Jumat, 31 Juli 2020

Hukum Tuhan ditulis di dalam hati kita

1 Agustus 2020


Hukum Tuhan ditulis di dalam hati kita


Yer 31:33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 

Hukum-hukum Allah tertulis di dalam Alkitab dan juga di dalam hati kita. Ketika hukum-hukum Allah tertulis di dalam Alkitab, maka itu belum tentu menjadi bagian dari diri kita. Banyak orang yang membaca dan mempelajari Alkitab, tetapi isi Alkitab itu tidak menjadi bagian dari diri mereka. Mengapa? Karena Allah tidak menuliskan isi Alkitab itu di dalam hati mereka. 


Allah menuliskan hukumnya dalam hati semua orang percaya, sehingga membuat hati kita siap dan akrab dengannya, dan membuat Alkitab itu dekat dengan kita. Karena hukum Allah itu tertulis di dalam hati kita, maka akan membuat kita peduli untuk menjalankan hukum itu. Kita akan peduli karena hukum Allah itu ada di dalam hati kita. 


Karena Allah menuliskan hukumnya di dalam hati kita, akan membuat hati kita cenderung untuk taat. Ada sebuah kesadaran hati Nurani untuk taat dan ada sukacita karena Firman Tuhan. Dan inilah tanda bahwa kita adalah umatNya dan Dia adalah Allah kita. Kiranya kita mengalami hal-hal seperti ini. 


Doa 

Ya, Tuhan, tanpa Engkau memperbaharui hati kami dan menuliskan FirmanMu dalam hati kami, maka tidak mungkin kami mengasihiMu dengan segenap hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan kami. Langkah langkah kami tidak akan goyah, karena FirmanMu ada di dalam hati kami. Tolonglah kami untuk senantiasa memelihara FirmanMu dalam hati kami. 

Pdt. Yohannis Trisfant 

Kamis, 30 Juli 2020

Menerima pembentukan Allah

31 Juli 2020 

Menerima pembentukan Allah



Yer 18:2-6 "Pergilah dengan segera ke rumah tukang periuk! Di sana Aku akan memperdengarkan perkataan-perkataan-Ku kepadamu." (3) Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk, dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan. (4) Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. (5) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: (6) "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel! 


Tuhan memiliki wewenang yang tak terbantahkan atas hidup kita. Dia dapat membentuk kita seperti yang diinginkanNya. Dia dapat melakukan apa saja supaya tujuanNya tercapai dalam hidup kita. Wewenang Allah atas hidup kita lebih daripada wewenang tukang periuk atas bejana yang sedang dibentuknya. Mengapa? Karena tukang periuk tidak menciptakan bejana. Bejana hanya dia bentuk dari tanah liat. Sedangkan Allah adalah Pencipta kita. Kita bisa ada dalam dunia ini karena Allah dan tentu saja, Allah juga berhak membentuk kita sesuai tujuanNya. 

Allah memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas diri kita. Allah tidak berhutang apa-apa terhadap kita. Dia dapat berbuat terhadap kita seperti yang dianggap-Nya pantas, dan Allah tidak harus mempertanggungjawabkan apa-apa terhadap kita. Jadi, tidak masuk akal bagi kita untuk membantah Allah dan mengatakan,” kami tidak suka dengan apa yang Engkau perbuat atas kami !


Sikap kita kepada kepada Allah seringkali sepertinya kita sederajad dengan Dia. Kita protes dengan apa yang Allah lakukan atas diri kita, Kita tidak terima dan memberontak. Padahal kita hanyalah ciptaan. Cukup hanya dengan satu balikan tangan, satu putaran pelarikan, Ia sudah membentuk tanah liat, membuatnya menjadi bejana, menghancurkannya lagi, lalu membuatnya kembali. Demikianlah diri kita di tangan Allah. Diri kita tidak berada di tangan kita sendiri. 


Terimalah apapun yang Tuhan sedang kerjakan dalam hidup saudara. Bukankah kita harus tunduk, seperti tanah liat kepada hikmat dan kehendak tukang periuk? (Yes. 29:15-16; 45:9). Dia pasti mengerjakan yang terbaik, seperti tukang periuk akan membentuk bejana yang terbaik. Kita juga pasti akan dibentuk sangat indah oleh Tuhan. 

Doa 

Bapa di dalam sorga, seringkali kami mempertanyakan tindakan Tuhan atas diri kami. Kami protes, marah kepada Engkau. Ampunilah kami. Kami sadar bahwa kami hanyalah seperti bejana yang dibentuk oleh tukang periuk. Kami percaya bahwa Tuhan sedang membentuk diri kami supaya menghasilkan pribadi yang terbaik. Ajar kami untuk bisa menerima pembentukanMu Tuhan . Di dalam nama Tuhan Yesus , kami berdoa, amin. 


Pdt. Yohannis Trisfant 

Rabu, 29 Juli 2020

Mengandalkan manusia atau Tuhan ?

30 Juli 2020

Mengandalkan manusia atau Tuhan ?

Yer 17:5-8  Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!  (6)  Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.  (7)  Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!  (8)  Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.

Dosa apa yang dikutuk di dalam nats ini?  Dosa yang dikutuk adalah dosa mengandalkan manusia, mengadalkan kekuatannya sendiri. Orang seperti ini yakin akan hikmat dan kuasa manusia, yakin kepada  kebaikan dan kesetiaan manusia, Padahal sfat sifat itu adalah milik Allah dan keyakinan itu seharusnya ditaruh kepada  Allah. 


Orang-orang yang mengandalkan manusia mungkin saja mendekat kepada Allah dengan mulut mereka dan menghormati-Nya dengan bibir mereka. Mereka menyebut Allah sebagai harapan mereka, dan mengatakan bahwa mereka percaya kepada-Nya, tetapi sebenarnya hati mereka menjauh dari pada-Nya. 


Orang seperti ini akan seperti semak bulus di padang belantara. Ini adalah  semak yang hina, hasil dari tanah yang tandus, tak berdaya, tak berguna, dan tak berharga. Ia akan layu, lesu dalam dirinya dan diinjak-injak oleh semua orang di sekelilingnya. Ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik. Ketika kondisi sudah membaik, kondisinya tetap tidak membaik.  Harapannya akan terus-menerus digagalkan. Ketika orang lain panen, ia tidak akan mempunyai apa-apa.  Mereka tidak akan menghasilkan buah karena mereka tinggal di tanah yang tandus 


Kewajiban kita adalah menjadikan TUHAN sebagai harapan kita, sebagai kekuatan kita.  Jikalau kita melakukan ini maka kita akan menjadi seperti pohon yang ditanam di tepi air. Kita akan  tenang, senang, dan senantiasa menikmati ketenangan pikiran.  Kita akan terjaga dari segala kekeringan karena kita menjadikan Allah sebagai harapan  kita.  Kita akan merasa gembira di dalam hati dan indah di mata orang lain.   Kita  akan berbuah dalam kekudusan, dan dalam semua perbuatan baik. Kita  akan tetap dimampukan untuk melakukan hal hal yang memuliakan Allah. 
 


Pdt. Johannis Trisfant

Selasa, 28 Juli 2020

29 Juli 2020

TETAP KUAT DAN TIDAK LELAH


Yer 12:5 "Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? Dan jika di negeri yang damai engkau tidak merasa tenteram, apakah yang akan engkau perbuat di hutan belukar sungai Yordan? 

Terkadang atau bahkan seringkali, hal-hal yang kecil sudah membuat kita tidak tenteram. Kita panik, dan gelisah dengan hal-hal kecil tersebut, Kita membawa masalah kita terlalu jauh. Pikiran kita terganggu, gelisah, dan kita kewalahan menghadapi persoalan kecil tersebut. Bahkan, kita menjadi kecil hati dalam melakukan pekerjaan karena masalah itu. Lalu kita pun mulai berpikir untuk menyerah saja. 

Padahal kesusahan kecil itu hanyalah awal. Kita belum menghadapi kesusahan besar. Masih ada ujian-ujian yang lebih pedih menanti di hadapan kita. Kalau untuk masalah kecil saja kita sudah demikian terganggu dan lelah menghadapinya, bagaimana mungkin kita bisa kuat menghadapai persoalan yang jauh lebih besar? Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam Yeremia 12:5 "Jika engkau telah berlari dengan orang berjalan kaki, dan engkau telah dilelahkan, bagaimanakah engkau hendak berpacu melawan kuda? 


Jika kita sudah lelah dalam menghadapi keributan yang kecil, bahaya yang kecil, atau masalah yang kecil, maka bagaimana mungkin kita bisa tetap tegak ketika bahaya besar datang atau keributan yang besar mendatangi kita ? 

Kita mungkin mengatakan amit-amit, tetapi sesungguhnya, selama kita berada di dunia ini, kita harus bersiap-siap menghadapi masalah, dan kesulitan. Hidup kita adalah perlombaan, peperangan. Kita terancam akan dikalahkan. Dan tahukah saudara, bahwa cara yang biasa dipakai Allah adalah biasanya dengan ujian-ujian yang lebih ringan. 

Kita harus mempersiapkan diri menghadapi ujian-ujian yang lebih berat. Dan untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian-ujian yang lebih jauh dan lebih berat, maka kita harus membuktikan bahwa kita sanggup menempuh ujian-ujian sekarang yang lebih ringan. 

Doa 

Bapa di sorga, Berikanlah kepada kami kemampuan untuk menghadapi ujian-ujian yang saat ini kami hadapi. Kami percaya bahwa ujian ini akan menguatkan kami, mendewasakan kami sehingga kami akan kuat menghadapi kesulitan-kesulitan di depan. Kami berdoa agar kami tetap kuat dalam segala kondisi. 

Pdt. Yohannis Trisfant 

Senin, 27 Juli 2020

Siapa yang anda andalkan?

28 Juli 2020 

Siapa yang anda andalkan?



Yer 9:23-24 Beginilah firman TUHAN: "Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya bermegah karena kekayaannya, (24) tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku, bahwa Akulah TUHAN yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan kebenaran di bumi; sungguh, semuanya itu Kusukai, demikianlah firman TUHAN." 

Kita tidak bisa mengandalkan kebijaksanaan kita pada saat kita susah. Kebijaksanaan belum tentu berguna untuk mengecoh musuh atau menghindar dari situasi yang berbahaya, karena hikmat manusia dapat mengecewakan. Bahkan kita dapat termakan sendiri oleh akal kita. 

Kita juga tidak bisa mengandalkan kekuatan kita, karena pertempuran tidak selalu dimenangkan oleh yang kuat. Goliat, seorang yang tinggi besar, yang sangat kuat ketika bertempur melawan Daud, langsung mati pada ronde pertama. . Semua kekuatan manusia tidak ada apa-apanya tanpa Allah, dan terlebih tidak ada apa-apanya jika melawan Dia. 

Kita juga tidak bisa bermegah karena kekayaan kita. Uang tidak menjawab segalanya. Uang tidak bisa melindung kita dari Covic19. Ini sudah terbukti karena banyak orang berduit mati karena Covic. Uang juga tidak bisa melindungi kita dari kecelakaan. Dan uang tidak bisa melindungi kita dari kematian. Kematian tetap 100 persen walaupun kita punya banyak uang. 


Kalau pun kita memiliki teman yang memiliki ketiga hal itu, yakni kebijaksanaan, kekuatan dan kekayaan, maka kita pun tidak boleh mengandalkan hidup kita kepada mereka. 
Satu-satunya penghiburan kita dalam kesusahan adalah bahwa kita sudah memahami dan mengenal Tuhan . Pengenalan akan Allah ini akan menjadi sukacita buat kita Satu-satunya andalan kita dalam kesusahan adalah Allah yang kita kenal adalah Allah yang maha mencukupi bagi kita. Pengenalan akan Allah ini akan menopang kita lebih daripada ribuan keping emas dan perak.


Doa 

Hanya kepada Mu Tuhan, kami menyandarkan seluruh hidup kami.Engkaulah yang kami andalkan. Kami tidak akan bermegah di dalam kebijaksanaan kami, kekuatan kami dan kekayaan kami. Tetapi kami hanya akan bermegah karena kami mengenalMu 

Pdt. Yohannis Trisfant