah kami untuk mengenal-Mu lebih baik melalui Dia dan hidup dalam ketaatan dan pemuliaan kepada-Nya. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Minggu, 10 November 2024

dan Pengampunan - Kolose 1:14


https://youtu.be/4xng_3A6JSk

 

Penebusan dan Pengampunan - Kolose 1:14

 

"Di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa." (Kolose 1:14)

 

Ayat ini menyentuh inti dari pesan Injil, yaitu keselamatan kita melalui Yesus Kristus. Kata "penebusan" mengacu pada tindakan membebaskan seseorang dari perbudakan dengan membayar harga tebusan. Kita, yang terikat oleh dosa, dibebaskan dari perbudakan ini melalui kematian Kristus di kayu salib. Harga tebusannya adalah darah-Nya yang suci, yang menggenapi tuntutan keadilan Allah atas dosa kita.

Pengampunan dosa adalah konsekuensi langsung dari penebusan. Allah, dalam kasih-Nya yang besar, menghapus catatan dosa kita sepenuhnya. Kita dibebaskan dari beban rasa bersalah dan rasa malu yang membebani hati kita. Melalui pengampunan, hubungan kita dengan Allah dipulihkan, dan kita dapat mendekat kepada-Nya dengan penuh keyakinan dan tanpa rasa takut.

Penebusan dan pengampunan membawa transformasi total dalam hidup kita. Kita bukan lagi orang yang sama. Kita dibebaskan dari kuasa dosa, diberi hidup baru, dan diberi kesempatan untuk hidup dalam kekudusan yang memuliakan Allah. Kita dipanggil untuk menjalani hidup yang mencerminkan kasih dan pengampunan yang telah kita terima.

Renungkanlah beberapa pertanyaan berikut:

·        Bagaimana Anda merasakan kebebasan dan sukacita yang diberikan oleh pengampunan dosa?

·        Bagaimana Anda dapat hidup dalam ketaatan dan kesucian sebagai bukti terima kasih atas kasih karunia Allah?

·        Siapa yang perlu Anda bagikan berita penebusan dan pengampunan ini?

Mari kita bersukacita dalam karya keselamatan Allah di dalam Kristus, dan menjadi saluran kasih karunia-Nya bagi dunia di sekitar kita.

Doa:

Bapa Surgawi, terima kasih atas kasih karunia-Mu yang besar. Terima kasih atas penebusan dan pengampunan yang telah Engkau berikan melalui Putra-Mu, Yesus Kristus. Bantulah kami hidup dalam kebebasan dan damai sejahtera yang Engkau berikan, dan menjadikan hidup kami sebagai kesaksian bagi kasih-Mu. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Kamis, 07 November 2024

Warisan dalam Terang (Kolose 1:12)


https://youtu.be/o2IVrPAejII

 

Warisan dalam Terang (Kolose 1:12)

 

Kolose 1:12  dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang.

Kolose 1:12 memancarkan rasa syukur Paulus atas karya Allah yang luar biasa dalam hidup orang percaya. Ayat ini menggambarkan hak istimewa kita sebagai ahli waris kerajaan Allah, dipanggil untuk hidup dalam terang-Nya.

Ucapan Syukur: Paulus mengajarkan kita untuk menanggapi anugerah Allah dengan ucapan syukur. Keselamatan, warisan rohani, dan hidup dalam terang semuanya adalah pemberian Allah yang tak ternilai. Rasa syukur bukanlah sekedar kewajiban, melainkan luapan hati yang mengakui kebaikan dan kasih karunia-Nya.

Layak di Hadapan Allah: Kita tidak layak menerima anugerah Allah, namun karena karya Kristus, kita dilayakkan. Transformasi ini mengingatkan kita akan kedalaman kasih dan kemurahan Allah yang memulihkan hubungan kita dengan-Nya.

Warisan Orang-orang Kudus: Kita memiliki warisan rohani yang tak ternilai, yaitu janji kehidupan kekal dan persekutuan dengan Allah. Warisan ini bukanlah sesuatu yang kita peroleh, melainkan anugerah yang diterima dengan iman kepada Kristus. Kita adalah bagian dari komunitas orang-orang kudus, bersama-sama mewarisi janji-janji Allah.

Hidup di Dalam Terang: Terang melambangkan kebenaran, kehidupan, dan kehadiran Allah. Kita dipanggil untuk hidup di dalam terang, menjauhi kegelapan dosa dan mencerminkan terang Kristus dalam dunia. Hidup dalam terang berarti hidup dalam ketaatan, kekudusan, dan kasih.

Kolose 1:12 mengajak kita untuk merenungkan kedudukan kita di dalam Kristus. Kita adalah ahli waris kerajaan Allah, dilayakkan untuk menerima berkat-berkat-Nya, dan dipanggil untuk hidup dalam terang-Nya. Kiranya renungan ini memperbaharui rasa syukur kita dan memotivasi kita untuk hidup layak sebagai anak-anak terang.

 

Doa Respon

 

Bapa Surgawi, kami mengucap syukur atas anugerah keselamatan dan warisan rohani yang Kau berikan. Terima kasih karena Engkau telah melayakkan kami untuk menjadi bagian dari orang-orang kudus dan hidup dalam terang-Mu. Mampukan kami untuk hidup seturut panggilan kami, mencerminkan terang Kristus dalam dunia yang gelap ini. Ajar kami untuk selalu bersyukur dan menghargai warisan kekal yang telah Kau sediakan bagi kami. Dalam nama Yesus, Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 06 November 2024

Kekudusan Ranjang (Ibrani 13:4)

 

Ibr  13:4  Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.


Pdt. Johannis Trisfant, MTh


Penulis kitab Ibrani dalam Ibrani 13:4 memberikan pengajaran yang mendalam mengenai pentingnya menghormati dan menjaga kesucian pernikahan sebagai bagian tak terpisahkan dari hidup kudus yang dituntut dari setiap orang percaya. Dalam ayat ini, penulis tidak hanya menyerukan untuk menghormati pernikahan sebagai sebuah institusi, tetapi juga memberikan peringatan yang sangat serius bahwa Allah akan menghakimi mereka yang melanggar kesucian ikatan pernikahan. Penulis ingin menekankan bahwa pernikahan bukan hanya sekadar ikatan emosional atau perjanjian sosial antara dua individu, tetapi merupakan sebuah perjanjian yang kudus di hadapan Allah yang mengandung tanggung jawab moral, spiritual, dan sosial. Penekanan ini penting karena pernikahan mencerminkan kasih setia Allah kepada umat-Nya, dan dengan demikian, setiap orang Kristen dipanggil untuk menghormati pernikahan sebagai wujud ketaatan kepada kehendak Allah.

Pada masa itu, pemikiran dan pandangan mengenai pernikahan di kalangan masyarakat Yunani-Romawi sangat berbeda dari pandangan Kristen. Dalam budaya Yunani-Romawi, pernikahan sering kali tidak diiringi oleh komitmen penuh, terutama di kalangan pria. Kesetiaan pernikahan sering kali tidak dijunjung tinggi, dan norma sosial memberikan kelonggaran bagi pria untuk memiliki hubungan seksual di luar pernikahan, baik dengan selir atau budak. Bagi pria dalam budaya Yunani-Romawi, berhubungan dengan wanita selain istri sering kali tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap ikatan pernikahan, melainkan sebagai bagian dari kebebasan dan hak mereka. Bahkan, memiliki hubungan tambahan di luar pernikahan bisa dianggap sebagai tanda status sosial atau kekuasaan, sementara istri dianggap lebih sebagai penjaga rumah tangga atau penerus keturunan.

Selain itu, di dalam komunitas Yahudi, juga terdapat pandangan yang berbeda mengenai pernikahan dan kesetiaan dalam ikatan pernikahan. Beberapa pemimpin Yahudi mulai memberikan pengajaran bahwa perceraian diperbolehkan dalam situasi-situasi tertentu, yang berbeda dari ajaran Yahudi tradisional yang menekankan pentingnya kesetiaan penuh dalam pernikahan. Di sisi lain, beberapa kelompok asketis di kalangan Yahudi maupun Kristen menganggap pernikahan sebagai halangan bagi kesucian spiritual. Mereka berpendapat bahwa hubungan seksual atau segala hal yang berkaitan dengan tubuh adalah najis, sehingga mereka lebih memilih hidup dalam selibat. Pandangan ini bahkan mempengaruhi beberapa orang Kristen awal, yang melihat bahwa selibat adalah cara hidup yang lebih tinggi, dan pernikahan hanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak mampu menahan diri.

Namun, penulis kitab Ibrani menentang pandangan-pandangan ini dengan sangat tegas. Dia mengajarkan bahwa pernikahan adalah anugerah yang kudus dari Allah, yang seharusnya dihormati oleh semua orang, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Dengan demikian, nas ini merupakan pengingat bahwa pernikahan bukanlah penghalang bagi kesucian atau kedewasaan rohani, tetapi justru merupakan panggilan hidup yang kudus yang harus dijalani dengan penuh rasa hormat, tanggung jawab, dan kesetiaan. Penulis mengajarkan bahwa semua orang, tanpa kecuali, dipanggil untuk menghormati pernikahan dan menjaga kemurniannya sebagai wujud dari kehidupan yang benar di hadapan Tuhan.

Penulis menggunakan istilah “ranjang pernikahan yang tidak tercemar” sebagai simbol yang menekankan pentingnya menjaga kesucian hubungan seksual di dalam ikatan pernikahan. Istilah ini mengacu pada konsep bahwa hubungan intim dalam pernikahan adalah sesuatu yang diberkati oleh Tuhan dan merupakan ekspresi kasih yang murni antara suami dan istri. Ranjang pernikahan adalah tempat yang seharusnya dihormati dan dijaga dari segala bentuk dosa seksual seperti perzinahan dan percabulan. Dalam budaya Yahudi, ranjang pernikahan dianggap sebagai simbol kesucian, di mana pasangan dapat mengungkapkan kasih mereka dalam ikatan yang sah dan diberkati oleh Tuhan. Istilah ini juga menunjukkan bahwa segala bentuk hubungan di luar ikatan pernikahan akan mencemarkan apa yang telah Tuhan tetapkan sebagai kudus. Penulis Ibrani ingin menekankan bahwa hubungan seksual adalah sah dan kudus hanya dalam ikatan pernikahan, dan hubungan di luar itu adalah dosa yang menajiskan ikatan pernikahan.

Lebih jauh lagi, penulis memberikan peringatan tegas bahwa Allah akan menghakimi orang yang melanggar kesucian pernikahan. Hal ini menggarisbawahi bahwa dosa-dosa yang mencemarkan pernikahan, seperti perzinahan dan percabulan, akan mendapatkan ganjaran yang setimpal dari Allah yang adil. Dalam konteks Perjanjian Lama, perzinahan dipandang sebagai dosa yang sangat serius, yang bahkan bisa dihukum mati. Perintah “Jangan berzinah” dalam Sepuluh Perintah Allah menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesetiaan dalam pernikahan sebagai bagian dari ketaatan kepada Tuhan. Perintah ini dimaksudkan untuk melindungi kesucian hubungan pernikahan serta menjaga ketertiban dan keharmonisan dalam komunitas. Perzinahan tidak hanya mengkhianati pasangan, tetapi juga merusak tatanan sosial dalam komunitas dan melanggar ketetapan Tuhan.

Penulis tidak hanya berbicara kepada mereka yang menikah, tetapi juga menyerukan kepada seluruh jemaat, termasuk mereka yang belum menikah, untuk menghormati pernikahan. Panggilan untuk menghormati pernikahan yang disampaikan kepada semua orang ini menunjukkan bahwa setiap anggota jemaat, baik yang sudah menikah maupun belum menikah, memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mendukung kesucian pernikahan. Menghormati pernikahan bukan hanya berarti menjaga kesetiaan dalam hubungan sendiri, tetapi juga menunjukkan sikap hormat terhadap pernikahan orang lain, termasuk menahan diri dari tindakan-tindakan yang dapat merusak pernikahan orang lain. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam integritas dan menghormati ikatan suci pernikahan sebagai bagian dari komitmen bersama dalam komunitas Kristen.

Dalam konteks zaman sekarang, nas ini sangat relevan di tengah tingginya angka perceraian dan berbagai tantangan besar yang dihadapi oleh pasangan yang menikah. Kehidupan modern yang penuh dengan tekanan pekerjaan, masalah keuangan, dan tuntutan hidup sering kali menguji kesetiaan dalam pernikahan. Banyak pasangan Kristen menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan hubungan mereka di tengah kesibukan yang padat dan gangguan dari dunia digital yang sering kali merusak keintiman dalam hubungan. Di masa kini, di mana budaya sering kali mengabaikan nilai-nilai kesetiaan dan komitmen dalam pernikahan, panggilan untuk menghormati pernikahan dan menjaga kesuciannya menjadi sangat penting bagi orang Kristen. Penulis Ibrani memberikan pengingat bahwa pernikahan Kristen bukan hanya ikatan emosional atau perjanjian sosial, tetapi adalah panggilan yang kudus dan sakral yang harus dijalani dengan penuh hormat sebagai kesaksian bagi dunia tentang kasih Allah yang setia dan abadi.

Selain itu, penulis juga menunjukkan pentingnya peran gereja dalam mendukung pasangan yang menikah. Gereja dipanggil untuk menjadi tempat di mana pasangan yang menikah dapat menemukan dukungan dalam menjaga hubungan mereka. Namun, di beberapa gereja, tuntutan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan pelayanan sering kali bisa membebani pasangan yang menikah, yang terutama memiliki anak kecil dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mengurus keluarga. Banyak pasangan mungkin merasa terbebani dengan kegiatan gereja yang padat, yang dapat mengurangi waktu berkualitas yang seharusnya mereka habiskan bersama keluarga. Penulis Ibrani mengingatkan bahwa gereja yang bijaksana harus memberikan ruang dan dukungan bagi pasangan untuk membangun hubungan yang kokoh di rumah. Gereja harus memperhatikan agar tuntutan pelayanan tidak sampai mengganggu keharmonisan dan kesejahteraan keluarga.

Dengan mendukung pasangan untuk membangun hubungan yang sehat, gereja juga membantu mewujudkan panggilan hidup kudus yang Tuhan kehendaki bagi umat-Nya. Keluarga yang kuat adalah fondasi dari gereja yang kuat, dan gereja harus menyadari bahwa mendukung pasangan yang menikah untuk hidup dalam kesetiaan adalah bagian dari pelayanan kepada Tuhan. Gereja yang menghormati pernikahan akan menguatkan komunitas dan memberikan kesaksian yang baik bagi dunia. Dengan demikian, penghormatan terhadap pernikahan bukan hanya merupakan tanggung jawab pribadi tetapi juga tanggung jawab komunitas gereja.

Penulis kitab Ibrani menyampaikan bahwa Allah akan menghakimi mereka yang melanggar ikatan pernikahan. Peringatan ini mengingatkan kita bahwa setiap tindakan yang mencemarkan pernikahan, baik melalui perzinahan maupun dosa seksual lainnya, akan berhadapan dengan penghakiman Allah. Dalam perspektif Alkitab, perzinahan adalah dosa yang melawan Allah dan merusak kesucian yang diberikan Tuhan kepada pernikahan. Tindakan tidak setia dalam pernikahan bukan hanya melukai pasangan tetapi juga merusak hubungan manusia dengan Tuhan yang telah menetapkan pernikahan sebagai panggilan yang kudus. Allah sebagai Hakim yang adil akan menuntut pertanggungjawaban dari mereka yang memilih untuk hidup dalam dosa dan mengabaikan panggilan untuk hidup dalam kesucian.

Pada akhirnya, penghormatan terhadap pernikahan dan menjaga kesucian seksual adalah bagian integral dari ibadah kepada Tuhan. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang kudus, dan umat-Nya dipanggil untuk hidup dalam kekudusan, termasuk dalam kehidupan pernikahan. Penulis Ibrani menunjukkan bahwa pelanggaran terhadap kesucian pernikahan bukan hanya tindakan yang mencemarkan hubungan pribadi, tetapi juga bentuk pengingkaran terhadap kasih dan kebenaran yang Tuhan kehendaki untuk umat-Nya. Dalam perspektif penulis, hidup yang kudus bukan hanya soal mematuhi peraturan, tetapi adalah panggilan untuk hidup dalam kebenaran dan kasih, mencerminkan kesetiaan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam ikatan pernikahan.

Sebagai komunitas iman, gereja memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi teladan dalam kehidupan yang menghormati pernikahan dan menjaga kesucian. Setiap anggota komunitas dipanggil untuk menjadi contoh hidup dalam menghormati ikatan pernikahan, baik dalam perkataan, sikap, maupun perbuatan. Dengan memandang pernikahan sebagai anugerah yang kudus, komunitas Kristen memberikan kesaksian hidup yang kuat kepada dunia mengenai nilai-nilai kasih dan kesetiaan yang Tuhan tetapkan.



Pdt. Johannis Trisfant, MTh


 


Minggu, 03 November 2024

Kasih dalam Roh (Kolose 1:8)


https://youtu.be/Cy4InaHSwrc

 

Kasih dalam Roh (Kolose 1:8)

 

Kolose  1:8  Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh.

 

Kolose 1:8, "Dialah juga yang telah menyatakan kepada kami kasihmu dalam Roh," memberikan jendela mengintip ke dalam hati jemaat di Kolose. Melalui laporan Epafras, Paulus mendengar kabar menggembirakan tentang kasih yang mekar di tengah mereka, bukan kasih biasa, tetapi kasih yang lahir dari Roh Kudus. Ayat singkat ini memberikan pelajaran berharga bagi kita hari ini.

Kasih yang Dilaporkan: Epafras, seorang rekan seperjuangan Paulus, bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga membagikan kesaksian tentang karya Roh Kudus. Laporannya tentang "kasih dalam Roh" menunjukkan betapa pentingnya kepekaan rohani dan kepedulian terhadap pertumbuhan iman sesama. Seperti Epafras, kita pun dipanggil untuk memperhatikan dan saling menguatkan dalam perjalanan iman.

Kasih yang Berasal dari Roh: "Kasih dalam Roh" bukanlah hasil usaha manusia semata, melainkan anugerah Allah yang dicurahkan melalui Roh Kudus. Kasih ini melampaui kemampuan manusia, bersifat agape – kasih tanpa syarat yang mencerminkan kasih Allah sendiri. Ini mengingatkan kita bahwa tanpa Roh Kudus, kita tak mampu mengasihi dengan sungguh-sungguh seperti yang dikehendaki Tuhan.

Kasih yang Mempersatukan: Di tengah keberagaman latar belakang, kasih dalam Roh menjadi perekat yang mempersatukan jemaat Kolose. Kasih ini mengatasi perbedaan dan prasangka, menciptakan ikatan persaudaraan sejati dalam Kristus. Di dunia yang semakin terpecah belah, kasih ini menjadi teladan dan kesaksian yang kuat akan kuasa Injil.

Kasih yang Menunjukkan Pertumbuhan Rohani: Kasih dalam Roh adalah buah yang nyata dari kehidupan yang diubahkan oleh Kristus. Kasih ini bukan sekadar teori atau pengetahuan, tetapi manifestasi nyata dari iman yang hidup. Seperti jemaat Kolose, kita pun dipanggil untuk menunjukkan buah Roh dalam kehidupan sehari-hari, menjadi saksi Kristus melalui kasih yang kita tunjukkan.

Kasih yang Melindungi dari Kesesatan: Di tengah pengaruh ajaran-ajaran sesat, kasih dalam Roh menjadi benteng pertahanan bagi jemaat Kolose. Kasih ini meneguhkan identitas mereka sebagai umat Allah dan membimbing mereka untuk tetap berpegang teguh pada kebenaran Injil. Dalam dunia yang penuh dengan ajaran yang menyesatkan, kasih dalam Roh menjadi kompas yang menuntun kita kepada Kristus.

Kasih yang Menguatkan: Laporan Epafras tentang kasih jemaat Kolose menjadi sumber penguatan bagi Paulus. Kasih ini menunjukkan bahwa pekerjaan Tuhan nyata di tengah-tengah mereka, memberikan harapan dan semangat di tengah tantangan. Demikian pula, kasih yang kita tunjukkan dapat menjadi sumber penguatan bagi saudara seiman dan memuliakan nama Tuhan.

Marilah kita merenungkan Kolose 1:8 dan mengizinkan Roh Kudus memenuhi hati kita dengan kasih-Nya. Biarlah kasih ini mengalir dalam hidup kita, mempersatukan kita, melindungi kita dari kesesatan, dan menjadi kesaksian yang nyata bagi dunia. Kiranya kita, seperti jemaat Kolose, dikenal karena "kasih dalam Roh."

 

Doa Respon

 

Ya Bapa, terima kasih atas kasih dalam Roh yang Kau curahkan. Ajar kami mengasihi seperti Engkau mengasihi, tanpa syarat dan penuh pengorbanan. Satukan kami dalam kasih-Mu, agar dunia melihat Kristus melalui hidup kami. Penuhi kami dengan Roh Kudus-Mu, agar kasih-Mu nyata dalam setiap tindakan dan perkataan kami. Dalam nama Yesus, Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Jumat, 01 November 2024

Epafras: Teladan Kesetiaan dalam Pelayanan


https://youtu.be/hd3Equ-3ybU

 

Epafras: Teladan Kesetiaan dalam Pelayanan

 

Kolose 1:7  Semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang bagi kamu adalah pelayan Kristus yang setia.

 

Paulus memperkenalkan Epafras, seorang tokoh kunci dalam berdirinya jemaat di Kolose. Ia bukan hanya pembawa Injil, melainkan juga teladan kesetiaan dalam pelayanan, yang patut diteladani oleh setiap orang percaya.

Epafras, Pembawa Injil: Paulus menegaskan bahwa jemaat Kolose telah menerima Injil dari Epafras. Ia adalah penginjil yang pertama kali memberitakan kabar baik tentang Yesus Kristus di kota itu, meletakkan dasar bagi berdirinya jemaat.

Teman Sepelayanan yang Dikasihi: Paulus mengungkapkan hubungannya yang erat dengan Epafras, bukan hanya sebagai rekan kerja, melainkan sebagai sahabat yang dikasihi. Ini menunjukkan pentingnya relasi yang sehat dan saling mendukung dalam pelayanan.

Pelayan Kristus yang Setia: Epafras adalah seorang "diakonos," pelayan Kristus yang setia. Ia tidak melayani untuk kepentingan diri sendiri atau mencari popularitas, melainkan mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk melayani Tuhan dan jemaat-Nya.

Kesetiaan bagi Jemaat Kolose: Epafras menunjukkan kesetiaannya secara khusus kepada jemaat di Kolose. Ia mencurahkan waktu dan tenaga untuk melayani mereka, memperhatikan kebutuhan rohani mereka, dan membimbing mereka dalam iman.

Teladan di Tengah Tantangan: Kesetiaan Epafras menjadi sangat penting di tengah ancaman ajaran-ajaran sesat yang mengintai jemaat Kolose. Ia menjadi teladan yang kokoh, yang menunjukkan bagaimana seharusnya seorang pelayan Kristus bersikap dan bertindak.

Refleksi:

·        Apakah kita menghargai peran para pelayan Tuhan yang telah membawa Injil ke dalam hidup kita?

·        Apakah kita membangun relasi yang sehat dan saling mendukung dengan saudara-saudari seiman, terutama dengan mereka yang melayani di tengah-tengah kita?

·        Apakah kita meneladani kesetiaan Epafras dalam pelayanan kita kepada Tuhan dan sesama?

Mari kita belajar dari Epafras, menjadikan kesetiaan sebagai ciri khas pelayanan kita. Kiranya kita melayani dengan hati yang tulus, mengutamakan Kristus dan kebutuhan jemaat-Nya, sehingga hidup kita menjadi berkat bagi banyak orang dan memuliakan nama Tuhan.

 

 

Doa Respon

 

Ya Tuhan, kami bersyukur atas teladan Epafras, pelayan-Mu yang setia. Ajar kami untuk memiliki hati yang mengasihi seperti Paulus, yang menghargai dan mendukung para pelayan-Mu. Mampukan kami untuk meneladani kesetiaan Epafras dalam melayani Engkau dan sesama, terutama di tengah tantangan dan kesulitan. Kiranya hidup dan pelayanan kami memuliakan nama-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

 

 

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)