Diringkas oleh Johannis Trisfant, MTh,
dari Martyn Lloyd-Jones, 1 John vol 3
1Jn 2:29 Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga,
bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari pada-Nya. 1Jn 3:1 Lihatlah, betapa besarnya kasih yang
dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan
memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab
dunia tidak mengenal Dia.
Surat Rasul Yohanes dalam 1 Yohanes 2:29 hingga pasal 3 ayat 1 mengandung
perenungan mendalam tentang kehidupan Kristen, relasi dengan Allah, dan
keutamaan kebenaran dalam hidup seorang percaya. Dalam surat ini, Yohanes ingin
memperlihatkan kepada jemaatnya suatu pergerakan baru dalam pemikiran teologis,
di mana ia menyampaikan argumen yang lebih dalam mengenai identitas orang
percaya sebagai anak-anak Allah. Perubahan dari pasal sebelumnya menuju bagian
ini merupakan peralihan yang sangat penting, yang membawa pembaca ke dimensi
yang lebih mendalam dari hubungan mereka dengan Allah. Dimulai dari pengenalan
bahwa orang Kristen dipanggil untuk hidup dalam sukacita yang penuh, Yohanes
kemudian membawa kita untuk memahami bagaimana kelahiran baru menjadikan kita
anak-anak Allah dan bagaimana hal ini memengaruhi cara hidup kita sehari-hari.
Tujuan Surat: Sukacita Penuh
Dalam bagian awal suratnya, Yohanes telah menetapkan tema utamanya: agar
orang percaya dapat mengalami “sukacita yang penuh” dalam hidup mereka,
meskipun mereka hidup dalam dunia yang penuh dengan penderitaan, cobaan, dan
godaan. Sukacita penuh ini, seperti yang dinyatakan dalam 1 Yohanes 1:4, adalah
sesuatu yang dapat dialami oleh umat Kristen ketika mereka memiliki persekutuan
yang sejati dengan Allah. Yohanes, yang menulis surat ini di usia tuanya, ingin
agar umat Kristen tidak hanya mengetahui tentang persekutuan dengan Allah,
tetapi juga mengalami persekutuan tersebut secara mendalam sehingga mereka
dapat memiliki kebahagiaan yang tidak tergantung pada keadaan dunia.
Untuk mencapai sukacita ini, Yohanes menjelaskan bahwa umat Kristen harus
selalu ingat bahwa mereka dapat memiliki persekutuan dengan Allah Bapa dan
Anak-Nya melalui Roh Kudus. Meskipun mereka tinggal di dunia, mereka dapat
tetap menikmati hubungan yang akrab dengan Allah. Namun, Yohanes juga
menekankan bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjaga
persekutuan ini. Kondisi-kondisi ini sangat penting agar umat Kristen dapat
terus berjalan bersama Allah. Dalam pasal 1 hingga pasal 2:28, Yohanes memberikan
berbagai syarat ini secara rinci, yang semuanya berfokus pada satu hal utama,
yaitu kebenaran.
Kebenaran sebagai Syarat Utama Persekutuan dengan Allah
Yohanes menyatakan bahwa Allah adalah terang, dan tidak ada kegelapan di
dalam Dia (1 Yohanes 1:5). Oleh karena itu, umat Kristen juga harus berjalan
dalam terang, yang berarti hidup dalam kebenaran. Menjaga perintah-perintah
Allah, mengasihi saudara-saudara seiman, dan tidak mencintai dunia merupakan
aspek-aspek penting dari kehidupan yang benar. Yohanes memperingatkan bahwa
cinta kepada dunia akan menjauhkan kita dari persekutuan dengan Allah, karena
dunia ini dipenuhi dengan godaan-godaan yang bisa merusak iman kita. Oleh
karena itu, hidup dalam kebenaran adalah dasar utama bagi orang Kristen yang
ingin mempertahankan hubungan yang dekat dengan Allah.
Yohanes menjelaskan bahwa tanpa kebenaran, persekutuan dengan Allah tidak
mungkin terjadi. Kebenaran yang dia maksudkan bukan hanya sekadar moralitas
atau etika umum, tetapi kehidupan yang mencerminkan sifat Allah sendiri. Tanpa
kebenaran yang berasal dari Allah, umat manusia tidak dapat memiliki hubungan
yang sejati dengan-Nya. Yohanes menegaskan bahwa setiap aspek kehidupan
Kristen, mulai dari menaati perintah-perintah Allah hingga mengasihi
saudara-saudara seiman, semuanya adalah manifestasi dari kebenaran ini.
Kebenaran adalah fondasi yang tidak dapat diabaikan jika kita ingin berjalan
dalam terang dan menikmati persekutuan dengan Allah.
Transisi ke Identitas sebagai Anak-anak Allah
Ketika tiba pada pasal 2:29, Yohanes memperkenalkan sebuah transisi penting
dalam pemikirannya. Ia menyatakan, “Jika kamu tahu bahwa Dia benar, kamu juga
tahu bahwa setiap orang yang berbuat kebenaran lahir dari Dia.” Ini adalah
kunci baru dalam surat Yohanes, di mana ia memperkenalkan tema kelahiran baru.
Dalam pernyataannya ini, Yohanes menyatakan bahwa mereka yang melakukan
kebenaran menunjukkan bahwa mereka telah dilahirkan dari Allah. Konsep ini
membawa pembaca ke dalam pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan mereka
dengan Allah. Yohanes ingin agar umat Kristen menyadari bahwa mereka bukan
hanya memiliki persekutuan eksternal dengan Allah, tetapi mereka juga memiliki
hubungan internal yang vital dengan-Nya.
Kelahiran baru ini bukan hanya sekadar perubahan eksternal dalam status
mereka di hadapan Allah, melainkan perubahan yang menyentuh inti kehidupan
mereka. Mereka yang telah lahir dari Allah sekarang memiliki hubungan yang
hidup dan organik dengan-Nya, di mana kehidupan mereka diubah oleh kasih
karunia Allah. Ini adalah tema yang akan terus berkembang dalam surat Yohanes
hingga pasal 4. Yohanes menekankan bahwa kelahiran baru ini membawa kita ke
dalam hubungan yang sangat mendalam dengan Allah, di mana kehidupan kita harus
mencerminkan kebenaran-Nya.
Kebenaran sebagai Bukti Kelahiran Baru
Yohanes kemudian melanjutkan dengan menyatakan bahwa mereka yang melakukan
kebenaran adalah bukti nyata bahwa mereka telah dilahirkan dari Allah. Dia
tidak mengatakan bahwa setiap orang yang lahir dari Allah akan secara otomatis
melakukan kebenaran, tetapi sebaliknya, jika seseorang hidup dalam kebenaran,
itu adalah tanda bahwa mereka telah lahir dari Allah. Kebenaran adalah bukti
kelahiran baru. Namun, kebenaran yang dimaksud oleh Yohanes bukanlah sekadar
kehidupan yang moral atau etis. Banyak orang di luar gereja yang hidup secara
moral, tetapi itu bukan kebenaran dalam pengertian Alkitabiah.
Yohanes menjelaskan bahwa kebenaran yang dia maksudkan adalah kehidupan yang
mencerminkan kehidupan Kristus. Hanya mereka yang telah dilahirkan kembali oleh
Roh Allah yang dapat hidup dalam kebenaran ini. Khotbah di Bukit, misalnya,
adalah standar hidup yang tidak mungkin dicapai oleh manusia alamiah. Hidup
Kristen yang sejati adalah hidup yang hanya mungkin dijalani oleh mereka yang
telah menerima hidup baru melalui kelahiran kembali. Oleh karena itu, Yohanes
menegaskan bahwa jika seseorang mengaku sebagai anak Allah, tetapi hidup dalam
dosa dan melanggar perintah-perintah Allah, maka pengakuan itu adalah palsu.
Hidup dalam dosa adalah tanda bahwa seseorang bukanlah anak Allah, melainkan
anak Iblis.
Perenungan tentang Kasih Allah dan Identitas sebagai Anak-anak Allah
Sebelum melanjutkan dengan argumennya tentang bagaimana kelahiran baru
mempengaruhi kehidupan sehari-hari orang percaya, Yohanes berhenti sejenak di
awal pasal 3 untuk merenungkan betapa luar biasanya kenyataan bahwa kita
disebut sebagai anak-anak Allah. Yohanes menggunakan seruan yang penuh
kekaguman: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita,
sehingga kita disebut anak-anak Allah; dan memang kita adalah anak-anak Allah.”
Di sini, Yohanes mengajak pembaca untuk sejenak berhenti dan merenungkan betapa
besar kasih Allah yang telah diberikan kepada mereka.
Yohanes menyatakan bahwa kasih Allah bukan hanya dinyatakan melalui
pengampunan dosa, tetapi juga melalui adopsi ilahi, di mana Allah mengangkat
kita menjadi anak-anak-Nya. Ini bukan sekadar hubungan legal, tetapi sebuah
hubungan organik yang hidup, di mana kita berbagi dalam hidup Allah sendiri.
Yohanes ingin agar pembaca menyadari betapa istimewanya status mereka sebagai
anak-anak Allah. Mereka yang dilahirkan kembali oleh Roh Allah sekarang
memiliki hak-hak istimewa sebagai anak-anak Allah, termasuk hak untuk menikmati
hubungan yang intim dengan Bapa dan mewarisi kehidupan kekal.
Kasih Allah yang diberikan kepada kita adalah kasih yang luar biasa, kasih
yang tidak bisa dipahami oleh pikiran manusia. Yohanes mengingatkan bahwa dunia
tidak akan memahami identitas kita sebagai anak-anak Allah, sebagaimana dunia
juga tidak mengenali Yesus sebagai Anak Allah. Ada misteri yang dalam di sini,
di mana dunia tidak mampu memahami kehidupan ilahi yang ada dalam diri orang
percaya. Yohanes menjelaskan bahwa dunia tidak mengenal kita karena dunia tidak
mengenal Allah. Sama seperti dunia tidak mengenali Kristus ketika Dia datang ke
dunia, dunia juga tidak akan mengenali kita sebagai anak-anak Allah.
Anugerah Kelahiran Baru dan Hidup dalam Kebenaran
Sebagai anak-anak Allah, kita tidak hanya memiliki hubungan yang legal
dengan Allah, tetapi juga berbagi dalam sifat ilahi-Nya. Yohanes menekankan
bahwa kita telah menerima hidup Allah melalui kelahiran baru, yang membuat kita
berbeda secara mendasar dari dunia. Kelahiran baru ini bukan hanya tentang
perubahan status di hadapan Allah, tetapi perubahan hidup yang nyata, di mana
kehidupan Allah sekarang ada di dalam diri kita. Sebagai anak-anak Allah, kita
dipanggil untuk hidup dalam kebenaran, yang merupakan tanda nyata dari
kehidupan ilahi yang ada di dalam diri kita.
Yohanes kemudian melanjutkan dengan mengajak pembaca untuk merenungkan
betapa besar kasih Allah yang telah diberikan kepada mereka. Kasih ini adalah
kasih yang mengagumkan, di mana Allah tidak hanya mengampuni dosa-dosa kita,
tetapi juga mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Kasih ini begitu besar
sehingga sulit dipahami oleh pikiran manusia. Yohanes mengingatkan bahwa
pengorbanan Kristus di kayu salib adalah bukti terbesar dari kasih Allah kepada
kita. Kristus datang ke dunia, menderita, dan mati untuk kita, agar kita dapat
menjadi anak-anak Allah dan mewarisi hidup kekal bersama-Nya.
Akhirnya, Yohanes mengajak pembaca untuk merenungkan betapa menakjubkannya
kasih Allah yang telah diberikan kepada mereka. Kasih ini adalah kasih yang
melampaui segala pemahaman manusia. Kasih ini bukan hanya kasih yang dinyatakan
secara eksternal, tetapi kasih yang telah diberikan kepada kita secara pribadi
dan mendalam. Allah telah menanamkan hidup-Nya di dalam diri kita, sehingga
kita sekarang dapat berbagi dalam sifat ilahi-Nya. Kasih ini adalah kasih yang
tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh dunia, tetapi kasih ini adalah kenyataan
yang nyata bagi setiap orang percaya.
Diringkas oleh Johannis Trisfant, MTh,
dari Martyn Lloyd-Jones, 1 John vol 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar