Mat
4:23 Yesuspun
berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan
memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan di antara bangsa itu.
Matius 4:23 menyajikan gambaran yang menyeluruh tentang pelayanan Yesus di
seluruh Galilea, yang menjadi cikal bakal karya-Nya di dunia. Di sini, kita
melihat tiga elemen penting yang menjadi inti dari pelayanan-Nya: mengajar di
sinagoga, memberitakan Injil Kerajaan Allah, dan menyembuhkan segala penyakit
serta kelemahan. Ketiga aspek ini bukan hanya menunjukkan kepedulian Yesus
terhadap kebutuhan fisik dan rohani masyarakat, tetapi juga menegaskan bahwa
Kerajaan Allah telah hadir di tengah-tengah umat manusia melalui Dia. Dengan
demikian, ayat ini merangkum misi dan visi Yesus secara jelas dan padat, serta
menjadi titik tolak bagi keseluruhan Injil Matius yang berpusat pada karya
penyelamatan-Nya.
Pertama, Yesus mengajar di sinagoga-sinagoga. Sinagoga-sinagoga
pada masa itu adalah tempat utama untuk kegiatan keagamaan bagi umat Yahudi,
tempat mereka mendengarkan pembacaan Kitab Suci dan menerima pengajaran dari
para rabi. Dengan mengajar di sinagoga, Yesus memanfaatkan tempat yang sudah
dikenal oleh masyarakat sebagai pusat pendidikan dan pembelajaran. Namun,
pengajaran-Nya berbeda dari para rabi yang hanya menjelaskan hukum-hukum
Taurat. Yesus memberikan perspektif baru, memperkenalkan kasih dan kemurahan
Allah serta menggambarkan visi Kerajaan-Nya. Contoh dari pengajaran-Nya dapat
dilihat dalam Khotbah di Bukit (Matius 5–7), di mana Yesus menafsirkan ulang
Hukum Taurat, memberikan makna yang lebih dalam dan menekankan pada sikap hati
yang benar. Misalnya, dalam Sabda Bahagia, Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan
sejati bukan berasal dari kekayaan atau kehormatan, melainkan dari kemurnian
hati dan kerendahan hati.
Lebih dari sekadar mengajarkan aturan atau hukum, Yesus membawa pengajaran
yang memerdekakan dan memberi pengharapan. Ia mengungkapkan bahwa Allah
bukanlah sosok yang jauh dan hanya tertarik pada ritual dan persembahan, tetapi
adalah Bapa yang penuh kasih dan siap mengampuni. Pengajaran ini sangat kontras
dengan apa yang selama ini diajarkan oleh para pemimpin agama, yang sering kali
lebih fokus pada kewajiban ritual dan hukum-hukum yang ketat. Yesus mengajarkan
bahwa hukum yang benar adalah hukum kasih dan pengampunan, yang memberi ruang
bagi semua orang untuk datang mendekat kepada Allah tanpa merasa tertindas oleh
beban hukum agama yang berat. Dengan demikian, Ia membuka jalan baru bagi
pemahaman akan Kerajaan Allah, di mana hukum dan kasih saling melengkapi dan
menghasilkan kehidupan yang utuh.
Kedua, selain mengajar, Yesus juga memberitakan Injil Kerajaan Allah.
Istilah “Injil” di sini berarti kabar baik atau berita sukacita, dan kabar baik
ini adalah tentang kehadiran Kerajaan Allah. Yesus menyampaikan bahwa Kerajaan
Allah bukanlah kerajaan duniawi yang dibangun di atas kekuatan militer atau
kekuasaan politik, tetapi adalah kerajaan rohani yang hadir di hati setiap
orang yang menerima-Nya. Dengan memberitakan Injil Kerajaan Allah, Yesus
mengundang orang-orang untuk bertobat dan percaya kepada-Nya sebagai jalan
menuju keselamatan. Ia mengumumkan bahwa Kerajaan Allah telah dekat, dan ini
adalah kabar baik bagi mereka yang hidup dalam penderitaan, ketidakadilan, dan
ketertindasan. Kehadiran Kerajaan Allah menawarkan harapan baru bagi mereka
yang sebelumnya merasa terabaikan atau terkekang oleh hukum-hukum agama yang
keras dan tidak berbelas kasih.
Yesus tidak hanya memberitakan Injil dengan kata-kata, tetapi Ia juga
menunjukkan kekuatan Kerajaan Allah melalui tindakan-tindakan nyata. Kehadiran
Kerajaan ini tidak hanya memberikan keselamatan rohani, tetapi juga menyentuh
kebutuhan fisik dan emosional manusia. Yesus mengajarkan bahwa kasih Allah
melampaui batas-batas agama dan budaya, serta bahwa siapa pun yang datang
kepada-Nya dengan hati yang percaya akan mengalami pemulihan dan keselamatan.
Pesan ini sangat revolusioner, terutama bagi orang Yahudi yang hidup di bawah
dominasi Romawi, karena mereka selama ini mendambakan seorang Mesias yang akan
memimpin pemberontakan dan memulihkan kemerdekaan Israel secara politis. Namun,
Yesus datang dengan membawa visi yang berbeda; Ia tidak datang untuk mendirikan
kerajaan duniawi, melainkan Kerajaan Allah yang lebih agung dan kekal.
Ketiga, Yesus juga menyembuhkan segala penyakit dan kelemahan.
Penyembuhan yang dilakukan Yesus adalah bukti nyata dari kasih dan belas
kasihan-Nya, serta kuasa yang diberikan Allah kepada-Nya. Penyakit dan
kelemahan adalah simbol dari kondisi manusia yang lemah dan rentan, yang
membutuhkan pemulihan tidak hanya secara fisik tetapi juga rohani. Di tengah
masyarakat yang cenderung mengucilkan mereka yang sakit atau lemah, Yesus
justru menyambut mereka dan memberi perhatian penuh. Tindakan penyembuhan ini
menunjukkan bahwa Kerajaan Allah bukan hanya berbicara tentang keselamatan di
akhirat, tetapi juga pemulihan dan kedamaian dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
berbagai kesempatan, Yesus menyembuhkan orang-orang yang sakit baik secara
fisik maupun rohani, menunjukkan bahwa dalam Kerajaan Allah tidak ada tempat
bagi penderitaan dan penyakit.
Kisah penyembuhan yang dicatat dalam Injil Matius menunjukkan bagaimana
Yesus berurusan dengan berbagai jenis penyakit, seperti kebutaan, kelumpuhan,
kerasukan setan, hingga penyakit mental. Dengan menyembuhkan mereka, Yesus
menunjukkan bahwa dalam Kerajaan Allah, semua penderitaan ini akan berakhir,
dan manusia akan dipulihkan secara utuh. Penyembuhan yang dilakukan Yesus juga
menunjukkan bahwa kasih Allah tidak terbatas hanya pada orang Yahudi tetapi
meluas ke semua orang, tanpa memandang status sosial atau latar belakang
budaya. Yesus menyembuhkan setiap orang yang datang kepada-Nya, baik itu orang
Yahudi maupun bukan, menunjukkan bahwa Ia adalah Juru Selamat bagi semua
bangsa.
Penyembuhan yang Yesus lakukan tidak hanya memperlihatkan kuasa-Nya atas
penyakit tetapi juga mengandung makna simbolis sebagai tanda dari pemulihan
rohani. Di dalam masyarakat Yahudi pada masa itu, orang sakit sering dianggap
tidak suci atau dikutuk karena dosa-dosa mereka atau keluarganya. Dengan
menyembuhkan mereka, Yesus mengembalikan martabat dan menghapus stigma yang
selama ini melekat pada mereka. Setiap penyembuhan adalah cerminan dari
pemulihan jiwa manusia dari dosa, yang juga dipandang sebagai penyakit rohani.
Yesus datang sebagai tabib agung yang tidak hanya mengobati luka-luka fisik
tetapi juga menyembuhkan luka-luka jiwa yang tersembunyi, memulihkan hubungan
manusia dengan Allah dan memberikan mereka kesempatan untuk hidup yang baru.
Secara keseluruhan, Matius 4:23 memberikan kita pemahaman yang mendalam
tentang pelayanan Yesus yang holistik. Melalui pengajaran, pemberitaan Injil,
dan penyembuhan, Yesus menunjukkan bahwa Kerajaan Allah adalah kerajaan yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Ia mengajarkan tentang kasih dan
kemurahan Allah, memberitakan kabar baik tentang keselamatan, dan menyembuhkan
mereka yang sakit serta lemah. Tindakan-tindakan ini bukan hanya menunjukkan
kuasa Yesus sebagai Mesias tetapi juga menyatakan visi Allah tentang kehidupan
yang penuh dengan damai dan kebenaran di bawah pemerintahan-Nya. Yesus membawa
terang bagi mereka yang hidup dalam kegelapan, mengubah kehidupan mereka yang
menerima-Nya dan membawa harapan baru bagi dunia.
Melalui pelayanan-Nya, Yesus juga memberikan contoh bagi gereja dan umat-Nya
dalam melanjutkan misi Kerajaan Allah. Gereja dipanggil untuk tidak hanya
memberitakan Injil tetapi juga menunjukkan kasih Allah melalui tindakan nyata
seperti yang dicontohkan Yesus. Ketiga aspek pelayanan Yesus ini—mengajar,
memberitakan Injil, dan menyembuhkan—merupakan fondasi yang penting bagi
pelayanan gereja di dunia, yang harus mencerminkan kasih, belas kasihan, dan
keadilan Allah.
Pelayanan Yesus yang meluas hingga ke Siria juga menggarisbawahi aspek
universal dari Kerajaan Allah, yang tidak dibatasi oleh suku, bangsa, atau
bahasa. Kasih dan keselamatan Allah bersifat inklusif, mengundang setiap orang
untuk datang dan menerima kasih karunia yang disediakan melalui Yesus Kristus.
Ini menjadi awal dari pernyataan bahwa Injil bukan hanya untuk orang Yahudi
tetapi untuk semua bangsa, sebagai pemenuhan janji Allah kepada Abraham bahwa
keturunannya akan menjadi berkat bagi seluruh bangsa di bumi.
Dengan demikian, Matius 4:23 tidak hanya menjadi catatan historis tentang
perjalanan Yesus di Galilea, tetapi juga membawa pesan yang relevan bagi setiap
pengikut Kristus hingga saat ini. Ayat ini mengingatkan kita bahwa pelayanan
Yesus adalah contoh hidup dari kasih Allah yang nyata dan penuh kuasa, yang
bukan hanya mengajarkan tetapi juga memberi dan menyembuhkan. Sebagai
murid-Nya, kita dipanggil untuk melanjutkan misi ini dengan memberitakan kabar
baik, mengajarkan kebenaran, dan menjadi saluran kasih Allah bagi dunia yang
penuh penderitaan, sehingga Kerajaan Allah dapat dirasakan dan dialami di
tengah-tengah kita.
Berikut adalah beberapa aplikasi praktis dari Matius 4:23 yang dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari:
1. Menyebarkan Nilai-Nilai Kerajaan Allah dalam Kehidupan
Sehari-hari
Kita dapat menerapkan pengajaran Yesus dengan berbagi nilai kasih, kejujuran,
dan kebenaran dalam lingkungan kerja atau komunitas. Misalnya, mengutamakan
keadilan dalam mengambil keputusan, menghargai orang lain, dan menghindari
perilaku yang merugikan sesama.
2. Menghidupi Kabar Baik melalui Tindakan
Kabar baik tidak hanya disampaikan melalui kata-kata, tetapi juga melalui
perbuatan. Kita bisa menolong mereka yang sedang mengalami kesulitan,
mendengarkan mereka yang membutuhkan dukungan, atau mendoakan orang-orang yang
sedang mengalami tantangan. Dengan demikian, kita menjadi saksi hidup bagi
kasih Allah.
3. Menjadi Pembawa Kesembuhan bagi Sesama
Seperti Yesus yang menyembuhkan orang-orang sakit, kita juga bisa
“menyembuhkan” dengan memberikan penghiburan dan dukungan. Misalnya,
mendampingi teman yang sedang menghadapi masalah, menyediakan waktu untuk
mendengarkan, atau memberi dorongan bagi mereka yang patah semangat.
4. Memperluas Lingkup Pergaulan dengan Kasih yang Universal
Yesus melayani semua orang tanpa membeda-bedakan. Kita bisa meniru hal ini
dengan menerima dan menghormati orang-orang dari berbagai latar belakang,
budaya, atau keyakinan. Misalnya, dengan membuka ruang diskusi yang ramah di
lingkungan gereja atau komunitas untuk membangun hubungan yang inklusif.
5. Melayani secara Utuh dalam Pelayanan Gereja
Pelayanan gereja bisa lebih menyeluruh dengan menyatukan aspek pengajaran,
pemberitaan Injil, dan penyembuhan. Gereja dapat mengadakan kelas pembelajaran
Alkitab, pelayanan sosial untuk mereka yang membutuhkan, serta konseling rohani
bagi jemaat yang menghadapi tantangan hidup. Melalui pelayanan yang seimbang,
kita lebih mencerminkan contoh pelayanan Yesus dan membawa berkat nyata bagi
komunitas.
Kisah Nyata: Dokter
Paul Brand dan Pelayanan kepada Penderita Kusta di India
Dr. Paul Brand adalah seorang dokter bedah
ortopedi asal Inggris yang dikenal karena pelayanannya kepada penderita kusta
di India. Pada pertengahan abad ke-20, penyakit kusta masih dianggap kutukan,
dan para penderitanya dijauhi masyarakat. Dr. Brand melihat penderitaan mereka
dan tergerak untuk mengabdikan hidupnya guna mengobati penyakit ini dan
mengubah pandangan dunia tentang kusta. Melalui pelayanan dan penelitiannya, ia
mengaplikasikan tiga elemen utama dari Matius 4:23: mengajar, memberitakan kabar
baik, dan menyembuhkan.
- Mengajar
melalui Edukasi tentang Penyakit Kusta
Dr. Brand tidak hanya menangani pasien, tetapi juga mengajarkan staf
medis, komunitas lokal, dan masyarakat luas tentang penyakit kusta.
Sebelum kehadirannya, kusta dianggap sebagai penyakit kutukan yang tidak
bisa diobati. Namun, Dr. Brand mengajarkan bahwa kusta adalah penyakit
yang bisa dirawat dan tidak seburuk yang masyarakat kira. Melalui
pengajaran ini, banyak orang mulai mengubah cara pandang mereka terhadap
penderita kusta, dan hal ini membuka jalan bagi lebih banyak orang untuk
menerima perawatan tanpa stigma.
- Memberitakan
Kabar Baik Melalui Tindakan Kasih
Dr. Brand percaya bahwa tindakan kasih adalah cara terbaik untuk
menyampaikan kabar baik. Setiap hari, ia berinteraksi dengan pasien-pasien
yang dikucilkan oleh masyarakat, menyapa mereka dengan penuh kasih, dan
memberikan perawatan dengan hati yang tulus. Ketika ia memegang tangan
para pasien atau memijat mereka dengan lembut, para pasien merasa dihargai
dan diperlakukan sebagai manusia utuh. Banyak dari mereka yang belum
pernah merasakan sentuhan manusia selama bertahun-tahun. Melalui perbuatan
sederhana ini, Dr. Brand membawa kabar baik bahwa mereka adalah manusia
berharga di mata Allah.
- Menyembuhkan
Secara Fisik dan Emosional
Selain memberikan perawatan medis, Dr. Brand juga membantu memulihkan
harga diri para penderita kusta. Ia menciptakan teknik bedah inovatif
untuk mengembalikan fungsi tangan dan kaki yang rusak akibat kusta.
Penemuan-penemuan ini tidak hanya memperbaiki kondisi fisik para pasien
tetapi juga mengembalikan kemandirian dan kepercayaan diri mereka. Melalui
perawatan yang telaten, ia memberikan kesempatan bagi para pasien untuk
hidup normal dan mandiri. Penyembuhan ini bukan hanya fisik tetapi juga
emosional, karena banyak pasien yang pulih dari perasaan terasing dan
mendapatkan kembali martabat mereka.
- Merangkul
Orang Tanpa Memandang Latar Belakang
Dr. Brand menerima semua orang yang datang kepadanya tanpa memandang latar
belakang sosial atau kondisi fisik mereka. Di pusat kesehatan yang
didirikannya, ia menerima pasien dari segala kalangan dengan kasih yang
sama. Baginya, setiap orang layak menerima pengobatan dan cinta tanpa
syarat. Ia tidak pernah membedakan pasiennya, dan cara ini membantu
menghapus stigma kusta di masyarakat. Hal ini membuat banyak orang
akhirnya berani mencari bantuan dan menerima perawatan.
- Pelayanan
Utuh: Pengajaran, Pemberitaan, dan Penyembuhan
Dr. Brand menggabungkan ketiga aspek pelayanan Yesus: mengajar,
memberitakan, dan menyembuhkan. Ia tidak hanya mengobati tetapi juga
mendidik dan memberdayakan pasien serta komunitasnya. Setiap aspek
pelayanannya merupakan wujud kasih Kristus, yang membuat pasien merasa
dihargai dan didukung. Melalui pelayanan yang utuh ini, ia berhasil
mengubah persepsi masyarakat terhadap penderita kusta dan membangun
harapan baru di hati mereka.
Kisah Dr. Paul Brand adalah contoh nyata dari
aplikasi Matius 4:23, di mana kasih Kristus diwujudkan dalam tindakan medis dan
pengabdian kepada mereka yang terlupakan. Pelayanannya tidak hanya membawa
penyembuhan fisik tetapi juga merangkul dan memulihkan martabat manusia. Dr.
Brand menunjukkan bahwa kasih Kristus tidak terbatas dan selalu mencari yang
terabaikan, memberikan mereka harapan dan kehidupan baru.