Jumat, 09 Oktober 2020

Berdiam di dalam kekaguman

Sabtu, 10 Okt 2020
 
Berdiam di dalam kekaguman  

Hab 3:16  Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami.


Nabi Habakuk berdiam diri dan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia berkata : “gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangku seakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri. Dia tidak bisa memberikan respon lagi. Allah telah membuat hambanya ini diam dan mengakui akan jalan Allah yang benar. Sebelumnya, Habakuk menantikan jawaban dari Tuhan di dalam Habakuk 2:1, dimana dia berkata :” Aku mau menantikan apa yang akan difirmankanNya kepadaku, dan apa yang dijawabNya atas pengaduanku. Tetapi setelah Tuhan menjawab dia, dia terdiam, dengan gemetar  dan menggigil. Dia diam dihadapan Allah. 


Habakuk peka terhadap pesan yang diterimanya dari Allah. Dan kepekaannya ini membuat dia menggigil dan gemetar dihadapan Allah. Semakin kudus seseorang, maka semakin besar rasa takutnya kepada Allah. Masalah yang kita alami akan membuat kita semakin takut kepada Allah, dan bukannya semakin kurang ajar. 


Nabi Habakuk terganggu karena tidak ada yang bisa menghentikan kehancuran Israel yang diserang oleh Babel. Dia gemetar dihadapan Tuhan menantikan datangnya saat itu.  Memang keselamatan akan datang tetapi sebelum tibanya keselamatan itu, maka akan ada penghakiman terlebih dahulu. 

Jikalau masalah yang saudara alami disebabkan oleh dosa saudara dan saudara mengetahui itu dengan jelas, maka berdiamlah dihadapan Tuhan. Berdoa kepada Tuhan bukan hanya berisi permintaan, tetapi juga berdiam diri, mengoreksi diri. Berdiam diri dengan gemetar. Berdiam diri di dalam kekaguman dan takut akan Tuhan. Persoalan kita bisa hadapi dengan menaikkan doa ratapan kepada Tuhan. Tetapi akan tiba saatnya dimana kita harus berdiam diri di hadapan Tuhan, berdiam di dalam kekaguman. 
 


Doa

Bapa di sorga, Bapa yang kudus, kami sadar ada waktunya dimana kami harus berdiam diri, berdiam di dalam kekaguman akan kekudusanMu dan menantikan pertolonganMu. Ampunilah kami kalau selama ini sikap kami kepada Tuhan tidak lah sopan. Tuntunlah kami untuk dapat melihat kekudusanMu


Pdt. Johannis Trisfant 

Kamis, 08 Oktober 2020

Orang benar akan hidup oleh percayanya

Jumat, 9 Okt 2020

Orang benar akan hidup oleh percayanya
 

 Hab 2:4  Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.


 Orang Babilonia yang jahat percaya pada diri mereka sendiri, mereka membusungkan dada mereka tetapi mereka akan jatuh. Dan ini terbukti dalam sejarah. Kekuasaan mereka tidak lah kekal, karena mereka ditaklukkan kelak oleh bangsa Media Persia. Sebaliknya, orang yang benar akan hidup karena kesetiaan mereka kepada Tuhan.  Mereka akan hidup oleh karena percayanya. 

Habakuk 2: 4 ini telah menginspirasi banyak orang Kristen bahwa orang benar akan hidup oleh percayanya. . Paulus mengutipnya dalam Roma 1:17 dan dalam Galatia 3:11. 

Rom 1:17  Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis: "Orang benar akan hidup oleh iman."


Gal 3:11  Dan bahwa tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman."

Penulis Ibrani mengutipnya dalam Ibr  10:38, tepat sebelum Ibrani 11 yang membahas tentang iman.

Heb 10:38  Tetapi orang-Ku yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya."


Hidup orang Kristen seperti ini, yakni hidup oleh iman. Walaupun kita belum melihat ada tanda-tanda masalah kita akan selesai, tetapi kita harus terus hidup oleh iman kita kepada Allah. Kita  harus percaya bahwa Tuhan mengarahkan segala sesuatu sesuai dengan tujuan-Nya. Orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya (Habakuk 2:4)


Doa

Bapa kami di dalam sorga, kami bersyukur kepada Mu karena kami diberikan iman. Kami akan hidup oleh iman kami dari hari ke sehari, Kami sudah memulainya dengan iman, kami akan melanjutkan hidup kami juga dengan iman dan kelak akan mengakhirinya juga dengan iman. Tuntunlah kami agar iman kami jangan gugur



Pdt. Johannis Trisfant 

Rabu, 07 Oktober 2020

Bagaimanakah kita menaikkan doa-doa ratapan kita? (2)

Kamis 8  Okt 2020


Bagaimanakah kita menaikkan doa-doa ratapan kita? (2)

Hab 1:13  Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?  

Cara ketiga dalam menaikkan doa ratapan kita adalah dengan memanjatkan permohonan. 
Kita meminta Allah agar memberikan perhatian. Di dalam ayat 13, Habakuk berdoa dan mengatakan: Mengapa Engkau berdiam diri? Dengan kata lain, Habakuk meminta pertolongan Tuhan.  

Keempat, Menyatakan alasan-alasan kepada Allah  
Hab 1:13  Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?

Habakuk memberikan alasan bahwa Allah   Mahasuci, yang tidak dapat memandang kelaliman. 
Hab 1:13  Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?

Disini Habakuk bertanya kepada Tuhan. Tuhan bukankah Engkau adalah Allah yang sangat suci dan tidak dapat memandang kejahatan? Sekarang bangsa Babel berbuat jahat kepada kami. Bukankah Engkau adalah Allah yang  merasa muak melihat ketidakadilan? Dan sekarang bangsa Babel berbuat tidak adil terhadap diri kami. Jadi, mengapa Engkau diam saja ketika orang yang saleh dihancurkan oleh pendurhaka?
Belajarlah berdoa dengan memakai alasan. Berdoa dengan memakai alasan, akan menolong kita memasukkan karakter Allah dalam doa-doa kita, berdoa dengan memakai alasan akan menolong kita untuk mengetahui motivasi dari permohonan kita.  Mengapa seringkali doa kita tidak dijawab oleh Tuhan? Karena salah motivasi. Rasul Yakobus mengatakan :’ Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu.  (Yakobus  4:3). Ketika kita memberikan alasan mengapa kita memintanya kepada Tuhan, maka hal ini akan menguji motivasi apa yang ada di balik permintaan itu.  Jawablah dalam hati saudara saat ini. 
Mengapa saudara meminta agar diberkati dalam pekerjaanmu ?
Mengapa saudara minta disembuhkan? 
Mengapa saudara minta kesehatan dan panjang umur? 
Kemukakanlah alasannya dihadapan Tuhan. Hal ini menguji motivasi kita meminta bahwa apa yang kita minta bukan untuk memuaskan hawa nafsu.  

   
Doa

Bapa kami di dalam sorga, Kami bersyukur bahwa Engkau mengundang kami untuk menyampaikan keinginan kami di dalam doa dan perhomonan dan dengan ucapan syukur. Kami juga mau senantiasa menguji akan motivasi kami meminta kepada-Mu. Ajarlah kami menyatakan alasan-alasan kami dalam doa doa permohonan kami. 


Pdt. Johannis Trisfant

Selasa, 06 Oktober 2020

Bagaimanakah kita menaikkan doa-doa ratapan kita? (1)

Rabu, 7 Okt 2020

Bagaimanakah kita menaikkan doa-doa ratapan kita? (1)

Hab 1:12-13  Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa 

Bagaimanakah menaikkan doa ratapan ? 

Pertama,  memanggil Allah dengan panggilan yang akrab.
Habakuk memanggil dengan sebuatan yang akrab dalam Hab 1: 12   Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus?  Dia menyebut Tuhan sebagai Allahnya. Sebuah panggilan yang akrab.  

Kedua,  memberitahukan kepada Allah isi hati saudara.

Memberitahukan kepada Allah bagaimana masalah hidup kita dan seperti apakah masalah tersebut. Ini sama seperti seorang anak kecil yang datang  kepada papanya untuk menarik perhatian dari papanya.    

Dalam Hab 1:12 Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa.  

Habakuk disini memberitahukan isi hatinya kepada Tuhan. Dia mengatakan bahwa Tuhan itu Allah yang suci dan kekal, Allah  pelindungnya. Namun mengapa Tuhan memilih bangsa Babel untuk menghukum kami?  Habakuk tidaklah komplain karena Tuhan menghukum bangsa Israel sebab memang bangsa ini berbuat dosa. Tetapi yang dia pertanyakan adalah mengapa Allah memakai orang Kasdim untuk menghukum bangsa Israel. Padahal bangsa Babel atau Kasdim itu tidak lebih baik dari bangsa Israel. Itulah yang dinyatakan oleh Habakuk dalam ayat 12. 

Sapalah Allah dengan mengatakan, Bapa di dalam sorga. Dan beritahukanlah kepada Nya isi hati saudara. Sama seperti seorang anak yang datang kepada papanya

Doa

Bapa kami di dalam sorga, inilah kami dengan segala pergumulan yang sedang kami alami. Kami tidak sanggup menanggungnya seorang diri. Kami membutuhkan pertolonganMu dan membutuhkan Tuhan sendiri , Allah kami, Bapa kami sebagai tempat dimana kami mencurahkan isi hati kami

Pdt. Johannis Trisfant

Senin, 05 Oktober 2020

DOA RATAPAN

Selasa, 6 Okt 2020

DOA RATAPAN
 
 Hab 1:12-17  Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Maha Kudus? Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan dia untuk menyiksa.  (13)  Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan dan Engkau tidak dapat memandang kelaliman. Mengapa Engkau memandangi orang-orang yang berbuat khianat itu dan Engkau berdiam diri, apabila orang fasik menelan orang yang lebih benar dari dia?  (14)  Engkau menjadikan manusia itu seperti ikan di laut, seperti binatang-binatang melata yang tidak ada pemerintahnya?  (15)  Semuanya mereka ditariknya ke atas dengan kail, ditangkap dengan pukatnya dan dikumpulkan dengan payangnya; itulah sebabnya ia bersukaria dan bersorak-sorai.  (16)  Itulah sebabnya dipersembahkannya korban untuk pukatnya dan dibakarnya korban untuk payangnya; sebab oleh karena alat-alat itu pendapatannya mewah dan rezekinya berlimpah-limpah.  (17)  Sebab itukah ia selalu menghunus pedangnya dan membunuh bangsa-bangsa dengan tidak kenal belas kasihan?

Tekanan hidup membuat banyak orang stress bahkan ada yang sampai bunuh diri. Saya kira sudah tidak terhitung jumlah orang-orang yang bunuh diri yang kita baca di koran.  Persoalan manusia memang sangatlah kompleks, dan terkadang sudah tidak bisa ditanggung, sehingga banyak yang mengakhiri hidup dengan cara yang sangat tragis.  Sebenarnya semua persoalan bisa ditanggung kalau ada orang yang kita bisa ajak bicara, baik itu bicara dengan sahabat atau bicara dengan Tuhan 

Ada sebuah cara yang Alkitab ajarkan kepada kita, bagaimana caranya memikul beban yang berat yang bahkan sudah tidak bisa ditanggung lagi. Cara ini adalah cara yang kuno yang dilakukan oleh pemazmur, para nabi dan juga oleh Tuhan Yesus, yakni meratap kepada Allah. 

Apa itu meratap? Meratap itu bukan seperti orang yang ditinggal mati oleh keluarganya dan kemudian dia meraung raung dengan sangat keras. Meratap disini adalah sebuah doa ratapan, Menyatakan kepada Tuhan semua kesusahan kita.  Orang yang menaikkan doa ratapan bukan berarti orang tersebut lemah imannya.  Habakuk memiliki keyakinan yang kokoh akan Allah. Perhatikan di ayat 12. Dia mengatakan Tuhan itu dari dahulu kala, atau Tuhan itu kekal. Tuhan itu  Maha Kudus, Dia adalah gunung batu, bahkan di ayat 13, Habakuk mengatakan bahwa Tuhan itu suci. Semua pernyataan ini tidaklah menunjukkan kelemahan iman. Ini merupakan sebuah ungkapan yang penuh dengan keyakinan terhadap Allah.  

Ratapan bukan hanya sebuah cara untuk menangis dan mencurahkan emosi kita dihadapan Allah, tetapi dalam doa ratapan ini kita belajar mengungkapkan dengan kata-kata pemahaman kita akan Allah dan menghungkan dengan persoalan atau penderitaan kita. Doa ratapan itu real, karena merupakan pengalaman realnya kita. Doa ratapan akan menjadi doa yang jauh lebih dalam dari doa doa kita yang biasa, sebab di dalamnya ada emosi kita terlibat , ada keputusasaan namun ada iman yang tersisa yang kita tujukan kepada Allah kita., dimana kita berseru kepada Allah : berapa lama lagi Tuhan? Mengapa Engkau berdiam diri yah Tuhan? Mengapa ini terjadi yah  Tuhan? Doa ratapan adalah sebuah doa yang jujur karena kita dengan jujur memberitahukan lepada Allah kesakitan kita, sakit hatinya kita, penindasan yang kita alami, memberitahukan kepada Allah kemarahan kita. 

Di mana letak perbedaan antara “meratap” dan “bersungut-sungut”?  Yang membedakan antara meratap dan sungut-sungut adalah respons kita terhadap Allah saat kita menghadapi kesulitan.( I Korintus 10:1-13). Doa ratapan kita  menjadi pembuka hati kita terhadap Allah. Saat kita meratap dalam doa kita  kita   yakin dan percaya bahwa Allah akan menolong kita, bahwa Allah lebih besar dari masalah kita, dan yakin Tuhan mau menolong kita.  Sebaliknya,  sungut-sungut  memandang bahwa masalah kita lebih besar dari Tuhan kita dan Tuhan tidak dapat atau tidak mau menolong kita.  Dalam sungut sungut , kita bukannya mendekat kepada Allah, melainkan kita menolak Allah . Dalam doa ratapan, ada penyerahan  diri sedangkan kalau bersungut sungut, tidak ada penyerahan diri.  

Ahli perjanjian lama “ Walter Brueggemann mengatakan banyak orang Kristen mengalami kehilangan yang sangat besar dari doa ratapan. Ketika doa ratapan tidak ada dalam doa-doa kita, maka kita mengalami kehilangan yang sangat besar.

Datanglah kepada Tuhan dalam semua kesusahan saudara. Menangislah dihadapanNya. Merataplah di hadapanNya. Dia mengasihi saudara. 
  

Doa

Bapa yang mengasihi kami. Kami berterima kasih karena Tuhan berkenan mendengarkann ratapan kami. Hati yang remuk tidak Engkau pandang rendah, tetapi Tuhan menerima kami. Tuhan mendengarkan semua kesusahan kami. Air mata kami Engkau taruh dan perhatikan. 

Pdt. Johannis Trisfant

KASIH YANG AKTIF (MATIUS 5:43-48)