Rabu, 18 Desember 2024

Berjaga-jaga di Tengah Arus (Kolose 2:18)


 

https://youtu.be/LLPY2XHJNXo


 

 

Kolose 2:18  Janganlah kamu biarkan kemenanganmu digagalkan oleh orang yang pura-pura merendahkan diri dan beribadah kepada malaikat, serta berkanjang pada penglihatan-penglihatan dan tanpa alasan membesar-besarkan diri oleh pikirannya yang duniawi,

 

Jemaat Kolose menghadapi tantangan rohani yang kompleks. Bayangkan hidup di tengah gelimang ajaran, mulai dari hukum Taurat yang ketat hingga filsafat Yunani yang rumit dan mistisisme lokal yang memikat. Di tengah kebingungan ini, muncul ajaran sesat yang mencampuradukkan kebenaran dengan kepalsuan, mengancam fondasi iman mereka yang sejati: Kristus. Paulus, dalam kepeduliannya, menulis surat peringatan keras, menyoroti bahaya praktik keagamaan yang menyesatkan yang dapat merampas hadiah rohani yang telah Allah sediakan dengan cuma-cuma.

Salah satu ancaman tersebut adalah "kerendahan hati palsu." Bukannya kerendahan hati yang lahir dari pengakuan akan keterbatasan dan ketergantungan pada Allah, ini adalah topeng kesombongan. Para pengajar sesat di Kolose berpura-pura rendah hati dengan menyatakan manusia terlalu rendah untuk mendekati Allah secara langsung, lalu menawarkan malaikat sebagai perantara. Ironisnya, tindakan ini justru merendahkan karya Kristus yang sempurna, Sang Jembatan sejati antara manusia dan Allah. Mereka membangun tembok di tempat yang Kristus telah robohkan, mengganti akses langsung dengan ritual yang rumit dan tidak perlu.

Penyembahan malaikat, yang mungkin terpengaruh oleh tradisi Yahudi tertentu, juga menjadi jerat bagi jemaat Kolose. Malaikat, meskipun mulia sebagai utusan Allah, bukanlah objek penyembahan. Hanya Allah, yang diungkapkan melalui Kristus, yang layak menerima pujian dan hormat tertinggi. Dengan mengalihkan fokus kepada malaikat, jemaat Kolose berisiko kehilangan inti dari iman Kristen: Kristus sebagai satu-satunya perantara.

Lebih lanjut, Paulus memperingatkan terhadap godaan untuk mengandalkan pengalaman mistis dan penglihatan sebagai dasar iman. Pengalaman rohani memang berharga, tetapi bukan tolok ukur kebenaran. Para pengajar sesat di Kolose membanggakan penglihatan dan wahyu khusus, menciptakan hierarki spiritual dan memecah belah jemaat. Kesombongan rohani ini, yang didorong oleh pengalaman subjektif, bertolak belakang dengan kerendahan hati dan ketergantungan pada Kristus yang menjadi inti ajaran Kristen. Iman sejati, tegas Paulus, bukanlah tentang pengalaman mistis, tetapi tentang kebenaran objektif yang diungkapkan dalam Injil.

Renungan ini mengajak kita untuk introspeksi. Apakah kita, seperti jemaat Kolose, tergoda oleh ajaran yang tampak rohani tetapi sebenarnya menjauhkan kita dari Kristus? Apakah kita mengejar pengalaman rohani demi kesombongan, atau demi keintiman dengan Allah? Marilah kita berpegang teguh pada Kristus, Sang Kepala Gereja, dan menolak segala sesuatu yang mencoba menggeser posisi sentral-Nya dalam hidup kita. Kebenaran sejati ditemukan bukan dalam kerumitan ritual atau pengalaman mistis, tetapi dalam kesederhanaan Injil dan hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.

 

Doa respons

 

Ya Tuhan, lindungilah kami dari ajaran-ajaran palsu yang menjauhkan kami dari-Mu. Ampuni kami jika kami tergoda oleh kesombongan rohani atau pengalaman mistis yang kosong. Teguhkan iman kami dalam Kristus, satu-satunya perantara dan jalan menuju kepada-Mu. Berikanlah kami hikmat untuk membedakan kebenaran dan tetap berpegang teguh pada Injil. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

 

Selasa, 17 Desember 2024

Bayangan dan Kenyataan (Kolose 2:17)



https://youtu.be/ljbYgm5Najk


Kolose 2:17 semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.

Jemaat Kolose menghadapi tantangan. Ajaran-ajaran sinkretis, campuran filsafat Yunani, mistisisme, dan hukum Yahudi, merongrong iman mereka. Aturan-aturan ketat tentang makanan, minuman, hari raya, dan Sabat disodorkan sebagai jalan menuju kesalehan. Paulus, dalam Kolose 2:17, memberikan jawaban tegas: Semua itu hanyalah "bayangan dari hal-hal yang akan datang, tetapi kenyataannya ialah Kristus."
Paulus memahami konteks historis dan budaya jemaat Kolose. Ia menyadari betapa mudahnya orang tergoda oleh janji-janji spiritualitas yang rumit. Namun, ia menekankan bahwa Kristus adalah pusat segalanya. Hukum Taurat, dengan segala peraturannya, hanyalah bayangan yang menunjuk kepada Kristus, sang kenyataan.
Bayangan, seperti pantulan samar di air, tidak memiliki substansi. Ia hanya menunjuk kepada objek aslinya. Demikian pula, aturan-aturan Perjanjian Lama, meskipun penting pada zamannya, hanyalah petunjuk kepada Kristus. Aturan makanan menunjuk pada kekudusan, Sabat pada perhentian, hari raya pada karya penyelamatan Allah. Namun, kekudusan, perhentian, dan penyelamatan yang sejati hanya ditemukan di dalam Kristus.
Kristus adalah penggenapan dari semua yang dilambangkan oleh hukum Taurat. Dia adalah Anak Domba Allah yang menggenapi sistem korban persembahan. Dia adalah perhentian sejati bagi jiwa yang lelah. Dia adalah terang dunia yang menerangi kegelapan. Dengan kedatangan Kristus, bayangan itu telah digantikan oleh kenyataan.
Apa implikasinya bagi kita? Pertama, kita harus berfokus pada Kristus, bukan pada aturan-aturan agama. Kristus, bukan ritual atau tradisi, adalah pusat iman kita. Kedua, kita dibebaskan dari legalisme. Keselamatan bukanlah hasil usaha kita, melainkan anugerah Allah yang diterima melalui iman kepada Kristus. Ketiga, kita dapat menghargai tradisi, tetapi tidak terikat padanya. Tradisi dapat bermanfaat, tetapi jangan sampai mengaburkan Kristus, sang kenyataan.
Kolose 2:17 memanggil kita untuk hidup dalam kebebasan Kristus. Kebebasan ini bukanlah lisensi untuk berbuat dosa, melainkan kebebasan dari beban legalisme dan ketakutan akan penghakiman. Kita bebas untuk hidup dalam kasih karunia, dipimpin oleh Roh Kudus, dengan Kristus sebagai pusat dan tujuan hidup kita. Marilah kita meninggalkan bayang-bayang dan hidup dalam terang Kristus, sang kenyataan yang membebaskan.

Doa Respons

Ya Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menyatakan Kristus,   , kepada kami. Bebaskan kami dari belenggu aturan dan tradisi yang kosong, dan mampukan kami untuk berfokus hanya kepada Kristus. Ajar kami untuk hidup dalam kebebasan dan kasih karunia-Mu, dengan hati yang taat dan penuh syukur. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.


Johannis Trisfant 
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Senin, 16 Desember 2024

Bebas Merdeka di dalam Kristus (Kolose 2:16)


Selasa, 17 Desember 2024

https://youtu.be/aa6seplOoAY

Bebas Merdeka di dalam Kristus (Kolose 2:16)

Kolose 2:16  Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat;

Jemaat di Kolose menghadapi dilema. Ajaran-ajaran asing yang memadukan hukum Yahudi, filsafat Yunani, dan mistisisme, menyusup ke dalam iman mereka. Aturan-aturan ketat tentang makanan, minuman, hari raya, dan Sabat dipaksakan sebagai jalan menuju kesalehan. Paulus, dengan tegas, menolak penyimpangan ini. “Janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu,” tulisnya di Kolose 2:16. Kebebasan dalam Kristus, inilah inti pesannya.
Paulus memahami konteks pluralisme agama di Kolose. Ia tahu betapa mudahnya orang terjebak dalam sistem rumit yang menjanjikan kedekatan dengan Allah melalui usaha manusia. Namun, Paulus menekankan bahwa Kristus telah membuka jalan yang baru, jalan kasih karunia. Keselamatan bukanlah hasil ketaatan kita pada hukum Taurat, melainkan anugerah Allah yang diterima melalui iman kepada Kristus.
Hukum Taurat, menurut Paulus, bagaikan “bayangan” yang menunjuk kepada “kenyataan” yaitu Kristus. Peraturan tentang makanan dan hari raya, misalnya, memiliki makna simbolis yang menunjuk kepada Kristus. Namun, ketika Kristus datang, bayangan itu telah digenapi oleh kenyataan. Kita tidak lagi perlu berpegang pada bayangan, karena kita telah memiliki yang asli.
Kebebasan dalam Kristus bukan berarti hidup tanpa aturan. Justru, kebebasan ini membebaskan kita dari beban legalisme, dari upaya sia-sia untuk mencapai kebenaran melalui usaha sendiri. Kita bebas untuk hidup dalam kasih karunia, di mana ketaatan bukanlah kewajiban yang membebani, melainkan ungkapan syukur dan kasih kepada Allah.
Pesan Kolose 2:16 tetap relevan hingga kini. Kita pun sering menghadapi tekanan untuk memenuhi standar-standar tertentu agar dianggap saleh. Mungkin berupa aturan-aturan tambahan dalam bergereja, gaya hidup tertentu, atau bahkan cara berpakaian. Namun, Paulus mengingatkan kita untuk tidak membiarkan hal-hal tersebut menjadi tolak ukur kerohanian kita. Fokus kita haruslah Kristus, dan hubungan pribadi kita dengan-Nya.
Kebebasan dalam Kristus adalah anugerah yang berharga. Mari kita gunakan kebebasan ini dengan bijaksana, bukan untuk memuaskan keinginan daging, melainkan untuk hidup dalam kasih dan kebenaran. Mari kita tolak legalisme dan tekanan dunia, dan fokus pada Kristus, sumber kebebasan dan kehidupan sejati. Jangan biarkan siapa pun merampas kebebasan yang telah Kristus berikan dengan darah-Nya yang mahal.

Doa Respons
Ya Tuhan, terima kasih atas kebebasan yang Engkau berikan dalam Kristus. Bebaskan kami dari belenggu legalisme dan tekanan untuk memenuhi standar manusia. Mampukan kami untuk hidup dalam kasih karunia-Mu, dengan hati yang taat dan penuh syukur. Ajar kami untuk menghargai kebebasan ini dengan bijaksana, dan menjadi saksi Kristus yang setia. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Johannis Trisfant 
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Minggu, 15 Desember 2024

Pawai Kemenangan Sang Raja (Kolose 2:15)

Senin, 16 Desember 2024

https://youtu.be/RjAKop_rI_A



Kol 2:15  Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.
Bayangkan sebuah pawai kemenangan di Roma kuno. Sang jenderal, dielu-elukan sebagai pahlawan, memimpin arak-arakan, memamerkan tawanan perang yang terbelenggu. Inilah gambaran yang Paulus gunakan di Kolose 2:15 untuk menggambarkan kemenangan Kristus yang jauh lebih agung. Di kayu salib, Kristus tidak hanya mengalahkan dosa, tetapi juga “melucuti kuasa-kuasa dan penguasa-penguasa,” mempermalukan mereka secara terbuka, dan mengarak mereka dalam pawai kemenangan-Nya.
Siapakah “kuasa-kuasa dan penguasa-penguasa” ini? Mereka adalah kekuatan spiritual jahat yang memberontak melawan Allah dan menindas manusia. Mereka menggunakan hukum, dosa, dan rasa bersalah untuk mengendalikan dan menuduh kita. Mereka membuat kita merasa terhukum, tak berdaya, dan terpisah dari Allah.
Namun, di kayu salib, Kristus melucuti senjata mereka. Kata Yunani apekdusamenos menggambarkan tindakan menanggalkan pakaian atau senjata. Kristus menanggalkan kekuatan yang digunakan kuasa-kuasa jahat untuk mendakwa kita. Dosa, rasa bersalah, dan kutukan – semuanya telah dilucuti. Mereka tak lagi memiliki kuasa atas kita yang telah ditebus oleh darah Kristus.
Lebih dari itu, Kristus mempermalukan mereka secara terbuka. Seperti tawanan perang yang diarak dalam kekalahan, kuasa-kuasa jahat ditampilkan dalam kehinaan mereka. Kemenangan Kristus diumumkan kepada seluruh alam semesta, menegaskan bahwa Dia adalah Raja di atas segala raja, berkuasa atas segala kekuatan, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.
Apa arti kemenangan ini bagi kita hari ini? Pertama, kita bebas dari rasa takut. Kita tidak perlu lagi hidup di bawah bayang-bayang tuduhan dan kutukan. Kristus telah membebaskan kita! Kedua, kita memiliki jaminan perlindungan. Tidak ada kuasa jahat yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus. Ketiga, kita dimampukan untuk hidup dalam kemenangan. Kita tidak perlu pasif atau takut menghadapi tantangan. Kita dapat hidup dengan keberanian dan keyakinan, mengetahui bahwa kita berada di pihak yang menang.
Salib, yang dulunya simbol penghinaan dan kekalahan, kini menjadi tanda kemenangan kita. Setiap kali kita merasa tertekan oleh rasa bersalah, takut, atau terintimidasi oleh kuasa kegelapan, ingatlah akan pawai kemenangan Kristus. Ingatlah bahwa Dia telah menang, dan kemenangan itu adalah milik kita juga. Marilah kita hidup setiap hari dengan keyakinan dan keberanian, memancarkan kasih dan kuasa Kristus ke dalam dunia yang gelap ini.

Doa Respons
Ya Tuhan, terima kasih atas kemenangan Kristus yang agung atas kuasa kegelapan. Kami bersyukur atas kebebasan yang Engkau berikan melalui salib-Nya. Ajar kami untuk hidup dalam kebenaran kemenangan ini, tanpa rasa takut dan penuh keberanian. Mampukan kami untuk menjadi saksi-Mu yang setia, memancarkan kasih dan kuasa Kristus di dunia ini. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
 
Johannis Trisfant 
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Jumat, 13 Desember 2024

Bebas dari Hutang: Proklamasi Kemerdekaan di dalam Kristus (Kolose 2:14)


Sabtu, 14 Desember 2024
https://youtu.be/fYJZEnpfFFE


Kol 2:14  dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:
Bayangkan terbelenggu oleh hutang yang tak terbayarkan, terancam oleh tuntutan hukum yang tak henti-hentinya. Beban rasa bersalah dan ketakutan menghimpit, membatasi setiap langkah. Inilah gambaran kondisi rohani manusia sebelum mengenal anugerah Kristus, seperti yang digambarkan Paulus dalam Kolose 2:14. Paulus berbicara tentang "surat hutang" – sebuah dokumen hukum yang mencatat setiap pelanggaran kita terhadap hukum Allah. Surat hutang ini bukan sekadar metafora, melainkan representasi nyata dari perbudakan dosa yang mengikat kita. Ia adalah bukti kesalahan kita, yang menghalangi hubungan kita dengan Allah.
Namun, di tengah kegelapan dan keputusasaan, secercah harapan muncul. Allah, dalam kasih-Nya yang tak terukur, tidak membiarkan kita terjerat dalam belenggu dosa. Melalui Kristus, Ia melakukan intervensi ilahi yang radikal: Ia "menghapuskan surat hutang" itu. Kata Yunani yang digunakan Paulus menggambarkan penghapusan yang tuntas, seolah-olah tulisan itu dihapuskan sepenuhnya dari papirus. Bukan sekadar pengampunan, melainkan penghapusan total, sehingga tak ada lagi jejak yang tersisa. Dosa-dosa kita, yang tadinya menjadi tuduhan yang memberatkan, kini lenyap tak berbekas.
Bagaimana penghapusan ajaib ini terjadi? Paulus menjelaskan, "dengan menyalibkannya di kayu salib." Di sinilah letak kedalaman dan keindahan teologi Paulus. Kayu salib, simbol penghinaan dan kematian, menjadi instrumen pembebasan kita. Kristus, yang tak berdosa, rela memikul kutukan dosa kita di atas kayu salib. Dengan demikian, Ia bukan hanya menghapus surat hutang kita, tetapi juga menghancurkan kuasa yang mendasari tuduhan itu.
Lebih lanjut, Paulus menyatakan bahwa Kristus telah "melucuti kuasa-kuasa dan penguasa-penguasa." Ini merujuk pada kekuatan-kekuatan rohani jahat yang memperbudak manusia melalui dosa dan hukum. Dengan menghapus surat hutang, Kristus melucuti senjata utama mereka – hak untuk menuduh kita di hadapan Allah. Ia mempermalukan mereka di hadapan umum, seperti seorang jenderal yang menang memamerkan tawanan perangnya. Kemenangan Kristus di kayu salib merupakan kemenangan mutlak atas segala kuasa kegelapan yang berusaha mengikat kita.
Lalu, apa arti semua ini bagi kita? Pertama, kita memiliki jaminan pengampunan yang sempurna dan final. Tidak ada lagi tuduhan yang dapat diajukan terhadap kita. Kita bebas dari rasa bersalah dan kutuk dosa. Kedua, kita memiliki kebebasan sejati dari cengkeraman kuasa kegelapan. Kita tidak perlu takut lagi akan intimidasi dan tipu daya Iblis. Kristus telah memenangkan pertempuran rohani, dan kita berdiri teguh di pihak yang menang. Kolose 2:14 adalah deklarasi kemerdekaan. Kita telah dibebaskan dari hutang dosa dan belenggu kuasa kegelapan. Marilah kita hidup dalam kemerdekaan ini, dengan hati penuh syukur dan keberanian, menjadi saksi bagi dunia tentang kuasa transformasi Kristus yang membebaskan.


Doa Respon:
Ya Bapa, kami bersyukur atas kemerdekaan yang Kau berikan melalui pengorbanan Kristus. Terima kasih telah menghapuskan surat hutang dosa kami dan membebaskan kami dari kuasa kegelapan. Mampukan kami untuk hidup dalam kebebasan ini, menjadi saksi-Mu yang berani dan penuh syukur. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.



Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Rabu, 11 Desember 2024

Kebangkitan Baru dalam Kristus (Kolose 2:12)

Kamis, 12 Desember 2024
https://youtu.be/RUDnMS2I0zE




Kol 2:12  karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.
Kita seringkali terjebak dalam lingkaran kehidupan lama yang membuat kita merasa terbelenggu. Namun, Firman Allah dalam Kolose 2:12 membawa kabar pembebasan yang mengubah segalanya: kita telah dibangkitkan bersama Kristus.
Baptisan bukanlah sekadar ritualair, melainkan momen sakral di mana kita mati terhadap kehidupan lama dan bangkit dalam kehidupan baru. Seperti Kristus yang bangkit dari kubur, kita pun diundang untuk meninggalkan kubur dosa dan menjalani hidup yang sepenuhnya baru.
Apakah artinya dibangkitkan bersama Kristus? Ini berarti kita memiliki kuasa untuk melampaui keterbatasan diri kita. Dosa yang pernah menguasai, kelemahan yang membelenggu, masa lalu yang menekan - semuanya dikubur bersama Kristus. Kita tidak lagi didefinisikan oleh kesalahan, luka, atau kegagalan, tetapi oleh kuasa kebangkitan-Nya.
Kebangkitan ini bukanlah sekadar konsep teologis, melainkan realitas hidup sehari-hari. Setiap kali kita memilih untuk bangkit dari keputusasaan, memilih pengampunan daripada kepahitan, memilih anugerah daripada kebencian - kita mengalami kuasa kebangkitan Kristus.
Namun, kebangkitan bukan berarti hidup tanpa tantangan. Justru dalam pergumulan, kita diundang untuk terus percaya kepada "kerja kuasa Allah" - kuasa yang sama yang membangkitkan Kristus dari kematian. Setiap tantangan adalah kesempatan untuk mengalami kuasa-Nya yang mentransformasi.
Pertanyaan yang mendesak: Sudahkah anda membiarkan Kristus membangkitkan bagian-bagian mati dalam hidup anda? Sudahkah anda menyerahkan kubur-kubur rahasia anda - luka, ketakutan, kekecewaan - untuk dialami kuasa kebangkitan-Nya?
Renungkanlah: Anda bukan lagi budak dosa, bukan korban keadaan, melainkan pemenang dalam Kristus. Setiap hari adalah undangan untuk hidup dalam realitas kebangkitan-Nya - bebas, dipulihkan, dan diberdayakan.
Izinkan Kristus terus membangkitkan anda hari ini.


Doa Respon:

Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas kuasa kebangkitan-Mu. Kami datang dengan segala kelemahan, membuka hati kami untuk mengalami transformasi-Mu. Bebaskan kami dari kubur dosa, bangkitkan kami dalam hidup baru. Hapuskan ketakutan, pulihkan luka, dan nyalakan api iman kami. Jadikan kami hidup dalam kuasa-Mu, menjadi saksi nyata kebangkitan-Mu. Amin.


Johannis Trisfant
GKIm Ka Im Tong, Bandung

Selasa, 10 Desember 2024

Sunat Rohani - Transformasi dalam Kristus (Kolose 2:11)


 

https://youtu.be/OTlHfvlrq9s

 

 

Kol 2:11  Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,

 

Dalam perjalanan iman kita, seringkali kita terjebak dalam ritual lahiriah yang mengaburkan esensi transformasi sejati. Namun, Firman Allah dalam Kolose 2:11 membawa kita kepada sebuah kebenaran mendalam: sunat sejati bukanlah tentang upacara fisik, melainkan perubahan batiniah yang dikerjakan Kristus.

Apakah artinya mengalami "sunat Kristus"? Ini berarti kita dibebaskan dari kuasa dosa yang pernah menguasai hidup kita. Seperti sebilah pisau yang memotong rantai perbudakan, Kristus memisahkan kita dari manusia lama - segala kebiasaan, pikiran, dan perilaku yang menjauhkan kita dari Allah.

Transformasi ini bukan sekadar pergantian kosmetik, melainkan regenerasi total. Kita tidak sekadar diperbaiki, tetapi diciptakan ulang. Dalam Kristus, kita mati terhadap dosa dan dibangkitkan dalam kehidupan baru. Setiap kecenderungan lama, setiap kebiasaan destruktif, setiap pola pikir yang tidak sesuai kehendak Allah, dikubur bersama Kristus.

Betapa pentingnya menyadari bahwa kesempurnaan rohani tidak dicapai melalui ritual atau usaha manusia, melainkan melalui karya ajaib Kristus. Kita tidak perlu lagi berusaha membuktikan kelayakan kita di hadapan Allah, sebab Kristus telah sempurnakan segala sesuatu bagi kita.

Namun, transformasi ini bukanlah akhir, melainkan permulaan. Kita dipanggil untuk terus-menerus hidup dalam kebaruan, menanggalkan "manusia lama" dan mengenakan "manusia baru" yang diciptakan serupa dengan gambar Allah. Setiap hari adalah undangan untuk semakin menyerupai Kristus, semakin dekat dengan-Nya.

Renungkanlah: Sudahkah anda membiarkan Kristus melakukan "sunat rohani" dalam hidup anda? Sudahkah anda menyerahkan bagian-bagian terdalamnya untuk diubahkan-Nya? Ingatlah, dalam Kristus, anda tidak sekadar diperbaiki, tetapi dijadikan ciptaan baru yang sepenuhnya bebas dari belenggu dosa.

Izinkan Kristus terus mengerjakan transformasi-Nya dalam diri anda hari ini.

 

Doa Respon

 

Ya Tuhan Yesus, terima kasih atas karya transformasi-Mu yang ajaib. Kami mengakui bahwa tanpa Engkau, kami tidak berdaya melawan dosa. Sunatilah hati kami, lepaskan kami dari belenggu kebiasaan lama. Ubahkan hidup kami dari dalam, jadikan kami ciptaan baru yang senantiasa memuliakan nama-Mu. Tuntun kami untuk senantiasa bergantung pada kuasa-Mu, bukan pada kekuatan sendiri. Amin.

 

 

Johannis Trisfant

GKIm Ka Im Tong, Bandung

Di Balik Kedok Kesalehan (Kolose 2:23)