Rabu, 25 Desember 2024

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)

 

 

https://youtu.be/3FCuzH5Gsvk

 


Kolose 2:23  Peraturan-peraturan ini, walaupun nampaknya penuh hikmat dengan ibadah buatan sendiri, seperti merendahkan diri, menyiksa diri, tidak ada gunanya selain untuk memuaskan hidup duniawi.

Paulus, dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, mengeluarkan peringatan keras terhadap jebakan kesalehan palsu. Kolose 2:23 membidik praktik-praktik religius yang tampaknya bijaksana dan menarik, namun kosong dari kuasa rohani yang sejati. Ia menelanjangi "kebijaksanaan" lahiriah ini, mengungkapkan bahwa aturan-aturan manusia, meskipun terlihat mengagumkan, tidak berakar pada Injil dan tidak berasal dari Allah.

 

"Hal-hal yang demikian tampaknya memang bijaksana," tulis Paulus, mengakui daya tarik dari praktik-praktik ini. Kerendahan hati palsu, penyembahan malaikat, kekerasan terhadap tubuh—semuanya dibungkus dalam balutan kesalehan yang menipu. Orang-orang yang menjalankan praktik-praktik ini mungkin terlihat sangat rohani, namun Paulus mengungkapkan motivasi yang tersembunyi: kesombongan rohani dan upaya untuk meninggikan diri.

 

Paulus secara khusus menyoroti "kekerasan terhadap tubuh" sebagai salah satu bentuk kesalehan palsu. Praktik asketis yang ekstrem, seperti puasa yang berlebihan atau penyangkalan diri yang berlebihan, dilakukan dengan dalih pengendalian diri dan pengabdian kepada Allah. Namun, Paulus menegaskan bahwa tindakan-tindakan ini tidak efektif dalam melawan keinginan daging. Justru, mereka sering menjadi sarana untuk memuaskan ego dan mencari pengakuan dari orang lain.

 

Demikian pula dengan "kerendahan hati palsu" yang disinggung Paulus. Tindakan-tindakan yang tampaknya rendah hati seringkali menyembunyikan kesombongan rohani. Fokusnya bergeser dari Allah kepada diri sendiri, mencari pujian atas "kerendahan hati" yang dipamerkan. Penyembahan malaikat, praktik lain yang dikritik Paulus, mengalihkan perhatian dari Kristus, satu-satunya perantara antara Allah dan manusia.

 

Paulus menyimpulkan kritiknya dengan pernyataan yang tajam: semua praktik ini "tidak ada gunanya sama sekali untuk mengendalikan keinginan daging." Aturan-aturan manusia, seindah apapun penampilannya, tidak memiliki kuasa untuk mengubah hati atau memberikan kemenangan atas dosa. Hanya Kristus dan karya Roh Kudus yang mampu melaksanakan transformasi sejati.

 

Kolose 2:23 merupakan panggilan bagi kita untuk menguji motivasi di balik praktik keagamaan kita. Apakah kita termotivasi oleh keinginan untuk menyenangkan Allah atau mencari pengakuan dari manusia? Apakah kita berfokus pada transformasi hati atau hanya pada penampilan lahiriah? Marilah kita meninggalkan kesalehan palsu dan merangkul kebebasan sejati yang ditemukan dalam Kristus, membiarkan Roh Kudus membentuk kita menjadi gambar-Nya.

 

 

Doa Respons

 

Ya Tuhan, singkapkan tipu daya kesalehan palsu dalam hidup kami. Bebaskan kami dari keinginan untuk menyenangkan manusia dan ajar kami untuk mencari perkenan-Mu sendiri. Ubahlah hati kami dari dalam ke luar oleh kuasa Roh Kudus, sehingga kami hidup dalam kebenaran dan kebebasan yang Engkau berikan melalui Kristus. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Senin, 23 Desember 2024

Melampaui Legalisme dan Menemukan Kebebasan (Kolose 2:22

Selasa 24 Desember 2024

 

https://youtu.be/UxPZ4OxygW8

 


Kolose 2:22  semuanya itu hanya mengenai barang yang binasa oleh pemakaian dan hanya menurut perintah-perintah dan ajaran-ajaran manusia.

Di tengah pusaran ajaran-ajaran yang menyesatkan jemaat di Kolose, Paulus, dengan ketajaman rohani yang luar biasa, menyingkapkan kepalsuan aturan-aturan duniawi yang membelenggu. Kolose 2:22 menjadi sorotan tajam, menyinari praktik-praktik legalistik yang berakar pada tradisi manusia, bukan pada kebenaran Kristus. "Semuanya ini," tulis Paulus, merujuk pada larangan-larangan "jangan menjamah," "jangan mencicipi," "jangan menyentuh," "akan binasa oleh pemakaian." Kata-kata ini mengungkap kedangkalan dan kesementaraan aturan-aturan yang hanya berfokus pada hal-hal lahiriah, bukan transformasi hati.

Jemaat Kolose tergoda oleh sinkretisme—campuran filsafat Yunani, mistisisme Yahudi, dan ritual-ritual kosong. Ajaran ini menjanjikan kesempurnaan rohani melalui praktik-praktik asketis dan larangan-larangan ketat. Namun, Paulus dengan tegas menyatakan bahwa aturan-aturan ini hanyalah "ajaran manusia," ciptaan manusia yang menambah beban tanpa memberikan solusi rohani yang sejati. Ia membongkar kepalsuan pendekatan ini, menekankan bahwa fokus pada hal-hal yang fana dan sementara justru menjauhkan dari kebebasan yang ditemukan dalam Kristus.

Paulus mengingatkan jemaat Kolose akan kepenuhan yang telah mereka terima di dalam Kristus. "Di dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan," tulisnya dalam Kolose 2:9. Kristus telah membatalkan catatan hutang yang memperhadapkan kita, memenangkan kemenangan atas kuasa-kuasa yang menentang kita (Kolose 2:14-15). Dengan demikian, menambahkan aturan-aturan buatan manusia hanyalah bentuk penyangkalan terhadap karya Kristus yang sempurna dan mencukupi.

Pesan Kolose 2:22 beresonansi melintasi abad, menantang gereja masa kini untuk menolak legalisme dan tradisi manusia yang mengosongkan Injil dari kuasanya. Seringkali, kita tergoda untuk menciptakan aturan-aturan tambahan, mencari kepastian dalam kesalehan lahiriah. Namun, Paulus mengingatkan kita bahwa transformasi sejati berasal dari hubungan yang hidup dengan Kristus, bukan dari ketaatan pada aturan-aturan eksternal.

Marilah kita menanggapi panggilan Paulus untuk memusatkan perhatian kita pada Kristus, sumber kebenaran dan kebebasan sejati. Kehidupan Kristen bukanlah tentang memenuhi daftar peraturan, melainkan tentang mengikuti Kristus dengan hati yang diubahkan oleh kasih karunia-Nya. Semoga kita hidup dalam kebebasan yang telah dimenangkan Kristus bagi kita, membiarkan Roh Kudus membimbing langkah kita dan menghasilkan buah-buah roh dalam hidup kita.

 

 

 

Doa Respons

Ya Tuhan, ampuni kami bila kami terjebak dalam aturan-aturan buatan manusia dan melupakan anugerah-Mu yang membebaskan. Ajar kami untuk berakar dalam Kristus, sumber kebenaran dan kebebasan sejati. Mampukan kami untuk hidup bukan oleh hukum Taurat, melainkan oleh kuasa Roh Kudus yang mengubah hati kami. Berikan kami hikmat untuk membedakan ajaran yang benar dan keberanian untuk menolak legalisme. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Minggu, 22 Desember 2024

Jangan Jamah, Jangan Kecap, Jangan Sentuh? (Kolose 2:21)


 

https://youtu.be/5RQ9nCsX3xE

 

Kolose  2:21 jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini;

 

Bayangkan sebuah kehidupan yang dibelenggu oleh aturan-aturan yang tak berkesudahan, di mana setiap tindakan, setiap sentuhan, setiap suapan, diatur oleh larangan-larangan yang kaku. Inilah gambaran yang dilukiskan Paulus dalam Kolose 2:21, "Jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini," ketika ia mengecam ajaran sesat yang menyusup ke dalam jemaat di Kolose. Ayat ini menjadi seruan profetis yang menggema melintasi zaman, menantang kita untuk memeriksa fondasi iman kita dan menolak belenggu legalisme yang mencekik kebebasan sejati dalam Kristus.

Atau bisa juga seperti ini:

Di tengah hiruk-pikuk dunia kuno yang dipenuhi beragam filsafat dan agama, jemaat di Kolose menghadapi tantangan yang pelik. Ajaran-ajaran sesat yang mencampuradukkan unsur-unsur hukum Yahudi, mistisisme, dan asketisme Yunani, menyusup ke dalam gereja, mengancam kemurnian Injil. Salah satu manifestasi dari ajaran sesat ini tercermin dalam Kolose 2:21, "Jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini"—sebuah ungkapan singkat yang menyiratkan sistem aturan dan larangan yang rumit dan membebani. Paulus, dengan ketajaman rohani yang luar biasa, menelanjangi kepalsuan ajaran ini dan menunjukkan jalan menuju kebebasan sejati dalam Kristus.

"Jangan jamah ini, jangan kecap itu, jangan sentuh ini." Kalimat sederhana ini, yang tercatat dalam Kolose 2:21, mengungkapkan pergumulan abadi antara hukum dan anugerah, antara usaha manusia dan karya Allah yang sempurna. Di Kolose, jemaat perdana berhadapan dengan ajaran sesat yang menekankan kepatuhan terhadap aturan-aturan lahiriah sebagai jalan menuju kesalehan. Paulus, dengan tegas dan penuh kasih, mengkoreksi pemahaman yang keliru ini, mengingatkan mereka bahwa kebebasan sejati bukanlah ditemukan dalam pemenuhan hukum Taurat, melainkan dalam identitas baru mereka di dalam Kristus.

 

Doa Respons

 

Ya Tuhan, bebaskan kami dari jerat legalisme dan ajaran-ajaran manusia yang kosong. Ajar kami untuk menemukan kebebasan sejati di dalam anugerah-Mu melalui Kristus. Mampukan kami untuk hidup bukan berdasarkan aturan lahiriah, melainkan oleh kuasa Roh Kudus yang mengubah hati kami. Berikan kami hikmat untuk membedakan kebenaran sejati dan keberanian untuk menolak segala sesuatu yang tidak sesuai dengan Injil-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 18 Desember 2024

Berjaga-jaga di Tengah Arus (Kolose 2:18)


 

https://youtu.be/LLPY2XHJNXo


 

 

Kolose 2:18  Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi,

 

Jemaat Kolose menghadapi tantangan rohani yang kompleks. Bayangkan hidup di tengah gelimang ajaran, mulai dari hukum Taurat yang ketat hingga filsafat Yunani yang rumit dan mistisisme lokal yang memikat. Di tengah kebingungan ini, muncul ajaran sesat yang mencampuradukkan kebenaran dengan kepalsuan, mengancam fondasi iman mereka yang sejati: Kristus. Paulus, dalam kepeduliannya, menulis surat peringatan keras, menyoroti bahaya praktik keagamaan yang menyesatkan yang dapat merampas hadiah rohani yang telah Allah sediakan dengan cuma-cuma.

Salah satu ancaman tersebut adalah "kerendahan hati palsu." Bukannya kerendahan hati yang lahir dari pengakuan akan keterbatasan dan ketergantungan pada Allah, ini adalah topeng kesombongan. Para pengajar sesat di Kolose berpura-pura rendah hati dengan menyatakan manusia terlalu rendah untuk mendekati Allah secara langsung, lalu menawarkan malaikat sebagai perantara. Ironisnya, tindakan ini justru merendahkan karya Kristus yang sempurna, Sang Jembatan sejati antara manusia dan Allah. Mereka membangun tembok di tempat yang Kristus telah robohkan, mengganti akses langsung dengan ritual yang rumit dan tidak perlu.

Penyembahan malaikat, yang mungkin terpengaruh oleh tradisi Yahudi tertentu, juga menjadi jerat bagi jemaat Kolose. Malaikat, meskipun mulia sebagai utusan Allah, bukanlah objek penyembahan. Hanya Allah, yang diungkapkan melalui Kristus, yang layak menerima pujian dan hormat tertinggi. Dengan mengalihkan fokus kepada malaikat, jemaat Kolose berisiko kehilangan inti dari iman Kristen: Kristus sebagai satu-satunya perantara.

Lebih lanjut, Paulus memperingatkan terhadap godaan untuk mengandalkan pengalaman mistis dan penglihatan sebagai dasar iman. Pengalaman rohani memang berharga, tetapi bukan tolok ukur kebenaran. Para pengajar sesat di Kolose membanggakan penglihatan dan wahyu khusus, menciptakan hierarki spiritual dan memecah belah jemaat. Kesombongan rohani ini, yang didorong oleh pengalaman subjektif, bertolak belakang dengan kerendahan hati dan ketergantungan pada Kristus yang menjadi inti ajaran Kristen. Iman sejati, tegas Paulus, bukanlah tentang pengalaman mistis, tetapi tentang kebenaran objektif yang diungkapkan dalam Injil.

Renungan ini mengajak kita untuk introspeksi. Apakah kita, seperti jemaat Kolose, tergoda oleh ajaran yang tampak rohani tetapi sebenarnya menjauhkan kita dari Kristus? Apakah kita mengejar pengalaman rohani demi kesombongan, atau demi keintiman dengan Allah? Marilah kita berpegang teguh pada Kristus, Sang Kepala Gereja, dan menolak segala sesuatu yang mencoba menggeser posisi sentral-Nya dalam hidup kita. Kebenaran sejati ditemukan bukan dalam kerumitan ritual atau pengalaman mistis, tetapi dalam kesederhanaan Injil dan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.

 

Doa respons

 

Ya Tuhan, lindungilah kami dari ajaran-ajaran palsu yang menjauhkan kami dari-Mu. Ampuni kami jika kami tergoda oleh kesombongan rohani atau pengalaman mistis yang kosong. Teguhkan iman kami dalam Kristus, satu-satunya perantara dan jalan menuju kepada-Mu. Berikanlah kami hikmat untuk membedakan kebenaran dan tetap berpegang teguh pada Injil. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Selasa, 17 Desember 2024

Bayangan dan Kenyataan (Kolose 2:17)



https://youtu.be/ljbYgm5Najk


Kolose 2:17 semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.

Jemaat Kolose menghadapi tantangan. Ajaran-ajaran sinkretis, campuran filsafat Yunani, mistisisme, dan hukum Yahudi, merongrong iman mereka. Aturan-aturan ketat tentang makanan, minuman, hari raya, dan Sabat disodorkan sebagai jalan menuju kesalehan. Paulus, dalam Kolose 2:17, memberikan jawaban tegas: Semua itu hanyalah "bayangan dari hal-hal yang akan datang, tetapi kenyataannya ialah Kristus."
Paulus memahami konteks historis dan budaya jemaat Kolose. Ia menyadari betapa mudahnya orang tergoda oleh janji-janji spiritualitas yang rumit. Namun, ia menekankan bahwa Kristus adalah pusat segalanya. Hukum Taurat, dengan segala peraturannya, hanyalah bayangan yang menunjuk kepada Kristus, sang kenyataan.
Bayangan, seperti pantulan samar di air, tidak memiliki substansi. Ia hanya menunjuk kepada objek aslinya. Demikian pula, aturan-aturan Perjanjian Lama, meskipun penting pada zamannya, hanyalah petunjuk kepada Kristus. Aturan makanan menunjuk pada kekudusan, Sabat pada perhentian, hari raya pada karya penyelamatan Allah. Namun, kekudusan, perhentian, dan penyelamatan yang sejati hanya ditemukan di dalam Kristus.
Kristus adalah penggenapan dari semua yang dilambangkan oleh hukum Taurat. Dia adalah Anak Domba Allah yang menggenapi sistem korban persembahan. Dia adalah perhentian sejati bagi jiwa yang lelah. Dia adalah terang dunia yang menerangi kegelapan. Dengan kedatangan Kristus, bayangan itu telah digantikan oleh kenyataan.
Apa implikasinya bagi kita? Pertama, kita harus berfokus pada Kristus, bukan pada aturan-aturan agama. Kristus, bukan ritual atau tradisi, adalah pusat iman kita. Kedua, kita dibebaskan dari legalisme. Keselamatan bukanlah hasil usaha kita, melainkan anugerah Allah yang diterima melalui iman kepada Kristus. Ketiga, kita dapat menghargai tradisi, tetapi tidak terikat padanya. Tradisi dapat bermanfaat, tetapi jangan sampai mengaburkan Kristus, sang kenyataan.
Kolose 2:17 memanggil kita untuk hidup dalam kebebasan Kristus. Kebebasan ini bukanlah lisensi untuk berbuat dosa, melainkan kebebasan dari beban legalisme dan ketakutan akan penghakiman. Kita bebas untuk hidup dalam kasih karunia, dipimpin oleh Roh Kudus, dengan Kristus sebagai pusat dan tujuan hidup kita. Marilah kita meninggalkan bayang-bayang dan hidup dalam terang Kristus, sang kenyataan yang membebaskan.

Doa Respons

Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menyatakan Kristus,   , kepada kami. Bebaskan kami dari belenggu aturan dan tradisi yang kosong, dan mampukan kami untuk berfokus hanya kepada Kristus. Ajar kami untuk hidup dalam kebebasan dan kasih karunia-Mu, dengan hati yang taat dan penuh syukur. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.


Johannis Trisfant 
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Senin, 16 Desember 2024

Bebas Merdeka di dalam Kristus (Kolose 2:16)


Selasa, 17 Desember 2024

https://youtu.be/aa6seplOoAY

Bebas Merdeka di dalam Kristus (Kolose 2:16)

Kolose 2:16  Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;

Jemaat di Kolose menghadapi dilema. Ajaran-ajaran asing yang memadukan hukum Yahudi, filsafat Yunani, dan mistisisme, menyusup ke dalam iman mereka. Aturan-aturan ketat tentang makanan, minuman, hari raya, dan Sabat dipaksakan sebagai jalan menuju kesalehan. Paulus, dengan tegas, menolak penyimpangan ini. “Janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu,” tulisnya di Kolose 2:16. Kebebasan dalam Kristus, inilah inti pesannya.
Paulus memahami konteks pluralisme agama di Kolose. Ia tahu betapa mudahnya orang terjebak dalam sistem rumit yang menjanjikan kedekatan dengan Allah melalui usaha manusia. Namun, Paulus menekankan bahwa Kristus telah membuka jalan yang baru, jalan kasih karunia. Keselamatan bukanlah hasil ketaatan kita pada hukum Taurat, melainkan anugerah Allah yang diterima melalui iman kepada Kristus.
Hukum Taurat, menurut Paulus, bagaikan “bayangan” yang menunjuk kepada “kenyataan” yaitu Kristus. Peraturan tentang makanan dan hari raya, misalnya, memiliki makna simbolis yang menunjuk kepada Kristus. Namun, ketika Kristus datang, bayangan itu telah digenapi oleh kenyataan. Kita tidak lagi perlu berpegang pada bayangan, karena kita telah memiliki yang asli.
Kebebasan dalam Kristus bukan berarti hidup tanpa aturan. Justru, kebebasan ini membebaskan kita dari beban legalisme, dari upaya sia-sia untuk mencapai kebenaran melalui usaha sendiri. Kita bebas untuk hidup dalam kasih karunia, di mana ketaatan bukanlah kewajiban yang membebani, melainkan ungkapan syukur dan kasih kepada Allah.
Pesan Kolose 2:16 tetap relevan hingga kini. Kita pun sering menghadapi tekanan untuk memenuhi standar-standar tertentu agar dianggap saleh. Mungkin berupa aturan-aturan tambahan dalam bergereja, gaya hidup tertentu, atau bahkan cara berpakaian. Namun, Paulus mengingatkan kita untuk tidak membiarkan hal-hal tersebut menjadi tolak ukur kerohanian kita. Fokus kita haruslah Kristus, dan hubungan pribadi kita dengan-Nya.
Kebebasan dalam Kristus adalah anugerah yang berharga. Mari kita gunakan kebebasan ini dengan bijaksana, bukan untuk memuaskan keinginan daging, melainkan untuk hidup dalam kasih dan kebenaran. Mari kita tolak legalisme dan tekanan dunia, dan fokus pada Kristus, sumber kebebasan dan kehidupan sejati. Jangan biarkan siapa pun merampas kebebasan yang telah Kristus berikan dengan darah-Nya yang mahal.

Doa Respons
Ya Tuhan, terima kasih atas kebebasan yang Engkau berikan dalam Kristus. Bebaskan kami dari belenggu legalisme dan tekanan untuk memenuhi standar manusia. Mampukan kami untuk hidup dalam kasih karunia-Mu, dengan hati yang taat dan penuh syukur. Ajar kami untuk menghargai kebebasan ini dengan bijaksana, dan menjadi saksi Kristus yang setia. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Johannis Trisfant 
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Minggu, 15 Desember 2024

Pawai Kemenangan Sang Raja (Kolose 2:15)

Senin, 16 Desember 2024

https://youtu.be/RjAKop_rI_A



Kol 2:15  Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.
Bayangkan sebuah pawai kemenangan di Roma kuno. Sang jenderal, dielu-elukan sebagai pahlawan, memimpin arak-arakan, memamerkan tawanan perang yang terbelenggu. Inilah gambaran yang Paulus gunakan di Kolose 2:15 untuk menggambarkan kemenangan Kristus yang jauh lebih agung. Di kayu salib, Kristus tidak hanya mengalahkan dosa, tetapi juga “melucuti kuasa-kuasa dan penguasa-penguasa,” mempermalukan mereka secara terbuka, dan mengarak mereka dalam pawai kemenangan-Nya.
Siapakah “kuasa-kuasa dan penguasa-penguasa” ini? Mereka adalah kekuatan spiritual jahat yang memberontak melawan Allah dan menindas manusia. Mereka menggunakan hukum, dosa, dan rasa bersalah untuk mengendalikan dan menuduh kita. Mereka membuat kita merasa terhukum, tak berdaya, dan terpisah dari Allah.
Namun, di kayu salib, Kristus melucuti senjata mereka. Kata Yunani apekdusamenos menggambarkan tindakan menanggalkan pakaian atau senjata. Kristus menanggalkan kekuatan yang digunakan kuasa-kuasa jahat untuk mendakwa kita. Dosa, rasa bersalah, dan kutukan – semuanya telah dilucuti. Mereka tak lagi memiliki kuasa atas kita yang telah ditebus oleh darah Kristus.
Lebih dari itu, Kristus mempermalukan mereka secara terbuka. Seperti tawanan perang yang diarak dalam kekalahan, kuasa-kuasa jahat ditampilkan dalam kehinaan mereka. Kemenangan Kristus diumumkan kepada seluruh alam semesta, menegaskan bahwa Dia adalah Raja di atas segala raja, berkuasa atas segala kekuatan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Apa arti kemenangan ini bagi kita hari ini? Pertama, kita bebas dari rasa takut. Kita tidak perlu lagi hidup di bawah bayang-bayang tuduhan dan kutukan. Kristus telah membebaskan kita! Kedua, kita memiliki jaminan perlindungan. Tidak ada kuasa jahat yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus. Ketiga, kita dimampukan untuk hidup dalam kemenangan. Kita tidak perlu pasif atau takut menghadapi tantangan. Kita dapat hidup dengan keberanian dan keyakinan, mengetahui bahwa kita berada di pihak yang menang.
Salib, yang dulunya simbol penghinaan dan kekalahan, kini menjadi tanda kemenangan kita. Setiap kali kita merasa tertekan oleh rasa bersalah, takut, atau terintimidasi oleh kuasa kegelapan, ingatlah akan pawai kemenangan Kristus. Ingatlah bahwa Dia telah menang, dan kemenangan itu adalah milik kita juga. Marilah kita hidup setiap hari dengan keyakinan dan keberanian, memancarkan kasih dan kuasa Kristus ke dalam dunia yang gelap ini.

Doa Respons
Ya Tuhan, terima kasih atas kemenangan Kristus yang agung atas kuasa kegelapan. Kami bersyukur atas kebebasan yang Engkau berikan melalui salib-Nya. Ajar kami untuk hidup dalam kebenaran kemenangan ini, tanpa rasa takut dan penuh keberanian. Mampukan kami untuk menjadi saksi-Mu yang setia, memancarkan kasih dan kuasa Kristus di dunia ini. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
 
Johannis Trisfant 
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Jumat, 13 Desember 2024

Bebas dari Hutang: Proklamasi Kemerdekaan di dalam Kristus (Kolose 2:14)


Sabtu, 14 Desember 2024
https://youtu.be/fYJZEnpfFFE


Kol 2:14  dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:
Bayangkan terbelenggu oleh hutang yang tak terbayarkan, terancam oleh tuntutan hukum yang tak henti-hentinya. Beban rasa bersalah dan ketakutan menghimpit, membatasi setiap langkah. Inilah gambaran kondisi rohani manusia sebelum mengenal anugerah Kristus, seperti yang digambarkan Paulus dalam Kolose 2:14. Paulus berbicara tentang "surat hutang" – sebuah dokumen hukum yang mencatat setiap pelanggaran kita terhadap hukum Allah. Surat hutang ini bukan sekadar metafora, melainkan representasi nyata dari perbudakan dosa yang mengikat kita. Ia adalah bukti kesalahan kita, yang menghalangi hubungan kita dengan Allah.
Namun, di tengah kegelapan dan keputusasaan, secercah harapan muncul. Allah, dalam kasih-Nya yang tak terukur, tidak membiarkan kita terjerat dalam belenggu dosa. Melalui Kristus, Ia melakukan intervensi ilahi yang radikal: Ia "menghapuskan surat hutang" itu. Kata Yunani yang digunakan Paulus menggambarkan penghapusan yang tuntas, seolah-olah tulisan itu dihapuskan sepenuhnya dari papirus. Bukan sekadar pengampunan, melainkan penghapusan total, sehingga tak ada lagi jejak yang tersisa. Dosa-dosa kita, yang tadinya menjadi tuduhan yang memberatkan, kini lenyap tak berbekas.
Bagaimana penghapusan ajaib ini terjadi? Paulus menjelaskan, "dengan menyalibkannya di kayu salib." Di sinilah letak kedalaman dan keindahan teologi Paulus. Kayu salib, simbol penghinaan dan kematian, menjadi instrumen pembebasan kita. Kristus, yang tak berdosa, rela memikul kutukan dosa kita di atas kayu salib. Dengan demikian, Ia bukan hanya menghapus surat hutang kita, tetapi juga menghancurkan kuasa yang mendasari tuduhan itu.
Lebih lanjut, Paulus menyatakan bahwa Kristus telah "melucuti kuasa-kuasa dan penguasa-penguasa." Ini merujuk pada kekuatan-kekuatan rohani jahat yang memperbudak manusia melalui dosa dan hukum. Dengan menghapus surat hutang, Kristus melucuti senjata utama mereka – hak untuk menuduh kita di hadapan Allah. Ia mempermalukan mereka di hadapan umum, seperti seorang jenderal yang menang memamerkan tawanan perangnya. Kemenangan Kristus di kayu salib merupakan kemenangan mutlak atas segala kuasa kegelapan yang berusaha mengikat kita.
Lalu, apa arti semua ini bagi kita? Pertama, kita memiliki jaminan pengampunan yang sempurna dan final. Tidak ada lagi tuduhan yang dapat diajukan terhadap kita. Kita bebas dari rasa bersalah dan kutuk dosa. Kedua, kita memiliki kebebasan sejati dari cengkeraman kuasa kegelapan. Kita tidak perlu takut lagi akan intimidasi dan tipu daya Iblis. Kristus telah memenangkan pertempuran rohani, dan kita berdiri teguh di pihak yang menang. Kolose 2:14 adalah deklarasi kemerdekaan. Kita telah dibebaskan dari hutang dosa dan belenggu kuasa kegelapan. Marilah kita hidup dalam kemerdekaan ini, dengan hati penuh syukur dan keberanian, menjadi saksi bagi dunia tentang kuasa transformasi Kristus yang membebaskan.


Doa Respon:
Ya Bapa, kami bersyukur atas kemerdekaan yang Kau berikan melalui pengorbanan Kristus. Terima kasih telah menghapuskan surat hutang dosa kami dan membebaskan kami dari kuasa kegelapan. Mampukan kami untuk hidup dalam kebebasan ini, menjadi saksi-Mu yang berani dan penuh syukur. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.



Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 11 Desember 2024

Kebangkitan Baru dalam Kristus (Kolose 2:12)

Kamis, 12 Desember 2024
https://youtu.be/RUDnMS2I0zE




Kol 2:12  karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.
Kita seringkali terjebak dalam lingkaran kehidupan lama yang membuat kita merasa terbelenggu. Namun, Firman Allah dalam Kolose 2:12 membawa kabar pembebasan yang mengubah segalanya: kita telah dibangkitkan bersama Kristus.
Baptisan bukanlah sekadar ritualair, melainkan momen sakral di mana kita mati terhadap kehidupan lama dan bangkit dalam kehidupan baru. Seperti Kristus yang bangkit dari kubur, kita pun diundang untuk meninggalkan kubur dosa dan menjalani hidup yang sepenuhnya baru.
Apakah artinya dibangkitkan bersama Kristus? Ini berarti kita memiliki kuasa untuk melampaui keterbatasan diri kita. Dosa yang pernah menguasai, kelemahan yang membelenggu, masa lalu yang menekan - semuanya dikubur bersama Kristus. Kita tidak lagi didefinisikan oleh kesalahan, luka, atau kegagalan, tetapi oleh kuasa kebangkitan-Nya.
Kebangkitan ini bukanlah sekadar konsep teologis, melainkan realitas hidup sehari-hari. Setiap kali kita memilih untuk bangkit dari keputusasaan, memilih pengampunan daripada kepahitan, memilih anugerah daripada kebencian - kita mengalami kuasa kebangkitan Kristus.
Namun, kebangkitan bukan berarti hidup tanpa tantangan. Justru dalam pergumulan, kita diundang untuk terus percaya kepada "kerja kuasa Allah" - kuasa yang sama yang membangkitkan Kristus dari kematian. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk mengalami kuasa-Nya yang mentransformasi.
Pertanyaan yang mendesak: Sudahkah anda membiarkan Kristus membangkitkan bagian-bagian mati dalam hidup anda? Sudahkah anda menyerahkan kubur-kubur rahasia anda - luka, ketakutan, kekecewaan - untuk dialami kuasa kebangkitan-Nya?
Renungkanlah: Anda bukan lagi budak dosa, bukan korban keadaan, melainkan pemenang dalam Kristus. Setiap hari adalah undangan untuk hidup dalam realitas kebangkitan-Nya - bebas, dipulihkan, dan diberdayakan.
Izinkan Kristus terus membangkitkan anda hari ini.


Doa Respon:

Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas kuasa kebangkitan-Mu. Kami datang dengan segala kelemahan, membuka hati kami untuk mengalami transformasi-Mu. Bebaskan kami dari kubur dosa, bangkitkan kami dalam hidup baru. Hapuskan ketakutan, pulihkan luka, dan nyalakan api iman kami. Jadikan kami hidup dalam kuasa-Mu, menjadi saksi nyata kebangkitan-Mu. Amin.


Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Selasa, 10 Desember 2024

Sunat Rohani - Transformasi dalam Kristus (Kolose 2:11)


 

https://youtu.be/OTlHfvlrq9s

 

 

Kol 2:11  Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,

 

Dalam perjalanan iman kita, seringkali kita terjebak dalam ritual lahiriah yang mengaburkan esensi transformasi sejati. Namun, Firman Allah dalam Kolose 2:11 membawa kita kepada sebuah kebenaran mendalam: sunat sejati bukanlah tentang upacara fisik, melainkan perubahan batiniah yang dikerjakan Kristus.

Apakah artinya mengalami "sunat Kristus"? Ini berarti kita dibebaskan dari kuasa dosa yang pernah menguasai hidup kita. Seperti sebilah pisau yang memotong rantai perbudakan, Kristus memisahkan kita dari manusia lama - segala kebiasaan, pikiran, dan perilaku yang menjauhkan kita dari Allah.

Transformasi ini bukan sekadar pergantian kosmetik, melainkan regenerasi total. Kita tidak sekadar diperbaiki, tetapi diciptakan ulang. Dalam Kristus, kita mati terhadap dosa dan dibangkitkan dalam kehidupan baru. Setiap kecenderungan lama, setiap kebiasaan destruktif, setiap pola pikir yang tidak sesuai kehendak Allah, dikubur bersama Kristus.

Betapa pentingnya menyadari bahwa kesempurnaan rohani tidak dicapai melalui ritual atau usaha manusia, melainkan melalui karya ajaib Kristus. Kita tidak perlu lagi berusaha membuktikan kelayakan kita di hadapan Allah, sebab Kristus telah sempurnakan segala sesuatu bagi kita.

Namun, transformasi ini bukanlah akhir, melainkan permulaan. Kita dipanggil untuk terus-menerus hidup dalam kebaruan, menanggalkan "manusia lama" dan mengenakan "manusia baru" yang diciptakan serupa dengan gambar Allah. Setiap hari adalah undangan untuk semakin menyerupai Kristus, semakin dekat dengan-Nya.

Renungkanlah: Sudahkah anda membiarkan Kristus melakukan "sunat rohani" dalam hidup anda? Sudahkah anda menyerahkan bagian-bagian terdalamnya untuk diubahkan-Nya? Ingatlah, dalam Kristus, anda tidak sekadar diperbaiki, tetapi dijadikan ciptaan baru yang sepenuhnya bebas dari belenggu dosa.

Izinkan Kristus terus mengerjakan transformasi-Nya dalam diri anda hari ini.

 

Doa Respon

 

Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas karya transformasi-Mu yang ajaib. Kami mengakui bahwa tanpa Engkau, kami tidak berdaya melawan dosa. Sunatilah hati kami, lepaskan kami dari belenggu kebiasaan lama. Ubahkan hidup kami dari dalam, jadikan kami ciptaan baru yang senantiasa memuliakan nama-Mu. Tuntun kami untuk senantiasa bergantung pada kuasa-Mu, bukan pada kekuatan sendiri. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Senin, 09 Desember 2024

Dipenuhi dalam Kristus (Kolose 2:10)


https://youtu.be/osXbyJcO25o

 

Kol 2:10  dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.

 

 

Dalam perjalanan hidup kita yang penuh tantangan, seringkali kita merasa tidak cukup. Kita mencari pengakuan, kekuatan, dan pemenuhan dari berbagai sumber di sekitar kita - prestasi, hubungan, materi, bahkan praktik religius. Namun, Firman Allah dalam Kolose 2:10 memberikan kebenaran yang membebaskan: Kita telah dipenuhi dalam Kristus.

Apakah maknanya dipenuhi dalam Kristus? Ini berarti tidak ada kekurangan rohani dalam diri kita yang tidak dapat dijangkau oleh kasih dan anugerah-Nya. Setiap kebutuhan spiritual, setiap tantangan hidup, setiap pergumulan batin memiliki jawaban tunggal: Yesus Kristus.

Kristus tidak sekadar memberi sebagian, melainkan memberikan seluruh kekayaan rohani-Nya. Dia adalah sumber utama dari segala kebijaksanaan, kekuatan, dan pengharapan. Kita tidak perlu mencari tambahan ajaran atau ritual untuk melengkapi iman kita, karena dalam persatuan dengan Kristus, kita sudah menerima kepenuhan ilahi.

Namun, kepenuhan ini bukan berarti kita pasif. Justru sebaliknya, kesadaran akan kepenuhan dalam Kristus mendorong kita untuk hidup aktif dan dinamis dalam iman. Kita dipanggil untuk terus bertumbuh, menyadari bahwa segala sumber pertumbuhan ada di dalam Dia. Setiap hari kita diajak untuk semakin mengenal Kristus, semakin dalam bersekutu dengan-Nya, dan semakin menyerupai karakter-Nya.

Dalam dunia yang selalu menuntut kita untuk mencari pemenuhan dari luar diri, Firman Allah mengingatkan: Kristuslah satu-satunya sumber sejati. Dia adalah Kepala atas segala pemerintah dan penguasa, yang memiliki otoritas tertinggi atas segala hal. Tidak ada kuasa di dunia ini yang dapat menandingi atau mengurangi karya-Nya dalam hidup kita.

Renungkanlah hari ini: Sudahkah anda menyadari kepenuhan yang telah Kristus berikan? Berhentilah mencari, dan mulailah menerima. Kristus sudah lengkap, dan di dalam Dia, andalah yang dipenuhi.

Doa Respon

 

Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas kepenuhan-Mu yang sempurna. Kami mengakui bahwa selama ini sering mencari pemenuhan dari hal-hal duniawi, padahal Engkau sudah memberikan segala sesuatu yang kami perlukan. Ampuni kelemahan kami dan tanamkan keyakinan bahwa di dalam Engkau, kami sungguh-sungguh telah dipenuhi. Ajar kami untuk senantiasa bergantung hanya kepada-Mu, sumber kebijaksanaan dan kekuatan sejati. Jadikan kami hidup aktif dalam iman, bertumbuh semakin dekat dengan-Mu. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung 

Jumat, 06 Desember 2024

Berakar Dalam Kristus: Menolak Filosofi Kosong dan Tipuan Dunia (Kolose 2:8


https://youtu.be/QPG3_9LXw3s

 


Kol 2:8   Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.

 

Di tengah derasnya arus pemikiran modern yang semakin kompleks, pesan Paulus dalam Kolose 2:8 tetap relevan dan menggugah. Kita hidup di dunia yang dipenuhi dengan berbagai filosofi, ideologi, dan pandangan yang menawarkan kebijaksanaan instan, namun seringkali kehilangan substansi sejati.

Apakah kita sadar bahwa tidak semua yang tampak cerdas dan menarik adalah kebenaran? Paulus dengan tegas memperingatkan jemaat untuk tidak terjebak dalam tipu daya filosofis yang hanya mengandalkan akal manusia. Setiap pemikiran, ajaran, dan konsep hidup harus diuji dengan satu standar: apakah sesuai dengan Kristus?

Dalam perjalanan iman, kita kerap kali tergoda untuk mencari pengalaman spiritual di luar Injil. Kita mungkin tertarik pada metode rohani alternatif, filosofi canggih, atau tradisi yang menjanjikan pencerahan instan. Namun, Paulus mengingatkan bahwa segala sesuatu yang tidak berakar pada Kristus adalah "tipu daya kosong" - tampak menarik tetapi hampa makna sejati.

Kristus adalah sumber hikmat sejati. Dalam Dia tersembunyi segala pengetahuan dan kebijaksanaan yang kita perlukan. Bukan dalam teori rumit, bukan dalam tradisi manusia, melainkan dalam pribadi Yesus Kristus. Setiap ajaran yang mencoba mengalihkan perhatian kita dari Dia adalah pengalihan dari kebenaran sejati.

Apakah kita sudah terlalu sering terperangkap dalam pemikiran duniawi yang menawarkan kebebasan, namun sesungguhnya adalah perbudakan? Apakah kita masih terikat pada "elemen-elemen dunia" yang tidak dapat menyelamatkan?

Tantangan kita hari ini adalah tetap berpegang teguh pada Kristus. Ini berarti kritis terhadap setiap ajaran, mengujinya dengan firman Allah, dan memastikan bahwa fondasi iman kita tidak rapuh. Kita dipanggil untuk berakar kuat dalam pengajaran Kristus, tidak mudah tergoyahkan oleh setiap angin pengajaran.

Mari kita memilih hikmat sejati - hikmat yang datang dari Kristus, yang memberi kehidupan, memberi pengharapan, dan membawa kita kepada kemerdekaan sejati.

 

Doa Respon

 

Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas peringatan-Mu melalui Paulus. Ampuni kami yang kerap kali tergoda oleh hikmat duniawi dan ajaran yang menyesatkan. Tanamkanlah kebijaksanaan-Mu dalam hati kami, sehingga kami tetap teguh berpegang pada kebenaran Injil. Jadikanlah kami bijak namun rendah hati, kritis namun penuh kasih. Bimbinglah kami selalu kembali kepada-Mu. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Kamis, 05 Desember 2024

Berakar, Bertumbuh, Bersyukur (Kolose 2:7)


 

https://youtu.be/76Qd9oU6PR8

 

 

Kol 2:7  Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.

 

Iman kita bagai sebuah pohon kehidupan rohani yang memerlukan perawatan terus-menerus. Kolose 2:7 mengajak kita untuk memahami bahwa hidup Kristen bukanlah sekadar pengakuan sesaat, melainkan perjalanan berkelanjutan yang menuntut keterlibatan penuh.

"Berakar di dalam Dia" memberi gambaran akan pentingnya fondasi yang kokoh dalam Kristus. Seperti pohon yang menancapkan akarnya dalam tanah untuk mendapatkan nutrisi, kita pun dipanggil untuk mendalamkan akar iman kita. Bukan sekadar pengetahuan teologis dangkal, melainkan hubungan intim yang memberi kekuatan dan ketahanan menghadapi badai kehidupan.

Metafora "dibangun di atas Dia" mengingatkan bahwa iman adalah proses dinamis. Setiap hari kita dipanggil untuk membangun, mengembangkan, dan memperdalam pengertian akan Kristus. Bukan bangunan statis, melainkan konstruksi rohani yang terus bertumbuh, dengan Kristus sebagai batu penjuru yang kokoh.

"Bertambah teguh dalam iman" menuntut komitmen. Keteguhan iman bukan berarti kekerasan kepala, melainkan ketegaran dalam menghadapi tantangan sambil tetap rendah hati dan terbuka akan pemeliharaan Tuhan. Ini berarti senantiasa belajar, bertumbuh, dan mau diubahkan oleh firman-Nya.

Bagian terakhir yang menakjubkan adalah panggilan untuk "melimpah dengan syukur". Syukur bukan sekadar ucapan bibir, melainkan sikap hati yang merayakan anugerah Allah dalam setiap detik kehidupan. Di tengah kompleksitas dunia yang sering membuat kita mengeluh, syukur membuka mata kita akan kebaikan Tuhan yang tak terhingga.

Praktisnya, ini berarti kita dipanggil untuk:

  • Mendalami firman Tuhan secara konsisten
  • Membiarkan Kristus membangun kembali area-area yang rapuh dalam hidup kita
  • Merespons setiap situasi dengan sikap syukur

Hari ini, mari kita memilih untuk berakar kuat, bertumbuh berkelanjutan, dan melimpah dengan syukur. Bukan sekadar hidup bertahan, melainkan hidup yang memuliakan Kristus dalam setiap napas.

 

 

Doa Respon:

Ya Tuhan Yesus, tanamkanlah akar kami semakin dalam di dalam-Mu. Bangunlah iman kami dengan kekuatan-Mu, dan luaskanlah hati kami dengan syukur yang melimpah. Tolong kami bertumbuh teguh, tidak tergoyahkan oleh badai kehidupan. Jadikan kami instrumen-Mu yang setia, yang senantiasa memuliakan nama-Mu. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 04 Desember 2024

Hidup Sepenuhnya dalam Kristus (Kolose 2:6)


https://youtu.be/rSwwzGvx7hc

 


Kol 2:6  Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.

 

Dalam perjalanan iman kita, seringkali kita tergoda untuk mencari kepuasan dan solusi dari berbagai sumber. Dunia menawarkan begitu banyak jalan, filosofi, dan pemikiran yang mengkilap, namun Firman Tuhan dalam Kolose 2:6 mengingatkan kita akan kebenaran sederhana namun mendalam: "Hidupmu tetap di dalam Dia."

Menerima Kristus bukan sekadar momen sesaat atau pengakuan bibir, melainkan komitmen seumur hidup. Ini berarti menjadikan Dia pusat dari setiap napas, setiap keputusan, setiap impian. Seperti pohon yang mengalirkan nutrisi dari akarnya, kita pun dipanggil untuk mengalirkan kehidupan dari hubungan intim dengan Kristus.

Hidup dalam Kristus menuntut ketergantungan penuh. Bukan pada kepintaran diri sendiri, bukan pada sistem atau strategi duniawi, melainkan sepenuhnya pada bimbingan dan kuasa-Nya. Setiap langkah kita dijadikan pernyataan iman, setiap pilihan menjadi kesaksian tentang kedaulatan-Nya.

Tantangan akan selalu datang. Ajaran-ajaran palsu, godaan duniawi, dan tekanan lingkungan akan berusaha mengalihkan fokus kita. Namun, ketika kita berakar kuat dalam Kristus, kita akan tetap teguh. Seperti pohon yang tak tergoyahkan di tengah badai, iman kita akan menjadi benteng yang kokoh.

Pertumbuhan rohani adalah proses berkelanjutan. Kita dipanggil untuk terus bertumbuh, belajar, dan mendalami pengenalan akan Kristus. Bukan sekadar pengetahuan teologis, melainkan relasi yang hidup dan dinamis. Setiap hari adalah kesempatan untuk semakin menyerupai Dia dalam pikiran, sikap, dan tindakan.

Praktisnya, hidup dalam Kristus berarti menaklukkan setiap aspek kehidupan pada kehendak-Nya. Dalam pekerjaan, keluarga, pergaulan, hingga mimpi-mimpi pribadi. Bukan dengan ketakutan, melainkan keyakinan akan pemeliharaan-Nya yang sempurna.

Hari ini, mari kita membuat pilihan radikal: hidup sepenuhnya dalam Kristus. Bukan sekadar pengakuan, melainkan transformasi total. Jadikan Dia pusat, sumber, dan tujuan setiap langkah perjalanan iman kita.

 

Doa Respon:

 

Ya Tuhan Yesus, kami datang kepada-Mu dengan hati terbuka. Tolong tanamkan akar iman kami dengan kuat di dalam diri-Mu. Bantulah kami untuk senantiasa hidup di dalam-Mu, tidak terombang-ambing oleh ajaran dan godaan dunia. Jadikan kami teguh, bertumbuh, dan sepenuhnya bergantung kepada-Mu. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Selasa, 03 Desember 2024

Terhubung dalam Roh, Teguh dalam Iman (Kolose 2:5)


 

https://youtu.be/j7cFa6TWU-U

 

 

Kol 2:5  Sebab meskipun aku sendiri tidak ada di antara kamu, tetapi dalam roh aku bersama-sama dengan kamu dan aku melihat dengan sukacita tertib hidupmu dan keteguhan imanmu dalam Kristus.

 

Nats ini memberikan gambaran indah tentang keintiman rohani yang melampaui batasan fisik. Paulus, terhalang jarak, menyatakan kehadirannya "dalam roh" di tengah jemaat Kolose. Ini bukan sekadar ungkapan sentimental, melainkan penegasan kuat tentang ikatan dalam tubuh Kristus yang tak terpisahkan oleh jarak geografis. Kehadiran rohani ini menjadi sumber penghiburan dan kekuatan bagi jemaat yang tengah menghadapi tekanan ajaran sesat.

 

Sukacita Paulus atas "ketertiban" dan "keteguhan iman" jemaat menunjukkan dua hal penting. Pertama, "ketertiban" mengindikasikan struktur dan disiplin rohani dalam kehidupan bersama mereka. Ini mencerminkan kedewasaan iman yang terwujud dalam praktik hidup yang teratur dan selaras dengan ajaran Kristus. Kedua, "keteguhan iman" menunjukkan kokohnya fondasi iman mereka di tengah badai pengajaran palsu. Mereka tidak mudah terombang-ambing oleh filsafat Yunani, legalisme Yahudi, atau mistisisme yang mencoba menyusup ke dalam iman Kristen.

 

Konteks Kolose saat itu dipenuhi oleh ajaran-ajaran yang mencampuradukkan kebenaran dengan kepalsuan, menawarkan "pengetahuan rahasia" yang menjanjikan kedewasaan rohani. Di tengah gempuran ideologi menyesatkan inilah, keteguhan iman jemaat Kolose menjadi sangat berharga. Pujian Paulus menjadi peneguhan atas perlawanan mereka terhadap ajaran-ajaran yang mengikis kemurnian Injil.

 

Kehadiran Paulus "dalam roh" juga merupakan bentuk dukungan pastoral yang signifikan. Meskipun tidak hadir secara fisik, dukungan doanya dan perhatiannya memberikan kekuatan bagi jemaat. Ia mengingatkan mereka bahwa perjuangan melawan ajaran sesat bukanlah perjuangan sendirian. Mereka terhubung dalam satu tubuh Kristus, di mana setiap anggota saling menguatkan dan mendukung. Hal ini mengajarkan kita tentang pentingnya doa dan solidaritas dalam menjaga kemurnian iman di tengah tantangan zaman.

Doa Respon:

Ya Tuhan, terima kasih atas keterhubungan rohani yang mempersatukan kami dalam Kristus. Ampuni kami jika imanku goyah dan mudah terpengaruh ajaran sesat. Kuatkan kami untuk teguh berdiri di atas kebenaran firman-Mu. Bantulah kami untuk hidup dalam ketertiban dan disiplin rohani, menjadi saksi-Mu yang setia. Dalam nama Yesus, Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Senin, 02 Desember 2024

Menolak Tipuan Kata-kata Indah (Kolose 2:4)


 

https://youtu.be/-teAA0aMlcE


Kol 2:4  Hal ini kukatakan, supaya jangan ada yang memperdayakan kamu dengan kata-kata yang indah.

 

 

Kolose 2:4 adalah peringatan Paulus kepada jemaat Kolose agar tidak mudah diperdaya oleh ajaran sesat yang sering disampaikan dengan kata-kata yang indah dan argumen yang tampak logis. Paulus menyadari bahwa keindahan retorika bisa menjadi alat yang efektif untuk menyesatkan mereka yang tidak berakar dalam Kristus.

Pada masa itu, jemaat Kolose menghadapi ancaman dari ajaran-ajaran yang menggabungkan filsafat Yunani, tradisi Yahudi, dan mistisisme. Guru-guru palsu menawarkan "pengetahuan rahasia" yang seolah-olah dapat membawa kedewasaan rohani. Paulus memperingatkan bahwa ajaran-ajaran seperti ini, meskipun tampak menarik, akan menjauhkan mereka dari kebenaran Kristus.

Apa yang Dimaksud “Kata-kata yang Indah”?

Paulus menyebut "kata-kata yang indah" untuk menggambarkan argumen persuasif yang sering kali dihiasi dengan retorika cerdas dan meyakinkan. Namun, keindahan kata-kata ini tidak menjamin kebenaran. Sebaliknya, kata-kata tersebut sering menjadi selubung untuk kebohongan yang merusak. Paulus menegaskan bahwa segala hikmat dan pengetahuan sejati hanya ditemukan dalam Kristus (Kolose 2:3).

Peringatan ini tetap relevan di era modern. Akses terhadap berbagai informasi melalui media sosial dan internet memberikan tantangan besar. Banyak ajaran atau ideologi baru yang terdengar logis dan memikat, namun bertentangan dengan Alkitab. Oleh karena itu, jemaat perlu memiliki kemampuan discernment—penilaian rohani—untuk membedakan kebenaran dari kepalsuan.

 

Doa Respon

Ya Tuhan, ampuni dosa-dosa kami yang telah memisahkan kami dari-Mu. Kami menyesal dan berbalik dari kesalahanku. Terima kasih telah mengutus Yesus Kristus untuk menebus kami. Kami percaya kepada-Nya sebagai Juru Selamatku. Bersihkan hati kami dan penuhilah dengan Roh Kudus-Mu. Bantulah kami untuk hidup sesuai kehendak-Mu dan menjadi saksi kasih-Mu. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Minggu, 01 Desember 2024

Hikmat Sejati dalam Kristus (Kolose 2:3)


https://youtu.be/6dS3gMotHCg

 

Kolose  2:3  sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.

 

Dalam kehidupan yang penuh tantangan dan kompleksitas, kita sering kali mencari jawaban dari berbagai sumber. Dunia menawarkan begitu banyak perspektif, filosofi, dan pemikiran yang mengklaim dapat memberikan solusi terdalam bagi pergumulan hidup kita. Namun, Firman Tuhan melalui Paulus dalam Kolose 2:3 mengingatkan kita akan sumber hikmat yang sejati: Yesus Kristus.

Hikmat bukanlah sekadar kumpulan pengetahuan intelektual atau kecerdasan akademis. Hikmat sejati adalah pengertian mendalam yang memampukan kita memahami kehendak Allah dan menjalani hidup sesuai rencana-Nya. Di dalam Kristus, tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan yang kita perlukan.

Betapa seringkali kita tergelincir mencari kebijaksanaan dari sumber-sumber duniawi - media sosial, pendapat umum, atau bahkan pemikiran sendiri. Kita lupa bahwa Kristus adalah sumber utama dan definitif dari segala pengertian. Dia bukan sekadar pemberi hikmat, melainkan hikmat itu sendiri.

Ketika kita menempatkan Kristus sebagai pusat, segala sesuatu menjadi jernih. Keputusan-keputusan sulit, pergumulan batin, tantangan hubungan - semua dapat ditemukan jawabannya ketika kita bersandar pada-Nya. Bukan berarti semua masalah langsung hilang, tetapi kita mendapatkan perspektif ilahi yang melampaui pemahaman manusia.

Praktisnya, ini berarti kita perlu senantiasa bersekutu dengan Kristus melalui doa, firman-Nya, dan hubungan pribadi. Kita diundang untuk terus-menerus menggali hikmat-Nya, bukan sekadar membaca Alkitab sebagai rutinitas, melainkan sungguh-sungguh mencari kehendak-Nya.

Hari ini, mari kita memilih untuk tidak tersesat dalam berbagai ajaran yang menawarkan kebijaksanaan palsu. Percayalah bahwa di dalam Kristus, tersedia segala yang kita perlukan untuk hidup yang memuliakan Allah.

 

Doa Respon:

 

Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas hikmat-Mu yang sempurna. Kami bersyukur bahwa segala kebenaran dan pengertian tersembunyi di dalam diri-Mu. Ampuni kami ketika kami mencari hikmat dari sumber lain. Tuntun kami untuk senantiasa bergantung dan percaya hanya kepada-Mu sebagai sumber hikmat sejati. Dalam nama-Mu, amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)