Selasa, 23 Juni 2020

HATI YANG GEMBIRA ADALAH OBAT (Amsal 17:22)

Rabu, 22 Juni 2020
 

Amsal 17:22 Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang. 
Hubungan antara hati dan tubuh sangatlah kuat. Ada semacam tarik menarik antara hati dan tubuh. Jika salah satu menderita, maka akan mempengaruhi yang lain. Ketika hati atau pikiran kita tertekan, maka tubuh juga akan berespon dan menjadi lemah. Kegelisahan mental akan merusak kesehatan fisik kita. 
Firman Tuhan mengatakan bahwa hati yang gembira adalah obat yang manjur. Hati yang riang, pikiran yang ceria, roh yang puas dan nyaman, akan memberikan dukungan dan kekuatan untuk daya tahan tubuh kita. Kesehatan tubuh tergantung pada suasana hati. 

Jadi cara untuk bertanggungjawab dalam kesehatan fisik kita, adalah dengan bertanggungjawab atas hati kita. Jangan sampai hati kita suram. Sikap hati menentukan kesehatan tubuh. Hal inilah yang selalu ditekankan di dalam Firman Tuhan , yakni sikap hati. Firman Tuhan selalu mengajarkan agar hati kita bersukacita senantiasa. Paulus mengatakan: Bersukacitalah senantiasa. Obat yang terbaik bagi tubuh saudara adalah sukacita. Kekristenan adalah sukacita, dan ini juga berarti kesehatan tubuh yang prima dan baik. Kalau kita sering sakit, maka kita perlu belajar bersukacita, menjaga hati kita agar senantiasa gembira. 

Hati yang gembira bukanlah hati yang berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja. Hati yang gembira berdukacita pada saat yang tepat(Pkh. 7: 2). Hati yang gembira merespon dengan tepat situasi yang dialaminya namun dia tetap memiliki damai sejahtera karena percaya kepada Tuhan dan tahu bahwa Tuhan adalah sumber dari sukacita yang abadi. Hati yang gembira adalah hati yang bersukacita dalam Allah. Kita bersukacita di dalam Tuhan dan dalam kebaikanNya (1 Kor. 10:31) 

Kebalikan dari hati yang gembira adalah "Semangat yang patah atau roh yang hancur" akan "mengeringkan tulang" (Ams. 17:22). Di sini, "tulang" digunakan untuk mewakili seluruh pribadi. Hati yang ceria mendatangkan manfaat luar biasa bagi kita semua, dan roh yang hancur atau semangat yang patah mendatangkan celaka bagi seluruh pribadi kita. Semangat yang patah ini adalah hati yang tidak dapat bersukacita dalam Tuhan, dimana hatinya telah menjadi sangat sinis sehingga tidak dapat menemukan sukacita dalam hal-hal sederhana. Semoga tidak ada di antara kita yang memiliki hati seperti itu.


Doa 
Ya, Tuhan, sumber pengharapan, penuhila kami dengan segala sukacita dan damai sejahtera sehingga kami senantiasa beroleh kesegaran yang baru setiap hari. Di dalam sukacitaMu, kami akan sanggup menghadapi apapun dan akan diberikan tubuh yang kuat menghadapi penyakit, karena kami percaya bahwa hati yang gembira adalah obat. 

Pdt. Yohannis Trisfant 

Senin, 22 Juni 2020

Menguasai diri (Amsal 16:32)

Selasa, 23 Juni 2020





Amsal 16:32 Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota. 




Kita bisa mengatakan seperti ini dari Amsal 16:32: lebih baik panjang sabar daripada berkuasa, lebih baik menguasai diri sendiri daripada menguasai seluruh kota. Menguasai diri lebih daripada sebuah penaklukkan yang kita lakukan. Sukses di dalam bisnis, dalam studi, di dalam pekerjaan, akan hancur kalau kita kehilangan kontrol diri. Oleh karena itu, merupakan sebuah kemenangan yang besar kalau kita dapat mengontrol temperamen kita. Ketika kita hendak meledak, maka ingatkan diri kita, bahwa kehilangan kontrol akan mengorbankan hal yang baik yang kita sudah capai atau yang akan kita capai 




Bagi sebagian orang, menguasai diri merupakan hal yang sukar. Dan ayat ini merupakan teguran bagi setiap orang yang menguasi orang lain tetapi gagal menguasai diri. 




Hanya sedikit orang yang dapat menaklukkan dirinya daripada orang yang menaklukkan musuh. Banyak orang sanggup menaklukkan musuh. Banyak orang sanggup menaklukkan tantangan kehidupan, tetapi sedikit yang sanggup menaklukkan dirinya sendiri 

Sudahkah kita menaklukkan diri kita ? 

Doa 

Bapa di sorga, Sesungguhnya, ketika kami sabar, maka kami memiliki pengertian yang besar, namun ketika kami cepat marah, maka itu hanya membesarkan kebodohan kami. Tolonglah kami agar dapat menguasai diri dan dapat mengikuti teladan Mu, yang panjang sabar dan besar pengertiannya. 



Pdt. Yohannis Trisfant 

Minggu, 21 Juni 2020

Orang rajin dan orang malas (Amsal 13:4)

Senin, 22 Juni 2020





Amsal 13:4 Hati si pemalas penuh keinginan, tetapi sia-sia, sedangkan hati orang rajin diberi kelimpahan.



Hati orang yang malas bukannya tidak ada keinginan. Orang malas juga punya keinginan. Mereka menginginkan pengetahuan, mereka ingin sukses, mereka ingin pakaian bagus, tetapi mereka tidak mau bersusah payah untuk mendapatkannya. Mereka menginginkan keuntungan-keuntungan yang didapat oleh orang rajin, tetapi mereka membenci jerih payah yang dilakukan orang rajin. Mereka mendambakan segala sesuatu yang enak-enak tetapi tidak mau mengerjakan apa pun yang harus dikerjakan. Oleh karena itu, sebagai akibatnya, mereka tidak mendapatkan apa-apa. Sebab, orang yang tidak mau bekerja akan kelaparan, dan janganlah ia makan (2Tes. 3:10). Seharusnya sebuah keinginan akan menggugah semangat kita untuk meraih keinginan tersebut. Tetapi keinginan si pemalas tidak menggerakkan dia untuk meraihnya. Dia hanya bisa gelisah karena tidak memiliki apa yang dia inginkan. Itu lebih menyiksa daripada bekerja,



Sebaliknya dengan orang rajin, hati mereka akan mendapatkan kelimpahan, dan akan menikmatinya karena itu merupakan buah dari ketekunan mereka. Orang-orang yang hanya duduk malas membayangkan yang enak-enak tidak tahu akan keuntungan-keuntungan nya kalau mereka rajin,

Orang malas akan mengalami bukan hanya kemiskinan materi tetapi akan mengalami kemiskinan rohani. Sebaliknya orang rajin akan mengalami kelimpahan rohani. Kelimpahan rohani diperoleh melalui sebuah diisiplin rohani dan ini membutuhkan kerajinan. Rajin berdoa, rajin membaca Alkitab, rajin beribadah, rajin melayani dll.



Doa


Berikanlah kepada kami kerajinan dalam menjalani hidup ini. Jauhkanlah kami dari kemalasan. Kami percaya bahwa ketika kami rajin mengerjakan perkara yang kecil, maka Tuhan akan mempercayakan perkara yang lebih besar kepada kami. Kami tidak ingin menyia-nyiakan setiap kesempatan yang Tuhan berikan kepada kami. Kami ingin mengalami kelimpahan rohani . Tolonglah kami


Pdt. Yohannis Trisfant

Jumat, 19 Juni 2020

Menyebar harta atau menghemat ? (Ams 11:24)

Sabtu, 20 Juni 2020


Menyebar harta atau menghemat ? (Ams 11:24)


Amsal  11:24  Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.



Ayat ini paradoks. Ada orang yang suka memberi, tapi bertambah kaya, ada yang suka menghemat, tapi bertambah miskin. Memberi tapi semakin kaya. Menghemat, tetapi selalu kekurangan. Ini bertentangan dengan konsep ekonomi dunia. Konsep ekonomi dunia berkata:  pertahankan sebanyak mungkin. Tetapi Tuhan justru memberkati  mereka yang memberi harta, waktu, dan energi mereka.  Ketika kita memberi, Tuhan memberi kita lebih banyak sehingga kita bisa memberi lebih banyak. 



Memberi akan membantu kita memiliki  perspektif yang benar tentang harta milik kita bahwa kita hanyalah pengelola dan bukan pemilik harta kita. Dengan memberi, maka kita akan bebas dari perbudakan harta benda. Dengan memberi akan memberikan kita sukacita.  Orang yang memiliki sukacita dalam hidupnya, akan lebih produktif dalam bekerja,, berbisnis. Orang yang memberi akan semakin dikenal baik reputasinya, sehingga tentu saja, pekerjaannya akan semakin lancar. Nama baik sangat penting dalam pekerjaan dan bisnis. Dan tentu saja ini akan membuat orang yang murah hati semakin maju dalam pekerjaan dan usahanya. Tetapi tentu saja, bahwa berkat berkat orang yang murah hatinya,  diberikan langsung oleh Tuhan. Dia memberkati tangan yang memberi, sehingga membuatnya menjadi tangan yang memperoleh (2Kor. 9:10). Berilah, dan kamu akan diberi. Ada banyak orang kaya yang jatuh miskin karena ditipu, karena harga saham anjlok, karena covic 19. Tetapi pernahkah saudara mendengar orang kaya jatuh miskin karena dia murah hati ? 




Bagaimana dengan orang yang pelit? yang menyimpang untuk dirinya sendiri?  tidak membantu orang miskin, bahkan untuk hidupnya dan untuk keluarganya sendiri, dia sangat hemat luar biasa. Hal itu membuatnya selalu kekurangan, dan bahkan mengarah kepada kemiskinan. Ya, jelaslah. Dia hidup dalam kekurangan padahal hartanya banyak. Dia hidup seperti orang miskin padahal dia bisa membantu orang miskin. Sikap seperti itu akan menghancurkan nama baik orang tersebut, dan membuat mereka kehilangan berkat Allah . Walaupun manusia selalu menyimpan apa yang mereka miliki, tetapi jika Allah menghancurkan dan merusaknya, maka tidak akan ada yang tersisa (Hag. 1:6,9) 




Doa


Kami menyadari bahwa semua yang kami miliki berasal dari Tuhan. Oleh karena itu jadikanlah kami penatalayan yang bertanggungjawab atas berkat berkat materi ini. Dan berikanlah kepada kami kemurahan hati untuk membantu orang orang yang membutuhkannya. Berkatilah pekerjaan, usaha kami pada hari ini ya Tuhan, sehingga dengan berkatmu ini kami dapat menjadi saluran berkat yang lebih besar lagi. 



Pdt. Yohannis Trisfant

Kamis, 18 Juni 2020

Persiapkan diri menghadapi godaan

Jumat, 19 Juni 2020

Persiapkan diri menghadapi godaan



Amsal 5:11-13  dan pada akhirnya engkau akan mengeluh, kalau daging dan tubuhmu habis binasa,  (12)  lalu engkau akan berkata: "Ah, mengapa aku benci kepada didikan, dan hatiku menolak teguran;  (13)  mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku, dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?



Ketika godaan menyerang, sudah terlambat untuk meminta nasihat. Bahkan walaupun nasehat diberikan, nasehat itu akan diabaikan.  Orang yang sudah berada di dalam godaan hawa nafsu, tidak lagi menginginkan saran, sebaliknya, mereka menginginkan kepuasan. 


Cara yang terbaik untuk mengetahui bahaya dari dosa hawa nafsu , dan akibat buruknya adalah dengan mempersiapkan diri sebelum godaan itu tiba. Kita akan lebih  mudah melawan godaan hawa nafsu kalau kita belum membuat keputusan untuk melakukannya,  Hal yang perlu dilakukan sekarang ini sebelum godaan tersebut tiba adalah mendengarkan nasehat, mengarahkan diri kepada pengajar pengajar kita, kepada ajaran Firman Tuhan, membangun pondasi yang kokoh. 


Kalau kita tidak melakukan hal tersebut sekarang ini, maka kita akan menyesal ketika godaan datang,   kita pasti akan jatuh. Kita akan berkata seperti Amsal  "Ah, mengapa aku benci kepada didikan, dan hatiku menolak teguran;  (13)  mengapa aku tidak mendengarkan suara guru-guruku, dan tidak mengarahkan telingaku kepada pengajar-pengajarku?



Doa


Tuhan, lindungilah kami dari segala yang jahat. Tolonglah kami hidup dalam kekudusan. Condongkanlah hati kami kepada pengajaran, arahkanlah telinga kami kepada kepandaian  supaya kami  berpegang pada kebijaksanaan dan bibir kami memelihara pengetahuan, ssehingga ketika godaan hawa nafsu mencobai kami, kami dapat menang atas godan tersebut. 



Pdt. Yohannis Trisfant

KASIH YANG AKTIF (MATIUS 5:43-48)