Jumat, 25 Oktober 2024

"Keajaiban Kelahiran Baru: Hidup dalam Kebenaran sebagai Anak-Anak Allah"

 

Diringkas oleh Johannis Trisfant, MTh,

dari Martyn Lloyd-Jones, 1 John vol 3

 

1Jn 2:29  Jikalau kamu tahu, bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari pada-Nya. 1Jn 3:1  Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.

 

 

Surat Rasul Yohanes dalam 1 Yohanes 2:29 hingga pasal 3 ayat 1 mengandung perenungan mendalam tentang kehidupan Kristen, relasi dengan Allah, dan keutamaan kebenaran dalam hidup seorang percaya. Dalam surat ini, Yohanes ingin memperlihatkan kepada jemaatnya suatu pergerakan baru dalam pemikiran teologis, di mana ia menyampaikan argumen yang lebih dalam mengenai identitas orang percaya sebagai anak-anak Allah. Perubahan dari pasal sebelumnya menuju bagian ini merupakan peralihan yang sangat penting, yang membawa pembaca ke dimensi yang lebih mendalam dari hubungan mereka dengan Allah. Dimulai dari pengenalan bahwa orang Kristen dipanggil untuk hidup dalam sukacita yang penuh, Yohanes kemudian membawa kita untuk memahami bagaimana kelahiran baru menjadikan kita anak-anak Allah dan bagaimana hal ini memengaruhi cara hidup kita sehari-hari.

Tujuan Surat: Sukacita Penuh

Dalam bagian awal suratnya, Yohanes telah menetapkan tema utamanya: agar orang percaya dapat mengalami “sukacita yang penuh” dalam hidup mereka, meskipun mereka hidup dalam dunia yang penuh dengan penderitaan, cobaan, dan godaan. Sukacita penuh ini, seperti yang dinyatakan dalam 1 Yohanes 1:4, adalah sesuatu yang dapat dialami oleh umat Kristen ketika mereka memiliki persekutuan yang sejati dengan Allah. Yohanes, yang menulis surat ini di usia tuanya, ingin agar umat Kristen tidak hanya mengetahui tentang persekutuan dengan Allah, tetapi juga mengalami persekutuan tersebut secara mendalam sehingga mereka dapat memiliki kebahagiaan yang tidak tergantung pada keadaan dunia.

Untuk mencapai sukacita ini, Yohanes menjelaskan bahwa umat Kristen harus selalu ingat bahwa mereka dapat memiliki persekutuan dengan Allah Bapa dan Anak-Nya melalui Roh Kudus. Meskipun mereka tinggal di dunia, mereka dapat tetap menikmati hubungan yang akrab dengan Allah. Namun, Yohanes juga menekankan bahwa ada syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menjaga persekutuan ini. Kondisi-kondisi ini sangat penting agar umat Kristen dapat terus berjalan bersama Allah. Dalam pasal 1 hingga pasal 2:28, Yohanes memberikan berbagai syarat ini secara rinci, yang semuanya berfokus pada satu hal utama, yaitu kebenaran.

Kebenaran sebagai Syarat Utama Persekutuan dengan Allah

Yohanes menyatakan bahwa Allah adalah terang, dan tidak ada kegelapan di dalam Dia (1 Yohanes 1:5). Oleh karena itu, umat Kristen juga harus berjalan dalam terang, yang berarti hidup dalam kebenaran. Menjaga perintah-perintah Allah, mengasihi saudara-saudara seiman, dan tidak mencintai dunia merupakan aspek-aspek penting dari kehidupan yang benar. Yohanes memperingatkan bahwa cinta kepada dunia akan menjauhkan kita dari persekutuan dengan Allah, karena dunia ini dipenuhi dengan godaan-godaan yang bisa merusak iman kita. Oleh karena itu, hidup dalam kebenaran adalah dasar utama bagi orang Kristen yang ingin mempertahankan hubungan yang dekat dengan Allah.

Yohanes menjelaskan bahwa tanpa kebenaran, persekutuan dengan Allah tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dia maksudkan bukan hanya sekadar moralitas atau etika umum, tetapi kehidupan yang mencerminkan sifat Allah sendiri. Tanpa kebenaran yang berasal dari Allah, umat manusia tidak dapat memiliki hubungan yang sejati dengan-Nya. Yohanes menegaskan bahwa setiap aspek kehidupan Kristen, mulai dari menaati perintah-perintah Allah hingga mengasihi saudara-saudara seiman, semuanya adalah manifestasi dari kebenaran ini. Kebenaran adalah fondasi yang tidak dapat diabaikan jika kita ingin berjalan dalam terang dan menikmati persekutuan dengan Allah.

Transisi ke Identitas sebagai Anak-anak Allah

Ketika tiba pada pasal 2:29, Yohanes memperkenalkan sebuah transisi penting dalam pemikirannya. Ia menyatakan, “Jika kamu tahu bahwa Dia benar, kamu juga tahu bahwa setiap orang yang berbuat kebenaran lahir dari Dia.” Ini adalah kunci baru dalam surat Yohanes, di mana ia memperkenalkan tema kelahiran baru. Dalam pernyataannya ini, Yohanes menyatakan bahwa mereka yang melakukan kebenaran menunjukkan bahwa mereka telah dilahirkan dari Allah. Konsep ini membawa pembaca ke dalam pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan mereka dengan Allah. Yohanes ingin agar umat Kristen menyadari bahwa mereka bukan hanya memiliki persekutuan eksternal dengan Allah, tetapi mereka juga memiliki hubungan internal yang vital dengan-Nya.

Kelahiran baru ini bukan hanya sekadar perubahan eksternal dalam status mereka di hadapan Allah, melainkan perubahan yang menyentuh inti kehidupan mereka. Mereka yang telah lahir dari Allah sekarang memiliki hubungan yang hidup dan organik dengan-Nya, di mana kehidupan mereka diubah oleh kasih karunia Allah. Ini adalah tema yang akan terus berkembang dalam surat Yohanes hingga pasal 4. Yohanes menekankan bahwa kelahiran baru ini membawa kita ke dalam hubungan yang sangat mendalam dengan Allah, di mana kehidupan kita harus mencerminkan kebenaran-Nya.

Kebenaran sebagai Bukti Kelahiran Baru

Yohanes kemudian melanjutkan dengan menyatakan bahwa mereka yang melakukan kebenaran adalah bukti nyata bahwa mereka telah dilahirkan dari Allah. Dia tidak mengatakan bahwa setiap orang yang lahir dari Allah akan secara otomatis melakukan kebenaran, tetapi sebaliknya, jika seseorang hidup dalam kebenaran, itu adalah tanda bahwa mereka telah lahir dari Allah. Kebenaran adalah bukti kelahiran baru. Namun, kebenaran yang dimaksud oleh Yohanes bukanlah sekadar kehidupan yang moral atau etis. Banyak orang di luar gereja yang hidup secara moral, tetapi itu bukan kebenaran dalam pengertian Alkitabiah.

Yohanes menjelaskan bahwa kebenaran yang dia maksudkan adalah kehidupan yang mencerminkan kehidupan Kristus. Hanya mereka yang telah dilahirkan kembali oleh Roh Allah yang dapat hidup dalam kebenaran ini. Khotbah di Bukit, misalnya, adalah standar hidup yang tidak mungkin dicapai oleh manusia alamiah. Hidup Kristen yang sejati adalah hidup yang hanya mungkin dijalani oleh mereka yang telah menerima hidup baru melalui kelahiran kembali. Oleh karena itu, Yohanes menegaskan bahwa jika seseorang mengaku sebagai anak Allah, tetapi hidup dalam dosa dan melanggar perintah-perintah Allah, maka pengakuan itu adalah palsu. Hidup dalam dosa adalah tanda bahwa seseorang bukanlah anak Allah, melainkan anak Iblis.

Perenungan tentang Kasih Allah dan Identitas sebagai Anak-anak Allah

Sebelum melanjutkan dengan argumennya tentang bagaimana kelahiran baru mempengaruhi kehidupan sehari-hari orang percaya, Yohanes berhenti sejenak di awal pasal 3 untuk merenungkan betapa luar biasanya kenyataan bahwa kita disebut sebagai anak-anak Allah. Yohanes menggunakan seruan yang penuh kekaguman: “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah; dan memang kita adalah anak-anak Allah.” Di sini, Yohanes mengajak pembaca untuk sejenak berhenti dan merenungkan betapa besar kasih Allah yang telah diberikan kepada mereka.

Yohanes menyatakan bahwa kasih Allah bukan hanya dinyatakan melalui pengampunan dosa, tetapi juga melalui adopsi ilahi, di mana Allah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Ini bukan sekadar hubungan legal, tetapi sebuah hubungan organik yang hidup, di mana kita berbagi dalam hidup Allah sendiri. Yohanes ingin agar pembaca menyadari betapa istimewanya status mereka sebagai anak-anak Allah. Mereka yang dilahirkan kembali oleh Roh Allah sekarang memiliki hak-hak istimewa sebagai anak-anak Allah, termasuk hak untuk menikmati hubungan yang intim dengan Bapa dan mewarisi kehidupan kekal.

Kasih Allah yang diberikan kepada kita adalah kasih yang luar biasa, kasih yang tidak bisa dipahami oleh pikiran manusia. Yohanes mengingatkan bahwa dunia tidak akan memahami identitas kita sebagai anak-anak Allah, sebagaimana dunia juga tidak mengenali Yesus sebagai Anak Allah. Ada misteri yang dalam di sini, di mana dunia tidak mampu memahami kehidupan ilahi yang ada dalam diri orang percaya. Yohanes menjelaskan bahwa dunia tidak mengenal kita karena dunia tidak mengenal Allah. Sama seperti dunia tidak mengenali Kristus ketika Dia datang ke dunia, dunia juga tidak akan mengenali kita sebagai anak-anak Allah.

Anugerah Kelahiran Baru dan Hidup dalam Kebenaran

Sebagai anak-anak Allah, kita tidak hanya memiliki hubungan yang legal dengan Allah, tetapi juga berbagi dalam sifat ilahi-Nya. Yohanes menekankan bahwa kita telah menerima hidup Allah melalui kelahiran baru, yang membuat kita berbeda secara mendasar dari dunia. Kelahiran baru ini bukan hanya tentang perubahan status di hadapan Allah, tetapi perubahan hidup yang nyata, di mana kehidupan Allah sekarang ada di dalam diri kita. Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran, yang merupakan tanda nyata dari kehidupan ilahi yang ada di dalam diri kita.

Yohanes kemudian melanjutkan dengan mengajak pembaca untuk merenungkan betapa besar kasih Allah yang telah diberikan kepada mereka. Kasih ini adalah kasih yang mengagumkan, di mana Allah tidak hanya mengampuni dosa-dosa kita, tetapi juga mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya. Kasih ini begitu besar sehingga sulit dipahami oleh pikiran manusia. Yohanes mengingatkan bahwa pengorbanan Kristus di kayu salib adalah bukti terbesar dari kasih Allah kepada kita. Kristus datang ke dunia, menderita, dan mati untuk kita, agar kita dapat menjadi anak-anak Allah dan mewarisi hidup kekal bersama-Nya.

Akhirnya, Yohanes mengajak pembaca untuk merenungkan betapa menakjubkannya kasih Allah yang telah diberikan kepada mereka. Kasih ini adalah kasih yang melampaui segala pemahaman manusia. Kasih ini bukan hanya kasih yang dinyatakan secara eksternal, tetapi kasih yang telah diberikan kepada kita secara pribadi dan mendalam. Allah telah menanamkan hidup-Nya di dalam diri kita, sehingga kita sekarang dapat berbagi dalam sifat ilahi-Nya. Kasih ini adalah kasih yang tidak bisa dipahami sepenuhnya oleh dunia, tetapi kasih ini adalah kenyataan yang nyata bagi setiap orang percaya.

 

 

Diringkas oleh Johannis Trisfant, MTh,

dari Martyn Lloyd-Jones, 1 John vol 3

 

Tidak ada komentar: