Minggu, 12 Oktober 2014

Runtuhnya tembok pemisah (Kis 10:1-48)

Oleh : Pdt. Yohannis Trsifant

Tidak Ada Orang
Selama berpuluh-puluh tahun Universitas Nebraska hanya menerima pria sebagai mahasiswanya. Kemudian ada peraturan baru yang merubah hal tersebut. Universitas itu kini menerima juga wanita sebagai mahasiswinya.

Tapi ada seorang guru besar yang sangat tidak setuju akan perubahan itu. Dia adalah Dr. Robertson, kakek Lincoln yang menganut diskriminasi wanita secara fanatik. Akibatnya, dalam mengajar, Dr. Robertson tidak pernah mengacuhkan para mahasiswinya. Baginya, kaum wanita dianggap tidak pernah ada di dalam kelasnya. 

Dr. Robertson selalu memulai pelajaran dengan ucapan "tuan-tuan yang terhormat" kepada mahasiswanya.

Suatu ketika, hanya ada seorang mahasiswa yang hadir di kelas, sementara mahasiswinya cukup banyak. Tapi Dr. Robertson tetap tenang dan mengawali pelajaran dengan ucapan "tuan yang terhormat".
Tibalah suatu hari, dimana tidak ada seorang pun mahasiswa yang hadir. Dr. Robertson masuk ke dalam kelas lalu melihat ke sekeliling. Ruangan kelas hanya dipadati oleh para mahasiswi. Lalu ia berseru:
"Oh, tidak ada orang di sini pagi ini!!!"Kemudian ia berbalik keluar tanpa memberikan pelajaran.

Zaman modern saja masih ada diskriminasi, apalagi zaman kuno, dan apalagi bagi bangsa Yahudi. Petrus tentu sudah bergumul dengan hal ini.
Kita tahu di dalam pasal sebelumnya bahwa Petrus telah menanggapi dengan berani terhadap tantangan penyakit dan kematian; ia sudah dengan iman menyembukan Eneas dan membangkitkan Dorkas (9:32-43)dna sekarang dalam Kis 10:1-48 ini dia menemui tantangan yang baru yakni tantangan diskriminasi ras dan agama.

Penulis Injil Lukas sudah mencatat bahwa Petrus cukup terbuka dan tidak ngotot dengan kebudayaan Yahudinya. Hal ini dinyatakan secara Implisit oleh Lukas dalam Kis 9:43. Setelah Petrus menyembuhkan Eneas dan membangkitkan Dorkas, maka Petrus tinggal beberapa hari di Yope, di rumah seorang penyamak kulit, yakni Simon. Apakah saudara tahu Siapa itu penyamak kulit? Penyamak kulit itu adalah pengolah kulit binatang. Penyamak kulit bersentuhan dengan hewan mati. Mereka mengubah kulit hewan menjadi kulit. Tentu saja hewan yang diambil kulitnya adalah hewan mati, bukan hewan hidup. Itulah sebabnya mereka dianggap najis. Tapi Petrus mengabaikan hal ini. Ini menunjukkan bahwa Pterus sudah siap untuk wahyu yang akan diberikan kepadanya dalam kis 10, yakni pergi ke orang-orang non Yahudi dan membaptiskan Kornelius.

Pada saat kita membaca Kisah 10 ini, maka kita mesti ingat bahwa Tuhan Yesus telah memberikan Petrus kunci kerajaan surga, dalam arti Petrus akan membuka pintu kerajaan surga untuk orang-orang Yahudi pada hari Pentakosta, ketika dia berkotbah dan 3000 orang bertobat dan kemudian Petrus dan Yohanes diutus ke Samaria untuk melayani orang-orang Samaria. (Kis 8: 14 dst). Sekarang Allah akan memakai Petrus lagi untuk membuka kerajaan sorga untuk bangsa-bangsa lain; dengan menginjili dan membaptis Kornelius, orang pertama dari bangsa Non Yahudi yang bertobat (Kis 15: 7).

Walaupun Kornelius dikatakan takut akan Allah dalam arti dia menerima monoteisme dan standard etika orang Yahudi, tetapi belum menjadi penganut agama Yahudi dan belum disunat. (10:35; 13: 16,26). Ia masih seorang yang kafir, orang luar dan belum masuk ke dalam ikatan perjanjian Allah dengan Israel.

Bagi bangsa Israel, ada sebuah jurang pemisah yang sangat jauh dan dalam antara diri mereka dengan non Yahudi. Bukan berarti perjanjian lama membaginya seperti itu. Alkitab Perjanjian Lama menegaskan bahwa Allah memiliki tujuan bagi mereka. Ketika Allah memilih dan memberkati Abraham, maka Allah bermaksud untuk memberkati semua bansga di muka bumi. Tuhan juga akan mencurahkankan RohNya kepada semua bangsa.Namun bangsa Israel memutar doktrin pemilihan menjadi sebuah kebanggaan diri mereka. Mereka menjadi membanggakan rasnya dan membenci bangsa Non Yahudi dan menganggap mereka sebagai anjing. Bahkan orang Yahudi dilarang keras untuk masuk rumah seorang bangsa non Yahudi. (10:28). Hubungan yang akrab dengan bangsa Non Yahudi itu dilarang. Dan seorang Yahudi yang saleh tidak akan duduk semeja dengan orang non Yahudi.

Konsep ini tertanam dengan sangat kuat dalam pikiran orang-orang Yahudi. Hal seperti ini tentunya harus diatasi sebelum bangsa bangsa lain masuk ke dalam komunitas Yahudi dan sebelum gereja menjadi multi budaya dna multi rasial.

Petrus telah menjadi alat Tuhan dalam menyatakan kehendak Tuhan bahwa Allah menghendaki bangsa Non Yahudi diselamatkan. Allah menghendaki tembok pemisah itu mesti diruntuhkan.

Ada dua kali Alkitab menyatakan dengan jelas akan hal ini

Pertama, adalah pernyataan Tuhan kepada Kornelius dan Petrus

Pernyataan pertama Tuhan berikan kepada Kornelius yakni pad jam tiga sore. Pada waktu itu seorang malaikat masuk ke rumahnya. Kornelius sangat kaget dan takut, karena tiba-tiba ada orang di dalam rumahnya. Dan itu bukan manusia tetapi malaikat. Malaikat itu mengatakan bahwa

"Semua doamu dan sedekahmu telah naik ke hadirat Allah dan Allah mengingat engkau. (5) Dan sekarang, suruhlah beberapa orang ke Yope untuk menjemput seorang yang bernama Simon dan yang disebut Petrus. (6) . Ia menumpang di rumah seorang penyamak kulit yang bernama Simon, yang tinggal di tepi laut." (7)

Malaikat itu tidak memberitakan Injil kepada perwira tersebut ; hak istimewa itu dipercayakan kepada rasul Petrus.

Setelah malaikat yang berbicara kepadanya itu meninggalkan Kornelius, maka dipanggilnya dua orang hambanya beserta seorang prajurit yang saleh dari orang-orang yang selalu bersama-sama dengan dia. (8) Dan sesudah ia menjelaskan segala sesuatu kepada mereka, ia menyuruh mereka ke Yope.

Sekarang masalahnya adalah bagaimana Tuhan akan berurusan dengan Petrus? Petrus adalah seorang Yahudi dan diikat oleh aturan-aturan atau tradisi-tradisi bahwa mereka tidak boleh masuk ke rumah Non Yahudi. Bagaimana Petrus bisa mengatasi masalah SARA?

Tuhan yang menghendaki agar keselamatan bukan hanya kepada bangsa Yahudi saja, menangani Petrus dua puluh satu jam kemudian, yakni sekitar tengah hari, pada keesokan harinya, ketika ketiga orang itu berada dalam perjalanan dan sudah dekat kota Yope, kira-kira pukul dua belas tengah hari, naiklah Petrus ke atas rumah untuk berdoa. (Act 10:9)

Act 10:10-17 Ia merasa lapar dan ingin makan, tetapi sementara makanan disediakan, tiba-tiba rohnya diliputi kuasa ilahi. (11) Tampak olehnya langit terbuka dan turunlah suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya, yang diturunkan ke tanah.

Ada penafsir yang berspekulasi mengatakan bahwa Petrus bukan melihat sebuah kain lebar turun dari langit, melainkan ia melihat sebuah kapal (karena dia berada dipinggir pantai) , dimana kapal itu membawa muatan binatang binatang haram. Namun Alkitab jelas mengatakan bahwa langit terbuka dan binatang-binatang haram itu berada diatas kain lebar dan turun ke tanah.

(12) Di dalamnya terdapat pelbagai jenis binatang berkaki empat, binatang menjalar dan burung. (13) Kedengaranlah olehnya suatu suara yang berkata: "Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!" (14) Tetapi Petrus menjawab: "Tidak, Tuhan, tidak, sebab aku belum pernah makan sesuatu yang haram dan yang tidak tahir." (15) Kedengaran pula untuk kedua kalinya suara yang berkata kepadanya: "Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram." (16) Hal ini terjadi sampai tiga kali dan segera sesudah itu terangkatlah benda itu ke langit.

Penglihatan ini membuat Petrus bingung, dan bertanya-tanya dalam hatinya, apa arti penglihatan itu. Ketika dia sedang bingung , di muka pintu orang-orang yang disuruh oleh Kornelius sudah tiba (Kis 10:17) dan yang berusaha mengetahui di mana rumah Petrus.

Roh Kudus juga berkata kepadanya bahwa
"Ada tiga orang mencari nya.

Di disuruh ......., turunlah ke bawah dan berangkatlah bersama-sama dengan mereka, jangan bimbang, sebab Tuhan yang menyuruh mereka ke mari."

Lalu turunlah Petrus ke bawah dan berkata kepada orang-orang itu: "Akulah yang kamu cari; apakah maksud kedatangan kamu?" (22) Jawab mereka: "Kornelius, seorang perwira yang tulus hati dan takut akan Allah, dan yang terkenal baik di antara seluruh bangsa Yahudi, telah menerima penyataan Allah dengan perantaraan seorang malaikat kudus, supaya ia mengundang engkau ke rumahnya dan mendengar apa yang akan kaukatakan." (23)

Kita bisa melihat betapa sempurnanya pekerjaan Allah itu. Semuanya tepat pada waktunya. Dia berbicara bukan hanya kepada Kornelius tetapi juga kepada Petrus. Penglihatan itu terjadi tepat ketika utusan Kornelius tiba di rumah dimana Petrus menginap. Ketika Petrus sedang berdoa dan mendapatkan penglihatan, , orang-orang dari Kornelius yang mendekati kota (9-16); Ketika Petrus sedang bingung tentang arti dari apa yang dilihatnya, mereka sudah tiba di rumahnya (17-18); ketika Petrus sedang berpikir tentang penglihatan itu, Roh mengatakan kepadanya bahwa orang-orang sedang mencari dia dan dia tidak perlu ragu untuk pergi bersama mereka (19-20); dan ketika Petrus turun dan memperkenalkan diri kepada mereka, mereka menjelaskan kepadanya tujuan kunjungan mereka (21-23). 

Aplikasi
Allah menyatakan kehendaknya demikian jelas untuk menyelamatkan bangsa non Yahudi. Tembok pemisah tersebut yakni haram dan Halal diruntuhkan oleh Allah. Halangan bagi orang-orang Kristen Yahudi melakukan misi kepada Non Yahudi adalah karena mereka menganggap bahwa non Yahudi itu najis dna makanannya juga najis. Kalau saudara sebagai orang Yahudi dan kemudian berkunjung memberitakan Injil kepada Non Yahudi, saudara bisa saja disuguhkan makanan atau minuman. Nah makanan dan minuman ini, bisa saja mengandung minyak babi. Inilah yang dijaga oleh orang-orang Yahudi, sehingga mereka tidak akan mau masuk ke rumah bangsa kafir. mereka takut makanan dan munumannya haram. Oleh sebab itulah maka Allah terlebih dahulu menyatakan bahwa tidak ada makanan yang haram. Semua boleh dimakan, sehingga kalau Petrus ke rumah kornelius dia tidak usah ragu-ragu untuk makana dan minum disana. Dan ini juga sebagai sebuah simbol bahwa Petrus tidak boleh mengatakan orang itu najis atau tidak tahir (10:28).

Hukum makanan haram dan halal, adalah hukum yang berlaku pada sebuah kurun waktu tertentu dan itu bukan hukum moral yang mengikat sepanjang zaman. Mengapa Tuhan memberikan larangan makan makanan haram dalam Perjanjian Lama? Masalahnya bukan hanya masalah kesehatan, tetapi itu adalah masalah menjaga identitas bangsa Israel. Bangsa Israel mesti membatasi pergaulannya dengan bangsa -bansga kafir waktu itu agar mereka jangan ikut serta dalam penyembahan berhala mereka. Godaan untuk menyembah berhala bangsa kafir bisa terjadi lewat makan-makan bersama. Dari makan bersama, bisa ngobrol bersama, dan bisa tukar pikiran mengenai ilah, masing-masing. Hal ini bisa menjadi pencobaan yang berbahaya bagi bangsa Israel. Oleh sebab itulah mereka dilarang untuk makan makanan haram yang biasa dikonsumsi oleh bangsa kafir. Ini untuk menjaga indentitas mereka dan menjaga agar jangan sampai mereka iktu serta dalam penyembahan berhala mereka.


Hukum ini dipelihara sampai ketika Kristus datang ke dalam dunia ini, dimana Kristus mengatakan bahwa semua makanan itu halal ( Markus 7:19; lih Roma 14:14; 1 Tim 4:4). Tembok pemisah yang selama ini ada antara bangsa Yahudi dengan kafir yaitu makanan haram, telah diruntuhkan. Setelah ini diruntuhkan maka bangsa Yahudi dapat duduk dan masuk rumah bangsa kafir untuk memberitakan Injil kepada mereka. Jikalau ini tidak dirobohkan maka kita tidak akan pernah dapat mendengarkan injil, sebab orang Yahudi tidak akan mau bersama-sama bangsa kafir sebab mereka najis dan makanannya juga najis. Oleh sebab itulah makanan tidak ada lagi yang haram. Sate babi tidak lagi haram, tetapi harum. Makanan haram yang menjadi pemisah sudah cukup masanya untuk dilarang.

Allah yang meruntuhkan tembok pemisah itu. Apakah yang sekarang menjadi tembok pemisah antara diri saudara dengan orang lain sehingga saudara tidak dapat memberitakan Injil kepada mereka? Suku, seringkali menjadi penghalang dalam pemberitaan Injil. Kalau zaman sekarang kebencian antara orang Tionghoa dan pribumi sudah berkurang banyak. Saya jarang sekali mendengar anak anak kampung teriakan orang tionghoa, cina-cina. Dulu kalau saya jalan dan ketemu dengan anak-anak pribumi: mereka meneriaki saya seperti ini: cina loleng, cilla pajanya. Itu bahasa makassar yang artinya: cina loleng pantatnya mengkilap. (saya herang koq tahu yah).

Ada juga gelar seperti ini: cina loleng makan babi sekaleng (yah.gelar ini mah wajar, saya maka babinya bukan lagi sekaleng tetapi sudah berkaleng-kaleng. Sejak kecil sampai sekarang ini.

makian seperti ini sudah jarang saya dengar, tetapi kadang-kadang masih ada dan dilakukan oleh mereka yang kurang berpendidikan atau RASIS. Akhirnya, ada sebuah tembok antara Tionghoa dan Pribumi. Dan sampai sekarang tembok itu susah dirubuhkan, khususnya dikalangan orang Tionghoa dan dikalangan pengikut FPI dan Rhoma Irama.

Ada banyak akar pahit dalam sejarah hidup orang Tionghoa dan Pribumi di Indonesia ini, sehingga butuh waktu yang panjang untu memperbaiki itu. Akibatnya adalah penginjilan oleh orang Tionghoa kepada Pribumi itu tidak mudah dilakukan. Ataupun sebaliknya, penginjilan orang non Tionghoa kepada orang Tionghoa juga sulit dilakukan. Hal ini sama dengan antara orang Yahudi dan orang Samaria.

Sekarang ini, tembok pemisah itu masih ada sisa sisanya. Walaupun tidak sekeras dahulu. Kalau saudara jalan-jalan ke Mall, ada mal-mall yang sedikit sekali orang Tionghoa disana. Ada mall-mall yang banyak orang Tiongho'disana, demikian juga universitas. Ada universitas yang sedikit bahkan tidak ada ada orang-orang Tionghoa , sebaliknya ada universitas yang penuh dengan orang-orang Tionghoa.

Semua itu menunjukkan masih ada tembok pemisah. Apa yang salah dari semua fakta tersebut?

Ngga ada yang salah, baik itu Tionghoa, Jawa, Batak atau suku lainnya. Yang salah adalah Otak kita semua.

Otak manusia suka mencap orang lain.

Ini bukan masalah Chinese, Batak, Ambon, jawa, atau suku… Ini masalah sifat dan perilaku… Malas, sombong, mental kacung, dan sebagainya itu SIFAT, bukan RAS… Orang Tionghoa juga ada yang malas, orang non Tionghoa juga banyak yang rajin. Ngga semua orang Tionghoa itu kaya secara materi, ada kok yang menjadi nelayan, petani, buruh bahkan pedagang kaki lima.

Alkitab dengan jelas menyatakan kepada kita agar jangan mengatakan bahwa orang-orang lain itu najis, haram. Kita mesti belajar untuk mengasihi orang lain dan memberitakan injil kepada mereka juga. Injil bukan hanya diberitakan kepada suku Tionghoa saja melainkan juga kepada suku-suku yang lain.

Tembok pemisah sudah dihancurkan oleh Allah, oleh sebab itu jangan bangun lagi tembok tersebut. Injil Kristus itu melintasi suku dan bangsa. Jangan pilih-pilih orang kalau mau bersaksi. Siapa pun yang bertemu dengan saudara jika ada kesempatan beritakanlah Injil.

Dalam penginjilan, Tuhan menghendaki agar tembok pemisah itu diruntuhan. Tuhan ingin agar suku dan bangsa-bangsa yang lain juga diselamatkan. Tuhan menyatakan kehendakNya ini bukan hanya melalui penglihatan melainkan juga melalui baptisan Roh Kudus.

Ketika Petrus sedang menjelaskan Injil kepada Kornelius sekeluarga, maka turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu. (45) Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, (46) sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam bahasa roh dan memuliakan Allah. Lalu kata Petrus: (47) "Bolehkah orang mencegah untuk membaptis orang-orang ini dengan air, sedangkan mereka telah menerima Roh Kudus sama seperti kita?"

Petrus menyadari bahwa Allah sudah menerima orang-orang non Yahudi ini dalam kerajaanNya. Hal ini dinyatakan dengan turunnya Roh Kudus. Mereka yang menyertai Petrus benar-benar takjub dengan peristiwa itu. Mereka tidak bisa menyangkal apa yang dilihat oleh mata mereka dan apa yang didengar oleh telinga mereka. Hal seperti ini pernah terjadi di hari Pentakosta. Peristiwa itu adalah sebuah rekonsiliasi antara Yahudi dan bukan Yahudi. Tuhan sudah bekerja lebih dahulu, Masakan dia sebagai pelayan Tuhan tidak menerima mereka? Oleh sebab itulah dia menerima mereka ke dalam gereja melalui baptisan air. Di ayat (48) Lalu ia menyuruh mereka dibaptis dalam nama Yesus Kristus. .Act 10:44-48 . Karena mereka sudah diterima oleh Allah, maka mereka boleh dibaptis dengan air.

Bagaimana mungkin dia menolak memberikan tanda baptisan, padahal mereka sudah mengalami kelahiran baru itu? Chrysostom mengatakan bahwa dengan memberikan Roh Kudus kepada Kornelius dan seisi rumahnya sebelum pembaptisan mereka, maka disini Tuhan memberi Petrus sebuah megale apologia (alasan yang kuat atau pembenaran) untuk memberi mereka baptisan air.

Allah menyatakan kehendakNya ini dengan jelas, bahwa orang-orang Non Yahudi juga membutuhkan keselamatan. Pertama, melalui penglihatan kornelius dan petrus dan kedua, dengan turunny'Roh Kudus atas kornelius dan seisi rumahnya.


Kita hanya perlu melakukan apa yang menjadi bagian kita yakni memberitakan injil kepada seluruh suku dan bangsa. Segala tembok penghalang akan disingkirkan oleh Allah. Kita hanya perlu percaya kepada Allah . Jangan takut ketika ada tembok penghalang yang besar untuk memberitakan Injil

Kalau saya jadi Petrus saya agak gemetaran juga pi ke kornelius. Bukan karena saya takut dengan makanannya yang ada babi, itu....saya suka...Saya gentar karena menginjili perwira tinggi Italia. Siapa itu perwira tinggi italia? Dia adalah kapten kepala di wilayah Kaesarea. Dia memiliki 100 tentara di daerah itu. John Calvin mengatakan ini setara dengan marsekal atau jenderal di TNI AD. Kotbah di depan jenderal da dig dug. Saya pernah kotbah di kantor polisi. Kalau enggak salah: polres. Semua yang hadir adalah polisi. Tegang juga. Inilah salah satu tembok penghalang. Ketika kita melihat dia jabatannya tinggi atau galak, atau lebih tua dari kita, kita takut memberitakan Injil kepada dia. Mengapa? Karena dibatasi oleh pikiran kita, kekuatiran kita, padahal belum tentu seperti yang kita pikirkan. Karena Petrus dan Kornelius sudah tahu bahwa tidak ada lagi tembok pemisah antara dirinya dengan orang lain maka mereka berusaha menghilangkan semua penghalang itu. Perhatikanlah apa yang dilakukan oleh Kornelius ketika Petrus datang ke rumahnya. Pada saat Petrus masuk ke rumahnya, Kornelius langsung berlutu di depan Petrus. Sebenarnya ini tidaklah pantas dilakukan oleh seorang perwira tinggi Italia kepada orang yang berada di bawah jajahannya. Jabatannya merupakan sebuah tembok pemisah dengan Petrus, namun dia sudah merobohkan penghalang itu karena dia tahu bahwa Tuhan menghendaki dirinya mendengar berita dari Petrus. Demikian juga dengan Petrus, dia pun mematahkan tabu tradisional untuk memasuki rumah seorang kafir. Petrus juga menolak dirinya disembah seolah-olah dia adalah dewa dan menolak memandang kornelius sebagai anjing.

Singkirkanlah pikiran kotak kotak dari pikiran kita. Saya status sosialnya tinggi, sedangkan dia rendah. Saya beda suku dengan dia. Saya beda agama dengan dia. Saya lebih tua dari dia. Saya lebih muda dari dia. Saya cakep dia jelek. Saya jelek dia cakep.

Penghalang penghalang seperti itu harus disingkirkan kalau kita ingin efektif bagi kerajaan Allah.

Suatu hari kami sekeluarga mengajak mama mertua saya jalan-jalan. kemudian kami jemput. Ketika mama mertua saya sudah naik ke mobil, kemudian anak yang yang kelas 4 SD langsung tanya : Yamma, ada dosa enggak? Dia tanya itu berulang-ulang sampai mertua saya mengak dia orang berdosa. kemudian anak saya itu: mengatakan bahwa yamma mesti percaya kepada Tuhan Yesus agar dosanya diampuni. Anak saya kemudian, menyuruh saya bicara, : ayoh pap.ngomong. Saya pun menyampaikan , menegaskan apa yang sudah disampaikan oleh anak saya ini.

Bagi anak saya itu, tembok pemisah usia itu tidak ada. Kita jangan dibatasi oleh pikiran atau ketakutan kita. Yang kita butuhkan bukan hanya keberanian untuk memberitakan Injil melainkan pertobatan dari pikiran yang memandang rendah orang lain atau memandang rendah diri sendiri. Kisah rasul 10 ini adalah kisah pertobatan siapa? Saudara mungkin menjawab kisah pertobatan kornelius. Itu memang benar. Kisah ini adalah kisah pertobatan kornelius. Namun kisah ini juga adalah kisah pertobatan Petrus. Petrus bertobat dari pandangannya selama ini yang memandang orang non Yahudi itu sebagai anjing, kafir, najis. Dan mulai saat itu dia menjadi rasul untuk bangsa bangsa non Yahudi. Kita juga mesti bertobat dari sikap yang memandang rendah orang lain, bertobat dari benteng-benteng yang kita bangun selama ini. Jangan sampai Injil dihalangi oleh tembok tembok pemisah itu.

Yohannis Trisfant

Tidak ada komentar: