Selasa, 02 Februari 2010

Mengabaikan Allah (Yakobus 4:13-15)

oleh Pdt. Yohannis Trisfant, MTh

Sebelum kapal Titanic tenggelam, ada sebuah kapal mewah yang lain yang hilang di perairan . Pada tahun 1909, sebuah kapal pesiar raksasa yang sama mewahnya dengan Titanic yakni Waratah berpenumpang 210 orang dan memuat barang seberat 6.500 ton, secara misterius hilang di tengah lautan luas. Kapal pesiar Waratah merupakan kapal yang paling besar dan mewah waktu itu, dan disebut sebagai kapal yang “anti tenggelam sepanjang masa”. Perlengkapannya sangat mewah, di bagian kabin, lebih megah daripada kapal Titanic, dan setara dengan hotel Ritz di Swiss saat ini yang tergolong supermegah.

Teknik pembuatan dan teknologinya dapat dinilai nomor satu di dunia. Pelayaran perdananya sangat lancar, dan dengan cepat menimbulkan kegemparan di dunia, sejumlah besar orang ternama dan kaum ningrat semuanya merasa bangga mengadakan perjalanan dengan menumpangi sebuah kapal pesiar yang demikian besar ini. Tetapi kapal yang sangat besar itu, hilang di tengah lautan. Kapal Waratah tidak dilengkapi dengan komunikasi radio dan instalasi telegram, karenanya setelah bertolak dari Durban, ia tidak mempunyai hubungan komunikasi lagi dengan daratan, juga tidak mengirimkan sinyal pertolongan apa pun.

Ahli pencari dan penyelamat bencana laut berpendapat, bahwa kapal uap itu telah tenggelam di lautan luas. Namun, sebab-sebab insiden tersebut malah simpang siur dan membingungkan. Sejumlah ahli menganggap, bahwa desain atau rancangan kapal bermasalah, bagian geladak kapal terlampau berat, sehingga mengakibatkan insiden tenggelamnya kapal. Selain itu, sejumlah ahli lainnya menganggap, bahwa kapal itu ditarik ke dalam sebuah pusaran yang misterius di tengah samudera, dan itu adalah suatu yang tidak bisa dilawan oleh kekuatan manusia.

Kapal yang anti tenggelam ini ternyata tenggelam juga tanpa diketahui penyebabnya.

Beberapa tahun kemudian, pada tahun 1912, terjadi insiden kapal Titanic. Kapal ini juga dikatakan sangat canggih teknologinya dan tidak mungkin tenggelam dan kalaupun tenggelam, pasti akan mengambil masa dua hari. Kesombongan ini terjawab pada April 1912. Saat pelayaran pertamanya, kapal ini menabrak karang es dan tenggelam hanya dalam tempo kurang dari tiga jam berikut 1.500 penumpangnya.

Kesombongan menutup mata manusia terhadap realitas, sehingga kita tidak dapat melihat ketidakwajaran dalam tindakan-tindakan kita. seringkali orang-orang kristen membuat rencana dan berbicara seolah-olah mereka adalah tuan atas hidupnya dan Allah itu tidak ada. ini tentu merupakan sebuah kebodohan dan kesombongan. Kalimat-kalimat yang angkuh dan mengabaikan Allah yang diucapkan tentang kapal Waratah dan Titanic, juga seringkali dilakukan oleh orang-orang kristen.

Yakobus seringkali mendengarkan kalimat-kalimat yang angkuh tersebut. Disini dia hendak menunjukkan kepada pembaca suratnya bahwa gaya hidup yang seperti itu, adalah hidup yang sia-sia dan merupakan praktek ateisme. Dan ternyata gaya hidup yang seperti itu dilakukan oleh orang-orang kristen.

Surat Yakobus ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi kristen yang berada di perantauan. Dia menulis surat, bukan kepada yang Non kristen.

Jadi dosa kesombongan atau dosa mengabaikan Allah dalam bagian ini dilakukan oleh orang kristen.

Jas 4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung",

di ayat 13 ini, Yakobus memberikan sebuah contoh mengenai orang kristen yang melakukan rencananya dan bekerja tanpa memikirkan mengenai Allah. Dengan mengabaikan Allah, maka mereka menunjukkan kangkuhan . Orang kristen seringkali diserang oleh dosa seperti ini, yakni tidak mau datang kepada Allah dalam doa untuk menyerahkan segala rencana-rencananya.

Dalam ayat ini Yakobus memberikan contoh mengenai para bisnisman. Para bisnisman ini mengatakan bahwa hari ini atau besok kami akan berangkat ke kota anu dan disana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung. Apakah salah kalau bisnisman ini pergi ke sebuah kota..... lalu tinggal disana untuk jangka waktu tertentu lalu berdagang dan mendapatkan keun tungan? tentu saja, hal ini tidaklah salah. Kita tidak bisa menyalahkan seseorang yang berdagang, karena ini merupakan bagian daripada hidup.

Tuhan Yesus juga pernah mengatakan seperti ini dalam Mat 24:38 Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,

Pada waktu orang-orang pada zaman Nuh makan, minum, kawin mengawinkan, sebenarnya hal itu juga tidaklah salah. Manusia butuh makan, manusia butuh minum dan manusia juga ingin menikah. Tidak ada yang salah dengan makan, minum, pesta kawin. Bukan itu point utamanya. Point utamanya adalah bahwa orang-orang pada zaman Nuh menganggap diri mereka bisa hidup tanpa Allah. Allah tidak memiliki tempat dalam kehidupan mereka. Orang-orang pada zaman itu hidup seolah-olah Allah itu tidak ada. Hal seperti inilah yang juga terjadi dalam kehidupan orang-orang kristen yang menerima surat Yakobus ini . Para pedagang itu tidaklah salah ketika mereka pergi keluar kota dan kemudian berdagang. Yang salah adalah mereka lakukan itu seolah-olah tidak ada Allah. Mereka tidak menyerahkan rencana mereka kepada Allah. Seolah-olah mereka bisa memprediksi apa yang akan terjadi di depan. Seolah-olah hidup mereka tidak akan berakhir.

Jadi Yakobus tidaklah mengharamkan pekerjaan berdagang. Yakobus juga tidaklah menuliskan mengenai etika membeli dan menjual. Hal yang dipersoalkan oleh Yakobus adalah para pedagang mengabaikan Allah. Bagi mereka, uang itu lebih penting daripada melayani Allah. Mereka membuat rencana untuk masa depan tanpa mencari kehendak Allah. Mereka hidup seperti pria kaya yang bodoh dalam perumpamaan Tuhan Yesus (Luk 12:16-21) yang mengatakan:” Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19) Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! (20) Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?

Mereka semua gagal menyadari bahwa mereka tidak dapat menambah hidup mereka satu menit pun. mereka sehaursnya bergantung sepenuhnya kepada Allah. Mereka terlalu angkuh dan menganggap diri hebat dan menguasai hari depan dan mampu menghasilkan keuntungan. Padahal besok pun mereka tidak tahu akan terjadi apa. Besok mereka bisa mati. Karena hidup manusia itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap Yak 4:14

Para pedagang ini tidaklah mencari apa arti hidup mereka. Mereka hanya mencari uang, uang dan keuntungan. Mereka lupa bahwa hidup mereka bukan untuk uang. Mereka tidak mengingat yang dituliskan dalam kitab pengkotbah 12:13: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Tujuan hidup mereka seharusnya adalah memuliakan Allah dan menikmati Allah selamanya. Mereka hanya memikirkan bisnis dari hari ke sehari dan tidak memikirkan makna hidup mereka. Bahkan bukan hanya makna yang tidak terpikirkan, mereka pun juga tidak memikirkan berapa lama sih hidup saya ini. Mereka betul betul mengabaikan nasehat Salomo yang mengatakan :” Pro 27:1 Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu.

Jadi mereka membicarakan rencana-rencana hari esok, seolah-olah ada sebuah kepastian. Namun masalahnya adalah mereka tidak dapat mengontrol hari esok itu. Mereka menjalani hidup tetapi gagal mengerti maknanya dan tidak menyadari bahwa hidup mereka itu ada akhirnya.

Yakobus membandingkan hidup manusia itu seperti uap yang sebentar saja ada, tetapi kemudian lenyap. Hidup manusia lemah dan tidak bisa tahan lama. Musa yang hidup 120 tahun menuliskan:” Psa 90:10 Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.

Lalu bagaimankah seharusnya sikap orang-orang kristen ? Yak 4:15 menuliskan:” Sebenarnya kamu harus berkata: "Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu."

Yakobus mengajarkan bahwa Allah itu berdaulat dalam hidup kita. Di dalam seluruh perencanakan dan tindakan dan prestasi, kita harus mengakui Allah.

Kata-kata jika Tuhan menghendaki adalah kata-kata yang umum dipakai dalam beberapa budaya dan agama. Akibatnya kata-kata ini bisa kehilangan maknanya karena saking seringnya diucapkan. Tetapi mengapa Yakobus memberitahukan kepada pembacanya akan formula ini? Dia menunjukkan kepada mereka bahwa hidup mereka ada ditangan Tuhan yang berdaulat dan bahwa mereka seharusnya mengakui Allah di dalam seluruh rencana mereka. Dia tidaklah memebritahukan kepada mereka kapan dan bagaimana memakai kalimat, “jika Tuhan menghendaki”.

Hal yang mengejutkan dari kata : jika Tuhan menghendaki” ini adalah kata ini tidak muncul di dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru, kata ini dipakai oleh Paulus. Misalnya ketika Paulsu akan meninggalkan Efesus, dia berkata:” Act 18:21 Ia minta diri dan berkata: "Aku akan kembali kepada kamu, jika Allah menghendakinya." Lalu bertolaklah ia dari Efesus.

Demikian juga pada saat Paulus memberitahukan kepada jemaat Korintus, dia berkata: 1Co 4:19 Tetapi aku akan segera datang kepadamu, kalau Tuhan menghendakinya. Maka aku akan tahu, bukan tentang perkataan orang-orang yang sombong itu, tetapi tentang kekuatan mereka.

Kata ini kembali dia pakai ketika dia berjanji kepada orang-orang kristen di Korintus untuk memakai waktu bersama-sama dengan mereka jika Tuhan menghendaki. 1Co 16:7 Sebab sekarang aku tidak mau melihat kamu hanya sepintas lalu saja. Aku harap dapat tinggal agak lama dengan kamu, jika diperkenankan Tuhan.

Perjanjian Baru tidak memberikan sebuah indikasi bahwa rasul rasul memiliki sebuah rumusan: jika Tuhan menghendaki yang selalu dipakai” Bahkan dalam kisah rasul, kata-kata itu tidak pernah dipakai sebagai sebuah formula khusus. Ini artinya, bahwa kita tidak harus memakai kata-kata ini secara hurufiah seperti yang dilakukan oleh agama tertentu. Maksud Yakobus bukanlah mengatakan kata-kata itu setiap kali kita mau melakukan sesuatu. misalnya ada yang mengundang kita ke pesta, lalu kita selalu mengatakan:” jika Tuhan menghendaki saya akan datang” atau kita diajak ikut Persekutuan doa jumat oleh teman dna kita menjawab:’ jika Tuhan menghendaki saya akan datang. Enggak, bukan seperti itu maksudnya. Tidak setiap hal atau rencana kita harus mengatakan kalimat: jika Tuhan menghendaki. Kalau sdr mau mengatakan kalimat itu, setiap kali menjawab undangan orang juga enggak apa-apa. Hanya jangan menjadikan kalimat: jika Tuhan menghendaki: menjadi sebuah formalitas berbahasa saja. Apa gunanya formalitas bahasa kalau hatinya tidak mengamini kalimat itu. Apa artinya mengucapkan:jika Tuhan menghendaki” padahal kita mengabaikan Tuhan dalam rencana dan pekerjaan kita bahkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Tidak ada bagian dalam hidup kita yang terpisah dari Allah yang hidup. Inilah yang kita harus sadari, baik itu diucapkan maupun tidak diucapkan. Karena di dalam Dialah kita hidup, kita bergerak. Dan inilah sukacita kristen kalau kita selalu menyadari dan mengakui kehadiran Tuhan dalam hidup kita.

Kepuasan (Fili 4:11)

Oleh Yohannis Trisfant

Silahkan dipakai untuk pelayanan dna mohon cantumkan sumbernya. Jika dalam website mohon membuat link ke www.kotbah.org

Php 4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (ITB)

Filipi 4:11 Saya mengemukakan ini bukan karena saya berkekurangan, sebab saya sudah belajar merasa puas dengan apa yang ada. (IBIS)

Apa itu kepuasan?

Banyak orang yang hidup dalam ketakutan karena ketidakpastian ekonomi. Bagaimana dengan pekerjaan anak kita? bagaimana dengan kebutuhan hidup kita? apakah akan tetap seperti sekarang? Akan kah terus tercukupi? Bagaimana kalau suatu waktu saya mengalami kekuarangan. Karena ketakutan-ketakutan seperti itu, banyak orang kristen yang tidak lagi mengalami damai sejahtera Allah. Namun sesungguhnya Allah ingin agar anak-anakn hidup dalam damai sejahtera. Damai sejahtera yang tidak akan dipengaruhi oleh situasi ekonomi atau kondisi yang buruk bagaimanapun. Damai atau ketenangan ini bisa kita miliki kalau kita tahu mengenai rahasia kepuasan.

Banyak sekali orang kristen yang bergumul dengan keraguan akan pemeliharaan Allah atas hidup mereka, sehingga mereka tidak pernah tenang dan menikmati hidup yang Tuhan berikan kepada mereka. Dan kalau bukan bergumul dengan dengan keraguan, biasanya orang kristen akan menyatakan keraguannya akan pemelihraaan Tuhan itu dengan cara serakah mengumupulkan harta. Karena mereka menganggap harus menyediakan sebanyak mungkin untuk persiapan masa tua. ini merupakan cara yang menyedihkan menjalani hidup ini. Hidup kita harus dijalani dnegan iman untuk mengalami kuasa supranaturalnya. Kita harus belajar untuk menjadi puas dalam segala keadaan yang sedang kita alami.

Puas dalam segala situasi memang sulit. Kita lebih gampang untuk tidak puas. Kalau panas mengeluh. Tuhan kenapa panas sekali? Tetapi kalau Tuhan memberikan hujan, juga mengeluh. Kenapa hujan aja? Susah kemana-mana, banjir. Hal ini terjadi karena merasa tidak puas.

Apa itu kepuasan? Kepuasan adalah bukan apa yang banyak orang berpikir. Kepuasan bukan berarti untung. Saudara seringkali mendengarkan orang berkata" untung yah saya hanya jatuh dari motor dan lukja-luka, dan tidak cedera otak. Untung, pesawatnya hanya delay dan tidak jatuh ke laut. Untung hanya dibates, atau hipertensi, bukan kanker. Atau untung, walaupun kanker, tetapi tidak sakit. Katanya, kalau kita selalu memikirkan bahwa keadaan kita tidak terlalu buruk, maka kita akan bisa menjadi puas. Atau kalau kita membandingkan keadaan kita dengan orang lain ternyata masih lebih baik, maka kita juga dapat merasa puas. Memang dengan cara itu kita masih dapat bersykur. Tetapi itu bukanlah konsep kepuasan yang Paulus ungkapkan dalam Fili 4:11. Konsep kepuasan Paulus ini jauh melampaui kepuasan “untung” tadi.

Lalu apa itu kepuasan?

Kepuasan adalah mengetahui bahwa saudara memiliki semua yang saudara butuhkan untuk situasi mu .

Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengatakan bahwa 1Ti 6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. Paulus mengatakan bahwa sebenarnya, asal ada makanan dan pakaian cukuplah (1 Tim 6:8). Artinya seseorang itu puas jika mengerti bahwa dirinya memiliki semua yang dibutuhkannya untuk situasinya. 1Ti 6:6 Memang agama memberikan keuntungan yang besar, kalau orang puas dengan apa yang dipunyainya.(IBIS). Yang membuat kita tidak merasa puas adalah keinginan, bukan kebutuhan. Kebutuhan tidaklah sebesar keinginan. Dalam 1 Tim 1:9 Paulus mengatakan asal ada makaan dan pakaian, cukuplah. Ketika kedua kebutuhan itu tersedia seharusnya sdr sudah harus puas. Kepuasan adalah mengetahui bahwa Anda memiliki semua yang Anda butuhkan untuk keadaan sekarang.

Dalam Filipi 4, kita tahu bahwa Paulus sudah di penjara di Roma sekitar dua tahun, dia dirantai ke seorang penjaga, dan perhatikan apa yang dikatakannya. Dia berkata, Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Dkl, ada saat-saat ketika aku kelimpahan dan ada saat-saat ketika aku lapar. Paulus tidalah mengatakan:" "Aku menyukai rasa lapar. Dia sama sekali tidak berkata begitu. Tapi apa yang ia katakan adalah ini: "Meskipun aku mungkin tidak menyukainya dan dan saya tidak bisa keluar dari penjara ini dan mengabarkan Injil lagi, tetapi aku tahu bahwa apa yang saya perlukan disediakan Allah. Dan saya merasa itu cukup. "Dalam Tuhan aku telah menjadi cukup untuk saat ini. Allah membuat saya cukup." Itulah yang Paulus hendak katakan dalam ayat 13, Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Itulah cara Paulus menggunakan kata di sini: , "Saya tidak suka berada di sel penjara ini, tapi aku tahu dengan kekuatan Kristus aku bisa menjalaninya.

Bagi sdr mungkin, sdr tidak menyukai penyakitmu, tidak suka dengan kondisi ekonomimu, tetapi dengan kekuatan Kristus yang tinggal dalam diri sdr, sdr bisa mengatasinya. Dan akan membuatmu merasa cukup, merasa puas dengan keadaanmu. Jadi apapun kondisi buruk yang sdr alami hari ini, jangan pernah berkata:' aku tidak bisa mengatasi kondisi ini. Tuhan akan memberimu kekuatan untuk mengatasi kondisi burukmu, Tuhan akan memberikan segala sesuatu yang sdr butuhkan dalam kondisi burukmu, sehingga sdr bisa bersyukur kepada Allah dan merasa puas dalam keadaan yang buruk itu.

Dimana kita bisa merasa puas? Kapan kita merasa puas?

Kepuasan tidak bergantung kepada situasi dan kondisi kita. kapanpun dan dalam keadaan apapun kita dapat merasa puas, baik itu dalam dalam kelimpahan maupun dalam kekurangan

Pada waktu Paulus menulis surat ini dia sedang berada di penjara, dirantai sebagai tahanan di penjara. Kalau sdr sedang berada di dalam pejara, kira-kira surat seperti apakah yang sdr akan tulis? Pasti ada banyak keluhana-keluhan, mengenai makanannya, mengenai perlakukan penjaga mengenai kebiasaan. Tetapi Paulus tidak menuliskan semua itu. Justru dia menuliskan tentang sukacita. Isi suratnya adalah tentang kepuasan. Rasa-rasanya tidak pernah ada orang yang berada dalam penjara dan kemudian menuliskan bahwa dia sangat puas ,

Memang penjara di Indoensia, ada yang bisa dibeli sehingga bisa ada Ac, bisa seperti kamar mewah. Namun tetap saja mereka yang dikurung dalam kamar mewah tidak akan betah di dalamnya.

Saudara saat ini tidak sedang berada dalam penjara, tetapi apakah saudara bisa mengatakan kalimat ini? Saya baik-baik saja, dimanapun saya berada, saya baik-baik saja, baik itu ketika ada menantu atau ketika menantunya sedang keluar rumah? Saya baik-baik saja, walaupun sekarang saya sedang sakit. Bisakah kita mengatakan seperti Paulus: Aku sangat bersukacita dalam Tuhan. Aku puas. Aku baik-baik saja? Paulus mengatakan : segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Segala perkara dapat dihadapi oleh Paulus. Dalam segala keadaan dia bisa menikmati kepuasan dan sukacita.

Orang yang sudah merasa puas dengan keadaannya adalah orang yang kaya dalam Kristus. Banyak orang kaya tidak puas dengan kondisinya. Kalau sekarang kita sudah merasa puas, maka kita adalah orang kaya, walaupun uang kita pas-pasan. Jadi tujuan ayat ini bukanlah untuk memberitahu bahwa saudara bisa kaya. Tujuan ayat ini adalah untuk memberi tahu bahwa saudara sudah kaya dalam Kristus, sehingga walaupun saudara tidak memiliki sepeser pun uang, saudara adalah orang yang kaya dalam Kristus. Paulus seolah-olah berkata kepada jemaat Filipi: Saya menghargai bahwa kalian memberiku barang, dan itu keren, tapi sebenarnya saya tidak benar-benar membutuhkannya. Karena aku baik-baik saja. Di sini aku di sel penjara tidak punya apa-apa, dan aku baik-baik saja. " Dia berkata, "Ada saat-saat memang saya memilikii kebutuhan tetapi saya baik-baik saja, aku puas selama masa-masa seperti itu. Ada juga saat-saat ketika saya diberi makanana yang banyak, saya juga merasa puas dengan kondisi itu. Jadi melalui pengalamannya. Dia berkata, "Aku telah belajar untuk puas keadaan apa pun. Segala perkara dapat kutanngung di dalam Dia yahg mmebeir kekuatana kepadaku.

Terkadang kita berpikir bahwa kepuasan adalah sesuatu yang Anda dapat pelajari saat anda tidak memiliki apa-apa. Kalau saya saat ini tidak memiliki banyak uang, maka saya harus belajar untuk menjadi puas. Itu memang benar. Pada saat kita kekurangan, kita mesti belajar untuk puas. Namun rasa puas ini bukan hanya bagi mereka yang kekurangan, tetapi ini juga dibutuhkan oleh mereka yang hidup dalam kelimpahan. Ada banyak orang kaya yang tidak pernah merasa puas dan punya ambisi untuk memiliki lebih dan lebih. Kita merasa kalau Tuhan memberikan kepada kita uang 2 kali lipat dari yang sekarang, maka kita akan merasa puas. Kenyataannya, ketika kita sudah diberi uang 2 kali lipat dari sekarang, ternyata tetap juga belum puas. Jadi kepuasan itu tidaklah bergantung kepada berapa banyak uang yang kita miliki. Kepuasan itu tidak lah bergantung dengan keadaan eksternal, melainkan berkaitan dengan di dalam hati. Kebahagiaan saudara sangat ditentukan oleh kepuasan dalam hati ini. Kebahagiaan sdr tidaklah ditentukan oleh jumlah uang yang sdr miliki. Ada banyak jutawan yang sengsara dan ada banyak orang miskin yang bahagia. Karena kebahagaain adalah berkiatan dengan rasa puas di dalam hati

Kepuasan tidak ada hubungannya dengan keadaan kita.

inilah intinya: Kepuasan tidak ada hubungannya dengan keadaan saudara. saudara mungkin berpikir, bahwa setelah saya mendapatkan pekerjaan ini, maka saya akan baik-baik. Atau, Setelah saya memiliki ini dan itu, memiliki kesehatan tubuh, atau memiliki anak yang baik, maka saya akan puas. Atau  Jika saya bisa memiliki rumah sendri maka saya akan bahagia. Itu saja yang saya inginkan. Mungkin ada banyak sekali keingian-keinginan dalam diri kita dan kita merasa kalau sudah memiliki keinginan-keinginan itu, maka kita akan meras puas. Kepuasan tidaklah ditemukan pada saat semua keinginan itu terpenuhi. Sebab akan muncul lagi keinginan-keinginan yang lebih besar. Tetapi kepuasan hanya akan ditemukan dalam Yesus Kristus saja.  Itulah konteks dari ayat ini. Paulus

Prinisp kepuasan ini seharusnya dinyatakan dalam hidup kita shari-hari. Kalau suami, anak atau menantu melakukan sesuatu yang buruk kepada Anda, tetaplah gembira. Ingat: Php 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Atau ketika kondisi ekonomi kita saat ini berada dalam kesulitan, katakanlah seperti Paulus. Tidak apa-apa. Php 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.Berapa banyak orang dalam dunia ii sanggup mengatakan tidak apa-apa ketika kondis ekonominya memburuk?

Milikilah sikap seperti paulus yang menashatkan Timotiu dengan mengatakan: asal ada makanan dan pakaian cukuplah ( 1 Tim 6:8). Hari ini kalau kita bisa makan, cukuplah, bersyukurlah. Ketika ada hal hal yang sulit saudara alami, tidak perlu stress, katakanlah: tidak apa-apa. Php 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Kalau hari ini saudara berada dalam kelimpahan, katakan juga aku puas. Bahkan kalaupun sedang berada dalam keadaan dukacita: katakan seperti Paulus: aku baik-baik saja. Php 4:13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Jadi kepuasaan itu kita bisa alami dalam keadaan apapun.

Bagaimana caranya agar dapat merasa puas?

Php 4:11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Php 4:11 Saya mengemukakan ini bukan karena saya berkekurangan, sebab saya sudah belajar merasa puas dengan apa yang ada. (IBIS).

Kalimat yang perlu diperhatikan adalah: "Belajar". Saya sudah belajar merasa puas. Paulus mencapai kepuasan seperti itu, bukan tiba-tiba, tetapi melalui belajar. "Hidup adalah sebuah sekolah. Hidup Ini adalah sebuah kelas. Melalui sebuah proses yang panjang dalam kesulitan hidup, saudara akan tiba pada satu titik, yakni merasa puas dengan keadaan diri sdr. Ini adalah suatu proses. Mungkin ini menjadi salah satu alasan terbesar mengapa Allah mengizinkan kesulitan-kesulitan ini datang ke dalam hidup kita, karena melalui proses itu, kita belajar tentang apa itu kepuasan.

Cara kedua untuk belajar puas adalah dengan memikirkan hal-hal yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. Php 4:8 . DKL, Kuasailah pikiran sdr. Mungkin sdr memiliki sangat banyak pikiran negatif dalam keadaanmu saat ini. Hal-hal negatif itu tidak ada gunanya. Itu hanya akan menyeretmu lebih jauh dan menghancurkan jiwa sdr. "Kita harus sangat berhati-hati jangan sampai pikiran kita diperbudak oleh proses berpikir negatif . Ketika saudara berjalan melalui lembah-lembah, Anda tidak perlu ditarik ke bawah lebih jauh lagi oleh pikiran negatifmu. Apa pun yang patut dipuji, yang mulia, yang suci, pikirkanlah semuanya itu.

Ketiga, bagaimana supaya menjadi puas? Dalam keadaan yang sulit, tetaplah menjadi seorang pemberi. Ketika kita memberi kepada orang lain, Allah akan menyuplai semua kebutuhan kita.

Paulus mengatakan bahwa dia telah menerima semua yang perlu dari pada jemaat Filipi, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. (19) Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus.Php 4:18-19.

Prinsip ayat ini adalah karena Anda seorang pemberi, maka anda akan diurus oleh Allah. Itu prinsip dalam Alkitab. Amsal 11:25 berkata, "Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum. Mazmur 37:25-26 Psa 37:25-26 Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; (26) tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.

Sang pemazmur mengatakan Aku sudah tua. Aku ingat ketika masih kecil saya punya cita-cita, tapi sekarang aku sudah tua, biarkan aku mengatakan sesuatu yang belum pernah kulihat. Orang-orang yang hidup benar hidup dan memberi dengan bebas, aku belum pernah melihat anak-anak mereka mengemis roti.  Aku belum pernah melihat anak-anak mereka kelaparan.

Itu sebabnya Paulus berkata: Saya mengasihi mu jemaat di Filipi yang sudah memberi ku sangat banyak. Saya mengasihimu bukan karena saya membutuhkan sesuatu. Saya Aku baik-baik saja tanpa kalian, tapi terima kasih atas pemberian itu, yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. Aku benar-benar bahagia untuk pemberianmu. Saya bahagia karena Anda seorang pemberi, Tuhan akan memenuhi setiap kebutuhan mu. (4:17)

Dalam keadaan ekonomi yang sulit, kita masih bisa memberi dan harus menjadi seorang pemberi. Kesulitan ekonomi jangan mencegah kita memberi kepada Tuhan dan kepada sesama. Bukan jumlahnya yang penting dalam pemberian itu, tetapi hatinya. Melalui pemberian, sdr akan belajar apa itu cukup, apa itu puas dan Tuhan akan menyuplai semua kebutuhan sdr.

Sama halnya ketika sakit. Sdr tidak perlu sampai terus terusan murung dengan penyakitmu. Hiburkanlah dan doakanlah orang lain yang juga sakit. Sdr akan disuplai kekuatan oleh Allah dalam kondisi sakitmu itu sehingga sdr pun akan merasa puas dalam keadaan sakit apapun itu.

Kamis, 21 Januari 2010

Disiplin

Setiap orang yang sedang dalam latihan, menahan diri dalam segala hal. Ia melakukan itu karena ia ingin dikalungi dengan karangan bunga kejuaraan, yaitu bunga yang segera akan layu. Tetapi kita ini menahan diri dalam segala hal karena kita ingin dikalungi dengan karangan bunga yang tidak akan layu. (1Co 9:25)

1Co 9:25 Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.

PENTINGNYA DISIPLIN

Bisahkah sdr menyebutkan dengan cepat, 5 orang yang sdr kenal yang benar-benar disiplin dalam hidupnya?

Kalau kita perhatikan, ada orang-orang yang sukses dalam banyak hal. Mereka sukses dalam karier, sukses dalam berumah tangga, sukses dalam pelayanan. Kesehatan tubuhnya juga baik. Jika kita teliti orang-orang seperti ini, maka kita akan menemukan ada sebuah kesamaan yang membuat mereka berhasil, yakni mereka disiplin.

Sebaliknya ada orang-orang yang serba gagal. Gagal dalam pekerjaan, gagal dalam berkeluarga, gagal dalam kesehatan. Dan kalau kita teliti orang –orang itu, maka ada juga sebuah kesamaan, yakni tidak mereka mengabaikan disiplin. Pasti ada yang berkata:’ yah..saya memang membiarkan segalanya merosot sih.........saya sering menunda-nuda pekerjaan, .........saya kalau bersenang-senang tidak tahu waktu berhenti,..........sampai mengabaikan pekerjaan. Saya kurang disiplin berolah raga sehingga saya sakit-sakitan. Kurang disiplin makan buah atau sayuran. ........Saya tidak melewatkan waktu bersama keluarga. Semua itu berakar oada kurangnya disiplin.

Tidak ada hal yang lebih penting dalam manajemen diri dibandingkan dengan kedisiplinan. Selain pentingnya menemukan arah dan tujuan hidup yang jelas, kedisiplinan merupakan syarat mutlak untuk mencapai impian kita atau melaksanakan misi hidup kita. Kita harus disiplin dalam mengembangkan diri kita (lifetime improvements) dalam segala aspek, kita harus disiplin dalam mengelola waktu dan uang kita, kita harus disiplin dalam melatih keterampilan kita dalam setiap bidang yang kita pilih. Kita seharusnya belajar banyak dari orang-orang luarbiasa dalam sejarah umat manusia.

Semua orang kagum pada Mark Spitz, bintang Olimpiade tahun 1972 di Munich, Jerman. Waktu itu ia berhasil memperoleh tujuh medali emas serta memecahkan tujuh rekor dunia baru dalam olah raga renang. Adakah rahasia di balik keberhasilannya?

Ketika ditanya tentang rahasia keberhasilannya, Mark Spitz mengatakan, ”We all love to win, but how many people love to train?” – Kita semua menyukai kemenangan, tetapi tidak banyak dari kita yang menyukai latihan dengan penuh kedisiplinan. Semua orang melihat Mark Spitz menerima medali emas dengan penuh kekaguman. Namun, adakah yang memperhatikan bagaimana Mark Spitz harus melalui kedisiplinan dalam latihan keras sejak pagi, siang, sore, bahkan malam hari. Ternyata untuk mencapai prestasi tersebut Mark Spitz harus melalui latihan keras secara disiplin hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun. Ia telah membayar terlebih dulu harga kesuksesannya.

Kita semua juga ingin memperoleh banyak kesuksesan dalam kehidupan kita. Tetapi maukah kita membayar terlebih dulu kesuksesan yang kita idam-idamkan itu? Karena untuk meraih kesuksesan kita dituntut untuk membangun sebuah kebiasaan, sebagaimana dikatakan oleh Aristoteles, seorang filsuf besar sepanjang zaman, bahwa kita adalah apa yang kita lakukan berulang-ulang (baca:secara disiplin).

Jadi, keunggulan bukanlah sebuah tindakan melainkan sebuah kebiasaan. Tidak ada cara lain untuk membangun sebuah kebiasaan kecuali melakukan sebuah tindakan secara terus-menerus berulang-ulang dengan disiplin. Melalui kedisiplinan kita dapat mengembangkan potensi dahsyat yang ada dalam diri kita. Kita harus menerapkan dan mempraktikkannya minimal dalam waktu 30 hari. Meskipun kadang-kadang perubahan atau manfaat dapat kita rasakan setelah beberapa hari mempraktikkannya, kita bisa memperoleh hasil yang lebih dahsyat setelah kita berhasil menjalankannya selama 90 hari. Setelah itu, kita bisa benar-benar merasakan manfaatnya.

Menurut John Maxwell, penulis buku Developing The Leader Within You, ada empat hal yang harus kita perhatikan untuk melakukan pengembangan diri secara disiplin sehingga dapat membangkitkan potensi dahsyat yang kita miliki. Empat hal tersebut adalah start with yourself – start early – start small – start now. Mulai dari diri sendiri – sesegera mungkin – sedikit demi sedikit – lakukan sekarang.

Kedisiplinan dalam pengembangan diri harus mulai dari diri kita sendiri. Ini berarti kita tidak bisa menyuruh orang lain melakukan latihan untuk kesuksesan kita. Contoh, untuk memperoleh medali emas olimpiade, Mark Spitz sendirilah yang harus berlatih – dia tidak bisa membayar orang lain untuk berlatih baginya.

Kedisiplinan harus dimulai lebih awal. Ini berarti kita harus segera memulai suatu kebiasaan baru tanpa menunggu keadaan menjadi sempurna. Kita bisa memulai latihan secara bertahap, sedikit demi sedikit. Yang terpenting adalah lakukan langkah pertama kita!

Kedisiplinan adalah syarat mutlak bagi setiap kita yang akan membangun sebuah kebiasaan baru. Setiap manusia baru akan memiliki sebuah kebiasaan baru ketika dia secara disiplin melakukan hal tersebut secara terus-menerus tidak pernah terputus selama sedikitnya 30 –90 hari.

Ketika menulis buku saya yang pertama, Self Management: 12 Langkah Manajemen Diri, saya sedang mengembangkan sebuah kebiasaan baru yang saya sebut dengan kebiasaan manusia milenium baru (Q Society). Sebuah kebiasaan yang didasarkan pada pengembangan kekuatan pikiran (mind power) untuk meningkatkan kesehatan fisik, emosi, mental, pikiran dan spiritual seseorang.

Saya menemukan banyak hal sulit ketika menjalankan program pribadi saya, di antaranya adalah disiplin diri. Anda bisa membayangkan kesulitan saya. Dulu, saya biasa tidur di atas jam 00:00 dan bangun pagi paling cepat pukul 08:00. Saya merasa nyaman dengan pola tidur saya seperti itu. Namun, saya harus mengubah zona kenyamanan saya dengan membiasakan diri tidur lebih awal dan bangun lebih awal (sekarang saya tidur sekitar pukul 21:00 dan bangun sekitar pukul 02:30 dinihari). Saya harus melawan rasa malas dan mengantuk saat saya bangun di pagi hari. Saya merasa seperti anak kecil yang disuruh melakukan hal yang tidak saya senangi. Tetapi itulah harga yang harus saya bayar untuk menjalani kehidupan sehat baik secara fisik, pikiran, dan spiritual.

Kata ‘disiplin’ atau ‘self-control’ berasal dari bahasa Yunani, dari akar kata yang berarti ”menggenggam” atau ”memegang erat”. Kata ini sesungguhnya menjelaskan orang yang bersedia menggenggam hidupnya dan mengendalikan seluruh bidang kehidupan yang membawanya kepada kesuksesan atau kegagalan.

Berikut saya mengutip tulisan John Maxwell tentang disiplin diri yang merupakan syarat utama bagi seorang pemimpin:

All great leaders have understood that their number one responsibility was for their own discipline and personal growth. If they could not lead themselves, they could not lead others. Leaders can never take others farther than they have gone themselves, for no one can travel without until he or she has first travel within. A leader can only grow when the leader is willing to ‘pay the price’ for it.

Apakah itu dispilin? Ada beberapa defenisi

Pertama, defisini dari DISIPLIN adalah kemampuan melalukan apa yang kamu TIDAK SUKA.

John Maxwell mendefinisikan ‘disiplin’ sebagai suatu pilihan dalam hidup untuk memperoleh apa yang kita inginkan dengan melakukan apa yang tidak kita inginkan. Setelah melakukan hal yang tidak kita inginkan selama beberapa waktu (antara 30 – 90 hari), ‘disiplin’ akhirnya menjadi suatu pilihan dalam hidup untuk memperoleh apa yang kita inginkan dengan melakukan apa yang ingin kita lakukan sekarang!! Saya

Dengan mencapai sebuah tingkat DISIPLIN maka kita berarti telah berhasil menguasai diri kita sendiri bisa membuat diri kita sendiri untuk melakukan hal-hal yang kita tidak suka.

Rupanya, secara alamiah kita cuma ingin melakukan hal-hal yang kita suka aja. Dan ini berbahaya [!!] untuk kita sendiri dan untuk orang lain.

makanya kita harus mengalahkan diri kita sendiri, kita harus berperang dengan diri kita sendiri supaya kita berhasil dan mau melakukan hal yang kita tidak suka tadi.

Lucunya, ketika kita melakukan hal yang tidak suka tadi, kita merasa jadi orang yang lebih baik, we feel better, karena kita telah MENANG! Kita telah berhasil mengalahkan diri sendiri, kita merasa lebih tinggi daripada mereka yang cuma bisa suka-suka melulu.

Dan ini berlaku di kehidupan kita, dilatih dari kita kecil hingga sekarang dalam berbagai bentuk dan format.

Bangun pagi ku terus mandi.

Berdo'a sebelum makan dan minum.

Menurut pada Ayah dan Ibu.

Pergi sekolah setiap hari.

Duduk manis di bangku kelas.

Mengerjakan PR [arrrrrrrgh!].

Baca alkitab

Ke gereja

Semuanya adalah bentuk latihan DISIPLIN dengan satu tujuan, membuat kita BIASA.

Ketika kita TIDAK BERPIKIR lagi ketika kita mengerjakan hal yang kita TIDAK SUKA maka, latihan DISIPLIN telah berhasil, dan apa yang kita tidak suka tadi telah menjadi KEBIASAAN.

Kita menjadi biasa, tanpa berpikir, mengerjakan hal yang kita tidak suka.

Rupanya, DISIPLIN memiliki kemampuan istimewa membuat kita berhenti berpikir dan menyelamatkan kita dari hidup cuma suka ria.

Kedua, defenisi kedua dari disiplin adalah kepuasan yang ditunda.

  • Anak makan nasi dengan kerupuk
  • Anak kerjakan PR dulu, kemudian baru boleh main
  • Disiplin saat teduh: 15 menit setiap hari: maka hari itu akan menjadi lebih baik
  • Memberikan waktu kepada anak VS melakukan hal yang menyenangkan diri sendiri
  • Disiplin olahraga: untuk sehat, langsing.
  • Disiplin makanan.
  • Disiplin belajar
  • Dsipilin latihan

Bagaimana menjalankan disiplin?

Dalam buku Developing the Leader Within You, John Maxwell menyatakan ada dua hal yang sangat sukar dilakukan seseorang. Pertama, melakukan hal-hal berdasarkan urutan kepentingannya (menetapkan prioritas). Kedua, secara terus-menerus melakukan hal-hal tersebut berdasarkan urutan kepentingan dengan disiplin.

Berikut beberapa hal yang perlu kita lakukan untuk meningkatkan disiplin diri:

· Pertama, Perlu ada keputusan dini. Misalnya, sdr menyadari bahwa untuk bertumbuh dalam kerohanian, maka sdr wajib melakukan 3 hal ini: ibadah setiap minggu, Bersaat teduh setiap hari, melayani Tuhan. Sdr kemudian memutuskan bahwa ketiga hal ini sudah harus dilakukan tanpa perlu dipertimbangkan lagi. Sdr tidak perlu lagi menanyakan pada hari sabtu pagi:”besok ke gereja enggak yah? Perlu menyeter weker enggak? Siapa yang kotbah? Bagaimana cuacanya? ENGGAK USAH DIPIKIRIN LAGI. Keputusan itu sudah final, hanya lakukan saja. ATAU ketika bangun pagi setiap hari. Tentukanlah waktunya. Misalnya sdr mau saat teduh setiap pagi. Bangun tidur langsung saat teduh, enggak melakukan hal yang lain.

  • Kedua, Kita membutuhkan teman-teman persekutuan untuk mengingatkan diri kita, karena pencobaan itu panas dan kemalasan itu hangat
  • Ketiga, Arahkanlah pikiran kita kepada hasilnya. Kalau kita mengingatkan diri bahwa hasil daripada disiplin ini sangat besar, maka kita pasti akan berusaha untuk mendisiplin diri. Disiplin tanpa imbalan tidak akan menarik. Setiap orang yang sedang dalam latihan, menahan diri dalam segala hal. Ia melakukan itu karena ia ingin dikalungi dengan karangan bunga kejuaraan, yaitu bunga yang segera akan layu. Tetapi kita ini menahan diri dalam segala hal karena kita ingin dikalungi dengan karangan bunga yang tidak akan layu. (1Co 9:25). Ada imbalan yang Paulus harapkan dalam menerapkan disiplin.

· Hasil dari disiplin rohaniah adalah kehidupan rohani yang stabil, matang, kepuasan

· Hasil dari disiplin menjalin hubungan adalah pernikahan yang berhasil

· Hasil daripada disiplin olahraga adalah: tubuh yang lebih sehat, daya tahan terhadap penyakit, lebih irit biaya pengobatan, dapat bekerja leboh efektif

· Hasil dari disiplin dalam bidang keuangan adalah bebas dari hutang dan memiliki tabungan

· Hasil dari disiplin membuat laporan dalam pekerjaan adalah pekerjaan lebih lancar, keuangan lebih terkontrol

Imbalan disiplin itu besar , tetapi TIDAK SECARA LANGSUNG. Hasil dari disiplin itu tidaklah instan. Dunia ini selalu menghendaki yang instan, mudah. Akibatnya disiplin tidaklah disukai, karena hasilnya lama dan tidak mudah.

  • Kerohanian yang dewasa tidak bisa dibangun dalam tempo semalam. Ini butuh waktu dan jalannya tidak mudah, yakni melalui disiplin.
  • Pernikahan, hubungan dengan anak tidak bisa dibangun dengan baik dengan cara yang instan dan mudah.
  • Rekening dalam tabungan tidak bisa di peroleh langsung dalam jumlah yang banyak dan dalam tempo yang singkat. Ini butuh waktu dan jalannya tidak mudah.
  • Prestasi di sekolah

Buat jadwal kegiatan secara tertulis

Buat jadwal kegiatan secara tertulis (tempel jadwal kegiatan saya di dinding depan meja kerja saya di rumah).

Lakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang kita buat, tetapi jangan terlalu kaku. Jika perlu, kita dapat mengubah jadwal tersebut sesuai dengan kondisi dan situasi.

Berusahalah untuk senantiasa disiplin dengan jadwal program kegiatan yang sudah kita susun sendiri. Sekali kita tidak disiplin atau menunda kegiatan tersebut, akan sulit bagi kita untuk kembali melakukannya.

Keempat, mulai dengan disiplin yang kecil-kecilan

Penjelasan paling baik untuk filosofi mengenai bagaimana membangun disiplin diri adalah analogi. Disiplin diri itu seperti otot. Semakin Anda melatihnya, semakin kuat Anda. Semakin Anda tidak melatihnya, semakin lemah Anda.

Diperlukan otot untuk membangun otot. Maka dari itu, untuk membangun disiplin diri, kita memerlukan disiplin diri.

Cara untuk membangun disiplin diri analoginya sama dengan melakukan angkat beban untuk membangun otot. Ini berarti mengangkat beban sampai mendekati batas kemampuan/kekuatan. Perhatikan ketika Anda mengangkat beban, Anda mengangkat beban yang mampu Anda angkat. Anda memaksa otot-otot Anda sampai Anda tidak kuat lagi dan kemudian beristirahat.

Hampir sama, metode dasar untuk membangun disiplin diri adalah menjalani tantangan yang mampu Anda selesaikan, tapi untuk menyelesaikannya Anda harus bersusah payah dan mengerahkan segenap tenaga/kekuatan. Ini bukan berarti mencoba melakukan sesuatu dan gagal melakukannya setiap hari. Ini juga bukan berarti Anda harus melakukan sesuatu yang dapat dengan mudah Anda lakukan. Anda tidak akan mendapatkan kekuatan dengan mengangkat beban yang tidak mampu Anda angkat dan Anda juga tidak akan mendapatkan kekuatan dengan mengangkat beban yang terlalu ringan. Anda harus memulai dengan beban/tantangan yang dapat Anda angkat/jalani, tapi untuk melakukan hal itu, Anda harus bersusah payah sampai mendekati batas kekuatan Anda.

Latihan progresif berarti sekali Anda sukses, Anda menaikkan tingkat tantangannya setingkat lebih tinggi. Jika Anda tetap mengangkat beban dengan berat yang sama setiap waktu, Anda tidak akan bertambah kuat. Demikian halnya, jika Anda gagal menantang diri Anda sendiri dalam kehidupan, Anda tidak akan mampu untuk berdisiplin diri.

Adalah suatu kesalahan untuk memaksa diri Anda terlalu keras saat Anda membangun disiplin diri. Jika Anda mencoba mengubah hidup Anda dalam semalam dengan menetapkan lusinan tujuan untuk diri Anda sendiri dan keesokan harinya Anda berharap bisa memulai melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan itu secara konsisten, Anda hampir pasti akan mengalami kegagalan. Hal itu sama seperti orang yang pergi ke tempat fitnes untuk pertama kalinya dan mencoba mengangkat beban tiga ratus kilogram. Anda hanya akan terlihat bodoh.

Jika Anda hanya mampu mengangkat sepuluh kilogram beban, Anda hanya bisa mengangkat sepuluh kilogram beban. Bukan sesuatu yang memalukan jika Anda memulai dari apa yang bisa Anda lakukan. Dengan latihan, Anda akan menjadi semakin kuat.

Sama halnya jika sekarang Anda sangat tidak disiplin, Anda masih dapat menggunakan sedikit disiplin yang Anda miliki untuk dilatih sehingga Anda dapat menjadi semakin disiplin. Semakin Anda disiplin, hidup Anda semakin mudah untuk dijalani. Tantangan yang pada mulanya terlihat mustahil bagi Anda untuk dijalani, akhirnya akan tampak seperti mainan anak-anak. Saat Anda semakin kuat, berat beban yang sama akan terasa semakin ringan.

Jangan bandingkan diri Anda dengan orang lain. Itu tidak akan menolong. Jika Anda berpikir bahwa Anda lemah, orang lain akan tampak lebih kuat. Sebaliknya, jika Anda berpikir bahwa Anda kuat, orang lain akan tampak lebih lemah. Tidak ada gunanya melakukan hal tersebut. Lihatlah kemampuan Anda sendiri dan bercita-citalah bahwa Anda akan semakin kuat saat Anda melatih diri. (t/Dian)

Untuk memperoleh semua hasil itu, JALANNYA TIDAK MUDAH. Imbalan disiplin ada di depan sdr. Imbalannya itu ada dalam jangkauan sdr. Imbalan itu bisa diraih asalkan sdr mau berusaha.

Bidang kehidupan manakah dari sdr yang membutuhkan disiplin? Kapankah anda akan mengambil langkah pertamanya?

Minggu, 10 Januari 2010

Apakah yang tidak boleh anda kejar dan yang boleh anda kejar? ( 1 Tim 6:9-11)


 

Oleh Yohannis Trisfant, MTh


 


 

 
 

 
 

Pertama, Janganlah mengejar kekayaan.


 

1Ti 6:9 Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan

 
 


 

Paulus tidak mengutuk orang kaya. Apa yang dikutuk adalah keinginan untuk menjadi kaya. Orang yang memiliki keinginan untuk menjadi kaya akan jatuh ke dalam pencobaan. Dosa ini tidak pernah berjalan sendirian.

Keinginan untuk kaya akan jatuh ke dalam keinginan-keinginan yang lain. Orang yang haus kekayaan umumnya juga merindukan kehormatan, popularitas, kekuasaan, kemudahan, kepuasan dari keinginan daging, dan sebagainya. "Mereka yang keinginan untuk menjadi kaya akan dibisiki dengan berbagai bisiskan jahat lainnya.

Orang-orang yang hatinya set pada kekayaan hanya mengalami kerugian. Dia akan mengalami keruntuhan dan kebinasaan. Mereka akan seperti orang yang kehilangan pijakan dan jatuh ke dalam pencobaan dan jerat yang tidak masuk akal dan menyakitkan dan berakhir kepada kehancuran. Karena akar segala kejahatan adalah cinta uang. (1Ti_6: 10.)

 
 

Rasul tidak mengatakan bahwa cinta uang adalah satu-satunya akar dari semua kejahatan yang ada, tetapi itu adalah salah satu akar dari kejahatan. Ada akar atau sumber-sumber lain yang memunculkan banyak kejahatan, misalnya, "kepahitan" (Heb_12: 15; cf. Juga Jas_1: 15). Tetapi ketamakan ini, memang, sebuah akar "dari semua kejahatan," atau "dari segala kejahatan." Cinta uang inilah Ini menyebabkan laki-laki dengan sangat banyak kambing domba dan lembu sapi dalam perumpamaan nabi Natan, mencuri mencuri satu domba orang miskin. Cinta uang inilah yang membuat seorang penguasa muda yang kaya raya enggan untuk berpaling kepada Kristus,. Cinta uang inilah yang membuat orang kaya yang bodoh menipu dirinya sendiri dengan berpikir bahwa semuanya baik-baik saja, padahal dia tidak tahu bahwa pada malam itu jiwanya akan diambil. Cinta uang ini pulalah yang membuat orang kaya dalam perumpamaan Tuhan Yesus mengabaikan Lazarus miskin. Cinta akan uang inilah yang membuat Yudas mengkhianati gurunya dan bunuh diri. Cinta akan uang inilah yang membuat Ananias dan Safira berbohong, dan membuat orang kaya dalam kitab Yakobus melakukan penindasan dan mengeksploitasi orang-orang yang bekerja untuk mereka.

 
 

Karena memburu uanglah begitu banyak terjadi kerusakan dalam rumah tangga, anak-anak diabaikan, banyak yang mati mendadak, terjadi penipuan, perceraian, , perampokan, , pembunuhan, dan perang. Keinginan untuk kaya dalam hati manusia berdosa ini telah menimbulkan "banyak kepedihan"

 
 

Paulus mengatakan bahwa : Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka. " Menyimpang dari iman" sama seperti planet-planet yang menyimpang dari orbit mengelilingi matahari. Penyimpangan sebuah plante dari orbitnya bisa berakibat fatal bagi planet tersebut.

Bintang, planet, dan bulan berputar pada sumbunya dan dalam sistemnya, dan alam semesta yang lebih besar bekerja secara teratur seperti pada roda gigi suatu mesin. Tata surya dan galaksi kita juga bergerak mengitari pusatnya masing-masing. Setiap tahun bumi dan tata surya bergerak 500 juta kilometer menjauhi posisi sebelumnya. Setelah dihitung, diketahui bahwa bila suatu benda langit menyimpang sedikit saja dari orbitnya, hal ini akan menyebabkan hancurnya sistem tersebut. Misalnya, marilah kita lihat apa yang akan terjadi bila orbit bumi menyimpang 3 mm lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.

 
 

"Selagi berotasi mengitari matahari, bumi mengikuti orbit yang berdeviasi sebesar 2,8 mm dari lintasannya yang benar setiap 29 km. Orbit yang diikuti bumi tidak pernah berubah karena penyimpangan sebesar 3 mm akan menyebabkan kehancuran yang hebat. Andaikan penyimpangan orbit adalah 2,5 mm, dan bukan 2,8 mm, orbit bumi akan menjadi sangat luas dan kita semua akan membeku. Andaikan penyimpangan orbit adalah 3,1 mm, kita akan hangus dan mati." (Bilim ve Teknik, Juli 1983).

Hal yang sama akan terjadi bila seseorang memburu uang. Dia akan menyimpang dari orbit imannya. Dan itu akan menyebabkan kehancuran diri dia. Sebelum dia hancur, dia menyiksa dirinya dengan berbagai bagai duka, seperti kebosanan, ketidakpuasan, kesedihan, iri hati, kebencian dan kematian. Dalam saku orang kaya yang yang bunuh diri ditemukan $ 30.000 dan ada surta yang bunyinya seperti ini:" "Aku telah menemukan selama hidup saya bahwa tumpukan uang tidak membawa kebahagiaan. Saya membunuh diri karena saya tidak dapat lagi menahan kesendirian dan kebosanan. Ketika saya seorang pekerja biasa di New York, saya merasa bahagia. Sekarang ketika saya memiliki jutaan , saya jauh lebih sering merasa sedih dan lebh suka mati. (Dikutip oleh WA Maier, For Better Tidak Untuk Lebih buruk lagi, hal 223).

 
 

1Ti 6:11 Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.

 
 

Jauhilah ambisi mengejar kekayaan.

Timotius didorong untuk menjauh dari hal-hal tadi , yakni mengejar kekayaan. Sebaliknya, Paulus mendorong Timotius untuk mengejar keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan. Hal inilah yang seharusnya dikejar oleh dia sebagai "hamba Allah." Setiap orang percaya hamba Allah. Dan sebagai hamba Allah, maka kita ahrus hidup sesuai dengan status kita dan seharusnya mengarah kepada kesalehan. Status kita adalah manusia Allah, hamba Allah dan bukan hamba Uang. Manusia Allah bukanlah mengejar uang tetapi mengejar keadilan, ibdaha, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.


 

Kata mengejar ini memiliki makna yang kuat. Mengejar memiliki makna berlari cepat, mencari dengan bersemangat dan sungguh-sungguh. Mengejar sampai ada sesuatu yang diperoleh; tidak pernah menyerah sampai telah mencapai tujuan kami. Hal-hal yang dikejar seperti itu adalah keadilan atau kebenaran. Ini berarti berarti benar dengan Tuhan. Ini adalah memiliki hati yang benar dengan Allah . Kebenaran berarti melakukan yang benar, yaitu, hidup persis seperti yang Allah inginkan kita jalani. Secara sederhana, orang yang benar adalah orang yang hidup benar, yang melakukan kewajibannya baik kepada Allah dan kepada manusia. Dia melakukan apa yang harus ia lakukan. Dia hidup dalam kehidupan yang benar, berjalan dengan benar di hadapan Allah dan manusia hari ke hari. Akibatnya, ia bebas dari rasa bersalah dan memiliki hati nurani yang bebas dari rasa bersalah. Kalau sdr bekerja mencari uang, lakukanlah di dalam kebenaran dan keadilan. Sdr betul-betul bebas dari rasa bersalah. Sdr dapat mempertanggungjawabkan ambisimu dihadapan Allah dan manusia. Sdr dapat mempertanggungjawabkan cara usahamu dihadapan Allah dan manusia. Sdr betul-betul hidup dalam kehidupan yang benar dalam segala usahamu dan pekerjaanmu.

 
 

Hal kedua yang perlu dikejar adalah, ibadah. Terjemahan yang lebih tepat adalah kesalehan. Jika kita hidup mengejar kebenaran, maka hasilnya adalah sebuah kehidupan yang saleh. Kesalehan berarti hidup dalam hormat dan takut akan Allah. Kita betul-betul sadar akan kehadiran Allah. Kesalehan berarti sama seperti Allah. Ini berarti kita berusaha untuk menjadi seperti Allah, berusaha memiliki juga karakter, sifat, dan perilaku Allah. Manusia Allah yang mengejar kesalehan, akan berusaha dengan sungguh-sungguh hidup serupa dengan Kristus.

Hal ketiga yang dikejar adalah pistis. . Dalam bahasa Yunaninya adalah iman. T Iman bisa berarti percaya dan bisa berarti setia. Manusia Allah mengejar iman, yang berartu belajar mempercayai Tuhan lebih dan lebih lagi. Bergantung kepada Allah dalam segala kebutuhan kita termasuk pekerjaan kitalah yang perlu kita lakukan. Mengejar kekayaan, atau mencontai kekayaan membuat kita tidak lagi bergantung kepada Allah. Ambisi dan kebergantungan kepada Allah tidak bisa berjalan bersama-sama. Tuhan ingin kita setia kepadanya dan bergantung kepadaNya.

 
 

Hal selanjutnya yang perlu dikejar adalah kasih kepada Allah dan kepada sesama (" (1Ti_1:5, 1Ti_1:14; 1Ti_2:15; 1Ti_4:12; 2Ti_1:7, 2Ti_1:13; 2Ti_2:22; 2Ti_3:10; Tit_2:2; cf. 1Th_3:12). Kesebaran dan kelemahlembutan.

 
 

Mengejar kelemahlembutan. Kelemahlembutan artinya menjadi lembut, , rendah hati, , perhatian. Kelemahlembutan memiliki keadaan pikiran yang rendah hati. Tapi ini tidak berarti orang tersebut lemah, pengecut. Hanya orang yang lemah lembut dapat mengasihi dan mencintai perdamaian. Karena itu, orang yang lemah lembut berjalan dengan rendah hati tanpa memandang status dan keadaan orang lain. Orang yang lemah lembut bergaul dengan orang miskin. Dia berkeinginan Dia keinginan untuk menjadi teman bagi semua orang dan untuk membantu semua sebisa mungkin. Jika seseorang menderita, kelemahlembutan dan melakukan langkah-langkah apa yang bisa untuk membantu. Jika ada kejahatan yang dilakukan, kelemahlembutan melakukan apa yang bisa dilakukannya untuk menghentikan kejahatan tersebut dan memperbaikinya.

 
 

Kelemahlembutan memiliki pengendalian diri yang kuat. Orang yang lemah lembut dapat menguasai nafsunya. Dia tidak membiarkan dirinya menjadi sakit hati, membalas dendam. Orang yang lemah lembut berarti dia telah mati untuk dirinya sendiri, untuk keinginan dagingnya , dan ia melakukan hal yang benar-persis apa yang Tuhan ingin lakukan.

 
 

Sikap yang lemah lembut seperti ini sangat bertentangan dengan sifat yang penuh kedagiingan. Sifat ini bertentangan dengan orang yang cinta uang. Jika sdr hari ini membutuhkan uang, maka janganlah mengejarnya dengan penuh nafsu. Bekerjalah tanpa diibakar oleh cinta uang. Rajinlah bekerja tanpa menyimpang dari iman. Lakukanlah pekerjaan atau usaha saudara di dalam kebenaran , kesalehan, iman, kasih, kesabaran dan kelembutan. Bekerjalah dengan cara-cara yang benar, dengan bergantung kepada Allah, denga kasih dan kesabaran dan dalam sebuah sikap yang mampu mengendalikan diri dan segala hawa nafsu saudara. Ingatlah apa yang dikatakan oleh Paulus dalam 1Ti 6:7-8 Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

 
 

Jika pada hari ini saudara sudah diberikan oleh Tuhan kekayaan, maka pakailah kekayaanmu itu di dalam kebenaran , kesalehan, iman, kasih, kesabaran dan kelembutan. Jangan memakainya untuk mencelakakan orang, untuk menghia orang lain, untuk menyombongkan diri, atau untuk memuaskan ahwa nafsu. Pakailah untuk dengan benar dan bertanggungjawab dihadapan Tuhan. Pakailah uang saudara di dalam kesalehan dna menjadi berkat bagi orang lain juga. Jangan mengandalkan uangmu untuk menjalani hidup. Firman Tuhan mengatakan bahwa dalam Luk 12:15 : "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."

 
 

Didaerah Ufa, hiduplah seorang petani bernama Ilyas.

  • Ayahnya meninggal du ia ketika Ilyas baru setahun menikah.
  • Ilyas mendapatkan sedikit warisan: 7 ekor kuda betina, 2 ekor sapi dan 20 ekor kambing
  • Namun Ilyas adalah seorang petani ulet. Lambat laun hartanya bertambah
  • Ia dan istrinya bekerja dari pagi sampai sore, bangun lebih awal dan tidur lebih lambat dari orang lain.
  • Setiap tahun dia bertambah kaya
  • Ilyas hidup makmur selama 35 tahun.dan mendapatkan sangat banyak keuntungan.
  • Kini dia telah memiliki 200 ekor kuda, 150 ekor sapi dan 1000 ekor kambing
  • Buruh-buruh lelaki menggembalakan ternaknya sementara buruh-buruh wanita memerah susu kuda dan sapi
  • Singkatnya, Ilyas memiliki segalanya dan itu membuat iri hati banyak orang
  • Ilyas angat baik hati, setia tamu yang datang dari jauh, dia menyuguhkan, gulai kambing dan susu kuda, teh.

Ilyas memiliki 2 anak lelaki dan seorang anak perempuan.

  • semuanya telah menikah.
  • Ketika Ilyas masih miskin, anak-anak lelakinya membantunya mengawasi ternah, tetapi setelah ia kaya, anak-anaknuya berbuat semaunya, bahkan salah satu anaknya mulai mabuk-mabukan
  • Anak sulungnya tewas dalam sebuah keributan
  • Anaknya yang lain menikahi seorang perempuan yang sombong dan mulai membangkang pada ayahnya
  • Akhirnya ia diusir dari keluargnya

sejak peristiwa itu, kesehatan Ilyas mulai memburuk

* Kambing-kambingnya diserang penyakit dan banyak yang mati

* paceklik membuat membuat keadaan makin parah

* Ternaknya banyak yang mati kelaparan

* Kian lama dia kian bertambah miskin

* pada usia 70 tahun, terpaksa dia menjual semua harta miliknya, termasuk ternaknya

* ilyas betul-betul terpuruk dalam kemiskinan, tidak ada yang tersisa di masa tuanya,

sehingga dia dan istrinya harus hidup menumpang dan bekerja untuk orang lain

Seorang tetangganya, Madsyah , merasa kasihan kepada kedua orang tua ini

  • Tetangganya ini bukanlah orang yang terlalu kaya, namun dia hidup berkecukupan dan wataknya baik
  • Dia teringat akan kebaikan-kebaikan Ilyas pada masa lalu dan dia ingin membantu ilyas dan istrinya
  • Dia mengatakan," tinggallah bersamaku ilyas. Bawalah istrimu, bekerjalah di kebunku dan rawatlah ternakku
  • Saya akan mencukupi kebutuhan hidup kalian

ilyas sangat berterimah kasih atas tawaran tetangganya itu. Keduanya pun tinggal dan bekerja di rumha tetangganya itu

  • Pada mulanya memang teras asulit bagi Ilyas tinggal di rumah tetangganya, namun lama-kelamaan mereka terbiasa, karena tetangganya itu baik hati
  • Tetangganya ini merasa ikut sedih dengan kemalangan yang menimpa Ilyas dan istrinya

Pada suatu hari, ada banyak tamu di rumah bapak Madsyah dan mereka dijamu

  • Bapak Madsyah memperkenal Ilyas kepada mereka dan dengan bisik-bisik dia mengatakan bahwa dahulu , Ilyas adalah orang yang sagat kaya
  • tamunya mengatakan, " kami pernah mendengar namanya, sangat terkenal
  • tamu-tamunya snagat terkejut bahwa orang yang paling kaya, sekrang jatuh miskin dan sekarang bekerja dan hidup di rumah Madsyah
  • Tamunya berkata, " hidup memang seperti roda kadang diatas, kadang dibawah. Pasti Ilyas sangat sedih sekarang
  • temannya mengatakan,": belum tentu. Coba kita tanya dia
  • Lalu Ilyas pun dipanggil dan bercakap-cakap
  • seorang tamu berkata," pasti kamu sedih dan terkenang dengan masa lalumu yang hebat. Betapa malang nasibmu
  • Ilyas tersenyum dan berkata," Jika aku yang berkata kepadamu tentang kebahagiaan dan ketidakbahgaiaan, kamu pasti tidak percaya. Lebih baik tanya istriku
  • Kemudian istrinya berkata, " selama 50 tahun kami mencari kebahagiaan dan gagal menemukannya. Kini pada tahun kedua kami hidup sebagai orang upahan, kami justru menemukan kebahagiaan sejati dan tidak memerlukan apapu lagi

Tamu-tamunya keheranan akan jawaban itu, begitu pula Mdsyah.

  • Tamunya heran dan bertanya, " apa yang membuatmu berbahagia?

Isti Ilyas menjawab: ketika kami kaya raya, kami tak pernah merasakan kebahagiaan

  • Tak ada waktu untuk bercakap-cakap, tak ada waktu untuk bepikir ttg jiwa kami, tak ada waktu untuk berdoa pada Tuhan
  • Kami punya snagat banyak kecemasan
  • Kalau kedatangan tamu, kami cemas tak bisa menjamu mereka dengan baik
  • Kami cemas tidak bisa memperlakukan pekerja dengan baik
  • Jika hendak tidur, kami cemas, takut jangan-jangan ternak kami dimakan oleh binatang buas
  • Tidur kami tidak nyenyak
  • Kecemasan yang satu berganti dengan kecemasan yang lain
  • Kami sering bertengkar. Suamiku berpendapat begini, saya berpendapat begitu
  • Kami jauh dari Tuhan dan tidak merasakan kebahagiaan. Kami sibuk dan cemas

Lalu sekarang bagaimana?

  • Kini kami bangun pagi berasama dan berbicara dari hati ke hati, kami tak pernah lagi bertengkar, karena tak ada lagu yang perlu dicemaskan
  • Kami hanya perlu melayani majikan kami dengan baik untuk membuat majikan kami senang dan makanan tersedia buat kami
  • Jika kami kedinginan, ada selimut, dan selalu ada makanan buat kamiu
  • Dan hal yang paling penting adalah kami banyak waktu untuk berpikir tentang jiawa kami dan berdoa kepada Tuhan, lebih dekat dengan Tuhan
  • Kami menemukan kebahagiaan sejati setelah lima puluh tahun mencarinya

Tamu-tamunya tertawa, namun Ilyas menjawab, :jangan tertawa. Ini bukan lelucon, tetapi inilah kehidupan.

  • Kami dahulu begitu bodoh dan menangis ketika kehilangan kekayaan, tetapi Tuhan membukakan kebenaran buat kami
  • Bahwa sebenarnya kebahgaiaan itu adalah ketika kita lebih dekat kepada Tuhan

Tamu-tamu yang mendengarkan perkataan itu berhenti tertawa dan ada yang berkata:' betapa bijaknya perkataan itu

Janganlah memburu memburu uang, TETAPI kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan.