Rabu, 13 Juni 2018

Tidak kaya di hadapan Allah


TIDAK KAYA DI HADAPAN ALLAH

Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri kalau ia tidak kaya di hadapan Allah (Lukas 12:21)

Konflik yang terjadi di di dalam diri kita adalah cinta akan uang.  Jangan kita malu-malu tentang hal ini: entah kita senang atau tidak, uang memainkan peran yang menentukan dalam kehidupan kita. Dengan uang kita dapat dengan tenang menjalani kehidupan kita; tanpa uang kita akan terus gelisah dan khawatir. Mencari uang sesungguhnya tidak salah, yang salah adalah mengabdikan hidup kita untuk mencari materi yang akan menjadikan kita budak dari keegoisan kita.

Apa yang disebut oleh Alkitab sebagai mamon adalah uang dan Iblis. Uang di tangan adalah kekuatan bagi yang memilikinya. Tetapi ketika apa yang ada di dalam tangan menentukan apa yang ada di dalam hati, maka apa yang sungguh-sungguh menggerakkan kita bukan lagi uang tetapi mamon.

Tidak seorang pun, pria ataupun wanita, yang dapat melayani dua tuan. Tidak seorang pun dapat tunduk kepada Allah dan sekaligus tunduk kepada mamon.
Kita memang bisa saja menjadi"kaya di hadapan Allah"dan di dalam berkat-berkat materi. Ini tidak masalah sepanjang kita mengerti bahwa diri kita adalah hamba-hamba Allah dan kita memahami bahwa uang yang harus melayani kita dan Tuhan. Orang-orang seperti itu tidak tergoda oleh emas dan perak atau vila di atas gunung
Ada orang kristen yang miskin dalam hal-hal rohani dan kaya dalam hal hal duniawi, Mereka mungkin membungkus kehidupan mereka dengan kemegahan dan kemewahan, tetapi tidak seorang pun yang lebih tahu kekosongan jiwa mereka daripada mereka sendiri.

Kehidupan yang paling sulit adalah milik orang-orang yang miskin secara rohani dan miskin secara ekonomi. Bagi mereka, kehidupan hanya menawarkan sedikit kebaikan tetapi penuh dengan masalah dan kekesalan hati yang tak pemah berakhir.
Hal yang paling penting dalam hidup ini adalah bukan kaya secara materi, tetapi kaya secara rohani.  namun apa artinya kaya secara rohani ? Bayangkan segala sesuatu yang Anda miliki habis dihantam oleh bencana. Kita mungkin tidak berani mebayangkannya, tetapi cobalah bayangkan bahwa segala sesuatu, bahkan seisi keluarga saudara . Tidak satu pun yang tersisa. Sesungguhnya, itulah keadaan setiap kita pada saat kematian. Pada saat kematian di ujung kmar kita, saat kita akan menghadap Pencipta kita, kekayaan riil kita hanya yang terdapat di dalam jiwa kita, dan itu atu-satunya kekayaan yang dapat kita bawa, berasal hanya dari Dia.

Jangan berbohong. Bertanyalah pada diri sendiri adakah sesuatu di dalam diri kita yang secara hakiki berharga-di dalam garasi kita, rekening bank kita, bahkan di sudut hati kita pada saat kita sudah di unung maut? Banyak di antara kita yang menghabiskan seluruh hidup kita untuk memperoleh pengetahuan, menyempumakan keahlian, berusaha untuk menajdi smart dalam bekerja.  Hal-hal ini memang membawa sukacita ke dalam hari-hari kita,  tetapi di dalam kekekalan semua itu hanyalah hal-hal yang kecil. Neraka akan dipenuhi dengan orang-orang yang kreatit cemerlang dan pandai berbicara orang-orang yang tidak mencari kekayaan Allah.

Menjadi kaya di hadapan Aliah adalah memiliki Dia, menjadi bait-Nya, membawa serta di dalam hati kita sesuatu yang suci dan mulia ke mana pun kita pergi. Menjadi kaya di hadapan Allah adalah disegarkan terus-menerus oleh Sumber dari segala yang baik di hati seseorang yang paling dalam. Kekayaan yang diberikan oleh Allah tidaklah terbatas sebab Dia kekal. Inilah warisan kekal ktia kelak.

Kita harus bisa melihat kekayaan kita di dalam Kristus . Jika kita sulit melihat bahwa  kekayaan kita ada di dalam Tuhan dan bukan dalam hal-hal dari dunia ini-dan kemudian menjalankan prinsip tersebut, maka inilah dosa kita.

Tidak ada komentar: