Senin, 05 Oktober 2020

DOA RATAPAN

Selasa, 6 Okt 2020

DOA RATAPAN
 
 Hab 1:12-17  Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Maha Kudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa.  (13)  Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?  (14)  Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahnya?  (15)  Semuanya mereka ditariknya ke atas dengan kail, ditangkap dengan pukatnya dan dikumpulkan dengan payangnya; itulah sebabnya ia bersukaria dan bersorak-sorai.  (16)  Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya; sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah.  (17)  Sebab itukah ia selalu menghunus pedangnya dan membunuh bangsa-bangsa dengan tidak kenal belas kasihan?

Tekanan hidup membuat banyak orang stress bahkan ada yang sampai bunuh diri. Saya kira sudah tidak terhitung jumlah orang-orang yang bunuh diri yang kita baca di koran.  Persoalan manusia memang sangatlah kompleks, dan terkadang sudah tidak bisa ditanggung, sehingga banyak yang mengakhiri hidup dengan cara yang sangat tragis.  Sebenarnya semua persoalan bisa ditanggung kalau ada orang yang kita bisa ajak bicara, baik itu bicara dengan sahabat atau bicara dengan Tuhan 

Ada sebuah cara yang Alkitab ajarkan kepada kita, bagaimana caranya memikul beban yang berat yang bahkan sudah tidak bisa ditanggung lagi. Cara ini adalah cara yang kuno yang dilakukan oleh pemazmur, para nabi dan juga oleh Tuhan Yesus, yakni meratap kepada Allah. 

Apa itu meratap? Meratap itu bukan seperti orang yang ditinggal mati oleh keluarganya dan kemudian dia meraung raung dengan sangat keras. Meratap disini adalah sebuah doa ratapan, Menyatakan kepada Tuhan semua kesusahan kita.  Orang yang menaikkan doa ratapan bukan berarti orang tersebut lemah imannya.  Habakuk memiliki keyakinan yang kokoh akan Allah. Perhatikan di ayat 12. Dia mengatakan Tuhan itu dari dahulu kala, atau Tuhan itu kekal. Tuhan itu  Maha Kudus, Dia adalah gunung batu, bahkan di ayat 13, Habakuk mengatakan bahwa Tuhan itu suci. Semua pernyataan ini tidaklah menunjukkan kelemahan iman. Ini merupakan sebuah ungkapan yang penuh dengan keyakinan terhadap Allah.  

Ratapan bukan hanya sebuah cara untuk menangis dan mencurahkan emosi kita dihadapan Allah, tetapi dalam doa ratapan ini kita belajar mengungkapkan dengan kata-kata pemahaman kita akan Allah dan menghungkan dengan persoalan atau penderitaan kita. Doa ratapan itu real, karena merupakan pengalaman realnya kita. Doa ratapan akan menjadi doa yang jauh lebih dalam dari doa doa kita yang biasa, sebab di dalamnya ada emosi kita terlibat , ada keputusasaan namun ada iman yang tersisa yang kita tujukan kepada Allah kita., dimana kita berseru kepada Allah : berapa lama lagi Tuhan? Mengapa Engkau berdiam diri yah Tuhan? Mengapa ini terjadi yah  Tuhan? Doa ratapan adalah sebuah doa yang jujur karena kita dengan jujur memberitahukan lepada Allah kesakitan kita, sakit hatinya kita, penindasan yang kita alami, memberitahukan kepada Allah kemarahan kita. 

Di mana letak perbedaan antara “meratap” dan “bersungut-sungut”?  Yang membedakan antara meratap dan sungut-sungut adalah respons kita terhadap Allah saat kita menghadapi kesulitan.( I Korintus 10:1-13). Doa ratapan kita  menjadi pembuka hati kita terhadap Allah. Saat kita meratap dalam doa kita  kita   yakin dan percaya bahwa Allah akan menolong kita, bahwa Allah lebih besar dari masalah kita, dan yakin Tuhan mau menolong kita.  Sebaliknya,  sungut-sungut  memandang bahwa masalah kita lebih besar dari Tuhan kita dan Tuhan tidak dapat atau tidak mau menolong kita.  Dalam sungut sungut , kita bukannya mendekat kepada Allah, melainkan kita menolak Allah . Dalam doa ratapan, ada penyerahan  diri sedangkan kalau bersungut sungut, tidak ada penyerahan diri.  

Ahli perjanjian lama “ Walter Brueggemann mengatakan banyak orang Kristen mengalami kehilangan yang sangat besar dari doa ratapan. Ketika doa ratapan tidak ada dalam doa-doa kita, maka kita mengalami kehilangan yang sangat besar.

Datanglah kepada Tuhan dalam semua kesusahan saudara. Menangislah dihadapanNya. Merataplah di hadapanNya. Dia mengasihi saudara. 
  

Doa

Bapa yang mengasihi kami. Kami berterima kasih karena Tuhan berkenan mendengarkann ratapan kami. Hati yang remuk tidak Engkau pandang rendah, tetapi Tuhan menerima kami. Tuhan mendengarkan semua kesusahan kami. Air mata kami Engkau taruh dan perhatikan. 

Pdt. Johannis Trisfant

Tidak ada komentar: