Selasa, 02 Februari 2010

Kepuasan (Fili 4:11)

Oleh Yohannis Trisfant

Silahkan dipakai untuk pelayanan dna mohon cantumkan sumbernya. Jika dalam website mohon membuat link ke www.kotbah.org

Php 4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (ITB)

Filipi 4:11 Saya mengemukakan ini bukan karena saya berkekurangan, sebab saya sudah belajar merasa puas dengan apa yang ada. (IBIS)

Apa itu kepuasan?

Banyak orang yang hidup dalam ketakutan karena ketidakpastian ekonomi. Bagaimana dengan pekerjaan anak kita? bagaimana dengan kebutuhan hidup kita? apakah akan tetap seperti sekarang? Akan kah terus tercukupi? Bagaimana kalau suatu waktu saya mengalami kekuarangan. Karena ketakutan-ketakutan seperti itu, banyak orang kristen yang tidak lagi mengalami damai sejahtera Allah. Namun sesungguhnya Allah ingin agar anak-anakn hidup dalam damai sejahtera. Damai sejahtera yang tidak akan dipengaruhi oleh situasi ekonomi atau kondisi yang buruk bagaimanapun. Damai atau ketenangan ini bisa kita miliki kalau kita tahu mengenai rahasia kepuasan.

Banyak sekali orang kristen yang bergumul dengan keraguan akan pemeliharaan Allah atas hidup mereka, sehingga mereka tidak pernah tenang dan menikmati hidup yang Tuhan berikan kepada mereka. Dan kalau bukan bergumul dengan dengan keraguan, biasanya orang kristen akan menyatakan keraguannya akan pemelihraaan Tuhan itu dengan cara serakah mengumupulkan harta. Karena mereka menganggap harus menyediakan sebanyak mungkin untuk persiapan masa tua. ini merupakan cara yang menyedihkan menjalani hidup ini. Hidup kita harus dijalani dnegan iman untuk mengalami kuasa supranaturalnya. Kita harus belajar untuk menjadi puas dalam segala keadaan yang sedang kita alami.

Puas dalam segala situasi memang sulit. Kita lebih gampang untuk tidak puas. Kalau panas mengeluh. Tuhan kenapa panas sekali? Tetapi kalau Tuhan memberikan hujan, juga mengeluh. Kenapa hujan aja? Susah kemana-mana, banjir. Hal ini terjadi karena merasa tidak puas.

Apa itu kepuasan? Kepuasan adalah bukan apa yang banyak orang berpikir. Kepuasan bukan berarti untung. Saudara seringkali mendengarkan orang berkata" untung yah saya hanya jatuh dari motor dan lukja-luka, dan tidak cedera otak. Untung, pesawatnya hanya delay dan tidak jatuh ke laut. Untung hanya dibates, atau hipertensi, bukan kanker. Atau untung, walaupun kanker, tetapi tidak sakit. Katanya, kalau kita selalu memikirkan bahwa keadaan kita tidak terlalu buruk, maka kita akan bisa menjadi puas. Atau kalau kita membandingkan keadaan kita dengan orang lain ternyata masih lebih baik, maka kita juga dapat merasa puas. Memang dengan cara itu kita masih dapat bersykur. Tetapi itu bukanlah konsep kepuasan yang Paulus ungkapkan dalam Fili 4:11. Konsep kepuasan Paulus ini jauh melampaui kepuasan “untung” tadi.

Lalu apa itu kepuasan?

Kepuasan adalah mengetahui bahwa saudara memiliki semua yang saudara butuhkan untuk situasi mu .

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengatakan bahwa 1Ti 6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Paulus mengatakan bahwa sebenarnya, asal ada makanan dan pakaian cukuplah (1 Tim 6:8). Artinya seseorang itu puas jika mengerti bahwa dirinya memiliki semua yang dibutuhkannya untuk situasinya. 1Ti 6:6 Memang agama memberikan keuntungan yang besar, kalau orang puas dengan apa yang dipunyainya.(IBIS). Yang membuat kita tidak merasa puas adalah keinginan, bukan kebutuhan. Kebutuhan tidaklah sebesar keinginan. Dalam 1 Tim 1:9 Paulus mengatakan asal ada makaan dan pakaian, cukuplah. Ketika kedua kebutuhan itu tersedia seharusnya sdr sudah harus puas. Kepuasan adalah mengetahui bahwa Anda memiliki semua yang Anda butuhkan untuk keadaan sekarang.

Dalam Filipi 4, kita tahu bahwa Paulus sudah di penjara di Roma sekitar dua tahun, dia dirantai ke seorang penjaga, dan perhatikan apa yang dikatakannya. Dia berkata, Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Dkl, ada saat-saat ketika aku kelimpahan dan ada saat-saat ketika aku lapar. Paulus tidalah mengatakan:" "Aku menyukai rasa lapar. Dia sama sekali tidak berkata begitu. Tapi apa yang ia katakan adalah ini: "Meskipun aku mungkin tidak menyukainya dan dan saya tidak bisa keluar dari penjara ini dan mengabarkan Injil lagi, tetapi aku tahu bahwa apa yang saya perlukan disediakan Allah. Dan saya merasa itu cukup. "Dalam Tuhan aku telah menjadi cukup untuk saat ini. Allah membuat saya cukup." Itulah yang Paulus hendak katakan dalam ayat 13, Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Itulah cara Paulus menggunakan kata di sini: , "Saya tidak suka berada di sel penjara ini, tapi aku tahu dengan kekuatan Kristus aku bisa menjalaninya.

Bagi sdr mungkin, sdr tidak menyukai penyakitmu, tidak suka dengan kondisi ekonomimu, tetapi dengan kekuatan Kristus yang tinggal dalam diri sdr, sdr bisa mengatasinya. Dan akan membuatmu merasa cukup, merasa puas dengan keadaanmu. Jadi apapun kondisi buruk yang sdr alami hari ini, jangan pernah berkata:' aku tidak bisa mengatasi kondisi ini. Tuhan akan memberimu kekuatan untuk mengatasi kondisi burukmu, Tuhan akan memberikan segala sesuatu yang sdr butuhkan dalam kondisi burukmu, sehingga sdr bisa bersyukur kepada Allah dan merasa puas dalam keadaan yang buruk itu.

Dimana kita bisa merasa puas? Kapan kita merasa puas?

Kepuasan tidak bergantung kepada situasi dan kondisi kita. kapanpun dan dalam keadaan apapun kita dapat merasa puas, baik itu dalam dalam kelimpahan maupun dalam kekurangan

Pada waktu Paulus menulis surat ini dia sedang berada di penjara, dirantai sebagai tahanan di penjara. Kalau sdr sedang berada di dalam pejara, kira-kira surat seperti apakah yang sdr akan tulis? Pasti ada banyak keluhana-keluhan, mengenai makanannya, mengenai perlakukan penjaga mengenai kebiasaan. Tetapi Paulus tidak menuliskan semua itu. Justru dia menuliskan tentang sukacita. Isi suratnya adalah tentang kepuasan. Rasa-rasanya tidak pernah ada orang yang berada dalam penjara dan kemudian menuliskan bahwa dia sangat puas ,

Memang penjara di Indoensia, ada yang bisa dibeli sehingga bisa ada Ac, bisa seperti kamar mewah. Namun tetap saja mereka yang dikurung dalam kamar mewah tidak akan betah di dalamnya.

Saudara saat ini tidak sedang berada dalam penjara, tetapi apakah saudara bisa mengatakan kalimat ini? Saya baik-baik saja, dimanapun saya berada, saya baik-baik saja, baik itu ketika ada menantu atau ketika menantunya sedang keluar rumah? Saya baik-baik saja, walaupun sekarang saya sedang sakit. Bisakah kita mengatakan seperti Paulus: Aku sangat bersukacita dalam Tuhan. Aku puas. Aku baik-baik saja? Paulus mengatakan : segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Segala perkara dapat dihadapi oleh Paulus. Dalam segala keadaan dia bisa menikmati kepuasan dan sukacita.

Orang yang sudah merasa puas dengan keadaannya adalah orang yang kaya dalam Kristus. Banyak orang kaya tidak puas dengan kondisinya. Kalau sekarang kita sudah merasa puas, maka kita adalah orang kaya, walaupun uang kita pas-pasan. Jadi tujuan ayat ini bukanlah untuk memberitahu bahwa saudara bisa kaya. Tujuan ayat ini adalah untuk memberi tahu bahwa saudara sudah kaya dalam Kristus, sehingga walaupun saudara tidak memiliki sepeser pun uang, saudara adalah orang yang kaya dalam Kristus. Paulus seolah-olah berkata kepada jemaat Filipi: Saya menghargai bahwa kalian memberiku barang, dan itu keren, tapi sebenarnya saya tidak benar-benar membutuhkannya. Karena aku baik-baik saja. Di sini aku di sel penjara tidak punya apa-apa, dan aku baik-baik saja. " Dia berkata, "Ada saat-saat memang saya memilikii kebutuhan tetapi saya baik-baik saja, aku puas selama masa-masa seperti itu. Ada juga saat-saat ketika saya diberi makanana yang banyak, saya juga merasa puas dengan kondisi itu. Jadi melalui pengalamannya. Dia berkata, "Aku telah belajar untuk puas keadaan apa pun. Segala perkara dapat kutanngung di dalam Dia yahg mmebeir kekuatana kepadaku.

Terkadang kita berpikir bahwa kepuasan adalah sesuatu yang Anda dapat pelajari saat anda tidak memiliki apa-apa. Kalau saya saat ini tidak memiliki banyak uang, maka saya harus belajar untuk menjadi puas. Itu memang benar. Pada saat kita kekurangan, kita mesti belajar untuk puas. Namun rasa puas ini bukan hanya bagi mereka yang kekurangan, tetapi ini juga dibutuhkan oleh mereka yang hidup dalam kelimpahan. Ada banyak orang kaya yang tidak pernah merasa puas dan punya ambisi untuk memiliki lebih dan lebih. Kita merasa kalau Tuhan memberikan kepada kita uang 2 kali lipat dari yang sekarang, maka kita akan merasa puas. Kenyataannya, ketika kita sudah diberi uang 2 kali lipat dari sekarang, ternyata tetap juga belum puas. Jadi kepuasan itu tidaklah bergantung kepada berapa banyak uang yang kita miliki. Kepuasan itu tidak lah bergantung dengan keadaan eksternal, melainkan berkaitan dengan di dalam hati. Kebahagiaan saudara sangat ditentukan oleh kepuasan dalam hati ini. Kebahagiaan sdr tidaklah ditentukan oleh jumlah uang yang sdr miliki. Ada banyak jutawan yang sengsara dan ada banyak orang miskin yang bahagia. Karena kebahagaain adalah berkiatan dengan rasa puas di dalam hati

Kepuasan tidak ada hubungannya dengan keadaan kita.

inilah intinya: Kepuasan tidak ada hubungannya dengan keadaan saudara. saudara mungkin berpikir, bahwa setelah saya mendapatkan pekerjaan ini, maka saya akan baik-baik. Atau, Setelah saya memiliki ini dan itu, memiliki kesehatan tubuh, atau memiliki anak yang baik, maka saya akan puas. Atau  Jika saya bisa memiliki rumah sendri maka saya akan bahagia. Itu saja yang saya inginkan. Mungkin ada banyak sekali keingian-keinginan dalam diri kita dan kita merasa kalau sudah memiliki keinginan-keinginan itu, maka kita akan meras puas. Kepuasan tidaklah ditemukan pada saat semua keinginan itu terpenuhi. Sebab akan muncul lagi keinginan-keinginan yang lebih besar. Tetapi kepuasan hanya akan ditemukan dalam Yesus Kristus saja.  Itulah konteks dari ayat ini. Paulus

Prinisp kepuasan ini seharusnya dinyatakan dalam hidup kita shari-hari. Kalau suami, anak atau menantu melakukan sesuatu yang buruk kepada Anda, tetaplah gembira. Ingat: Php 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Atau ketika kondisi ekonomi kita saat ini berada dalam kesulitan, katakanlah seperti Paulus. Tidak apa-apa. Php 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.Berapa banyak orang dalam dunia ii sanggup mengatakan tidak apa-apa ketika kondis ekonominya memburuk?

Milikilah sikap seperti paulus yang menashatkan Timotiu dengan mengatakan: asal ada makanan dan pakaian cukuplah ( 1 Tim 6:8). Hari ini kalau kita bisa makan, cukuplah, bersyukurlah. Ketika ada hal hal yang sulit saudara alami, tidak perlu stress, katakanlah: tidak apa-apa. Php 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Kalau hari ini saudara berada dalam kelimpahan, katakan juga aku puas. Bahkan kalaupun sedang berada dalam keadaan dukacita: katakan seperti Paulus: aku baik-baik saja. Php 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Jadi kepuasaan itu kita bisa alami dalam keadaan apapun.

Bagaimana caranya agar dapat merasa puas?

Php 4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Php 4:11 Saya mengemukakan ini bukan karena saya berkekurangan, sebab saya sudah belajar merasa puas dengan apa yang ada. (IBIS).

Kalimat yang perlu diperhatikan adalah: "Belajar". Saya sudah belajar merasa puas. Paulus mencapai kepuasan seperti itu, bukan tiba-tiba, tetapi melalui belajar. "Hidup adalah sebuah sekolah. Hidup Ini adalah sebuah kelas. Melalui sebuah proses yang panjang dalam kesulitan hidup, saudara akan tiba pada satu titik, yakni merasa puas dengan keadaan diri sdr. Ini adalah suatu proses. Mungkin ini menjadi salah satu alasan terbesar mengapa Allah mengizinkan kesulitan-kesulitan ini datang ke dalam hidup kita, karena melalui proses itu, kita belajar tentang apa itu kepuasan.

Cara kedua untuk belajar puas adalah dengan memikirkan hal-hal yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Php 4:8 . DKL, Kuasailah pikiran sdr. Mungkin sdr memiliki sangat banyak pikiran negatif dalam keadaanmu saat ini. Hal-hal negatif itu tidak ada gunanya. Itu hanya akan menyeretmu lebih jauh dan menghancurkan jiwa sdr. "Kita harus sangat berhati-hati jangan sampai pikiran kita diperbudak oleh proses berpikir negatif . Ketika saudara berjalan melalui lembah-lembah, Anda tidak perlu ditarik ke bawah lebih jauh lagi oleh pikiran negatifmu. Apa pun yang patut dipuji, yang mulia, yang suci, pikirkanlah semuanya itu.

Ketiga, bagaimana supaya menjadi puas? Dalam keadaan yang sulit, tetaplah menjadi seorang pemberi. Ketika kita memberi kepada orang lain, Allah akan menyuplai semua kebutuhan kita.

Paulus mengatakan bahwa dia telah menerima semua yang perlu dari pada jemaat Filipi, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. (19) Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.Php 4:18-19.

Prinsip ayat ini adalah karena Anda seorang pemberi, maka anda akan diurus oleh Allah. Itu prinsip dalam Alkitab. Amsal 11:25 berkata, "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Mazmur 37:25-26 Psa 37:25-26 Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; (26) tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.

Sang pemazmur mengatakan Aku sudah tua. Aku ingat ketika masih kecil saya punya cita-cita, tapi sekarang aku sudah tua, biarkan aku mengatakan sesuatu yang belum pernah kulihat. Orang-orang yang hidup benar hidup dan memberi dengan bebas, aku belum pernah melihat anak-anak mereka mengemis roti.  Aku belum pernah melihat anak-anak mereka kelaparan.

Itu sebabnya Paulus berkata: Saya mengasihi mu jemaat di Filipi yang sudah memberi ku sangat banyak. Saya mengasihimu bukan karena saya membutuhkan sesuatu. Saya Aku baik-baik saja tanpa kalian, tapi terima kasih atas pemberian itu, yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. Aku benar-benar bahagia untuk pemberianmu. Saya bahagia karena Anda seorang pemberi, Tuhan akan memenuhi setiap kebutuhan mu. (4:17)

Dalam keadaan ekonomi yang sulit, kita masih bisa memberi dan harus menjadi seorang pemberi. Kesulitan ekonomi jangan mencegah kita memberi kepada Tuhan dan kepada sesama. Bukan jumlahnya yang penting dalam pemberian itu, tetapi hatinya. Melalui pemberian, sdr akan belajar apa itu cukup, apa itu puas dan Tuhan akan menyuplai semua kebutuhan sdr.

Sama halnya ketika sakit. Sdr tidak perlu sampai terus terusan murung dengan penyakitmu. Hiburkanlah dan doakanlah orang lain yang juga sakit. Sdr akan disuplai kekuatan oleh Allah dalam kondisi sakitmu itu sehingga sdr pun akan merasa puas dalam keadaan sakit apapun itu.

Tidak ada komentar: