Kolose 2:18
Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura
merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada
penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya
yang duniawi,
Jemaat Kolose menghadapi
tantangan rohani yang kompleks. Bayangkan hidup di tengah gelimang ajaran,
mulai dari hukum Taurat yang ketat hingga filsafat Yunani yang rumit dan
mistisisme lokal yang memikat. Di tengah kebingungan ini, muncul ajaran sesat
yang mencampuradukkan kebenaran dengan kepalsuan, mengancam fondasi iman mereka
yang sejati: Kristus. Paulus, dalam kepeduliannya, menulis surat peringatan
keras, menyoroti bahaya praktik keagamaan yang menyesatkan yang dapat merampas
hadiah rohani yang telah Allah sediakan dengan cuma-cuma.
Salah satu ancaman tersebut
adalah "kerendahan hati palsu." Bukannya kerendahan hati yang lahir
dari pengakuan akan keterbatasan dan ketergantungan pada Allah, ini adalah
topeng kesombongan. Para pengajar sesat di Kolose berpura-pura rendah hati
dengan menyatakan manusia terlalu rendah untuk mendekati Allah secara langsung,
lalu menawarkan malaikat sebagai perantara. Ironisnya, tindakan ini justru
merendahkan karya Kristus yang sempurna, Sang Jembatan sejati antara manusia
dan Allah. Mereka membangun tembok di tempat yang Kristus telah robohkan,
mengganti akses langsung dengan ritual yang rumit dan tidak perlu.
Penyembahan malaikat, yang
mungkin terpengaruh oleh tradisi Yahudi tertentu, juga menjadi jerat bagi
jemaat Kolose. Malaikat, meskipun mulia sebagai utusan Allah, bukanlah objek
penyembahan. Hanya Allah, yang diungkapkan melalui Kristus, yang layak menerima
pujian dan hormat tertinggi. Dengan mengalihkan fokus kepada malaikat, jemaat
Kolose berisiko kehilangan inti dari iman Kristen: Kristus sebagai satu-satunya
perantara.
Lebih lanjut, Paulus
memperingatkan terhadap godaan untuk mengandalkan pengalaman mistis dan
penglihatan sebagai dasar iman. Pengalaman rohani memang berharga, tetapi bukan
tolok ukur kebenaran. Para pengajar sesat di Kolose membanggakan penglihatan
dan wahyu khusus, menciptakan hierarki spiritual dan memecah belah jemaat.
Kesombongan rohani ini, yang didorong oleh pengalaman subjektif, bertolak
belakang dengan kerendahan hati dan ketergantungan pada Kristus yang menjadi
inti ajaran Kristen. Iman sejati, tegas Paulus, bukanlah tentang pengalaman
mistis, tetapi tentang kebenaran objektif yang diungkapkan dalam Injil.
Renungan ini mengajak kita
untuk introspeksi. Apakah kita, seperti jemaat Kolose, tergoda oleh ajaran yang
tampak rohani tetapi sebenarnya menjauhkan kita dari Kristus? Apakah kita
mengejar pengalaman rohani demi kesombongan, atau demi keintiman dengan Allah?
Marilah kita berpegang teguh pada Kristus, Sang Kepala Gereja, dan menolak
segala sesuatu yang mencoba menggeser posisi sentral-Nya dalam hidup kita.
Kebenaran sejati ditemukan bukan dalam kerumitan ritual atau pengalaman mistis,
tetapi dalam kesederhanaan Injil dan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.
Doa respons
Ya Tuhan, lindungilah kami dari
ajaran-ajaran palsu yang menjauhkan kami dari-Mu. Ampuni kami jika kami tergoda
oleh kesombongan rohani atau pengalaman mistis yang kosong. Teguhkan iman kami
dalam Kristus, satu-satunya perantara dan jalan menuju kepada-Mu. Berikanlah
kami hikmat untuk membedakan kebenaran dan tetap berpegang teguh pada Injil.
Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung