DARI PARA RASUL KE KONSILI NICEA (100–325)
Abad ini adalah abad dimana
terjadi penganiayaan yang besar bagi
orang orang kristen. Gereja mengalami masa masa penganiayaan yang hebat, dimana
kata Tertulian, “darah para martir menjadi benih bagi gereja”. walaupun gereja
pada masa ini miskin di dalam harta milik dan status sosial, tetapi kaya dalam
anugerah. Mereka dibenci , diniaya namun mereka setia kepada Kristus. Perkembangan gereja di abad abad ini
tidak terlepas dari peran bapa bapa gereja yang mempetahankan kebenaran kristen
dan tetap setia mengikuti Kristus sampai
mati. Bapa bapa gereja ini antara lain
Polikarpus (ca. 70
–155/167 AD)
Ia
menjadi Uskup Smyrna untuk masa yang cukup lama. Jemaat Kristiani mengenalnya
sebagai seorang gembala umat yang kudus serta pemberani. Ia hidup pada masa setelah wafat para rasul,
ketika bermacam-macam interpretasi ajaran Yesus diajarkan. Peranannya adalah
dengan menegaskan ajaran y benar yang
didapatkannya dari Rasul Yohanes. Ada cerita yang mengisahkan bahwa ia terlibat
dalam perdebatan dengan Marcion, yang ia juluki "Anak sulung setan".
Ajaran-ajaran para rasul yang ditampilkannya telah membuat beberapa pengikut
Marcion bertobat.
Pada masa itu, umat Kristen mengalami penganiayaan serta pembantaian dalam masa pemerintahan Kaisar Markus Aurelius. Polikarpus juga tidak terkecuali. Dia ditangkap dan disuruh menyangkali Kristus, namun Polikaprus mengatakan kalimat terakhirnya yang terkenal, "Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja [Kristus] yang telah menyelamatkanku?"
Pada masa itu, umat Kristen mengalami penganiayaan serta pembantaian dalam masa pemerintahan Kaisar Markus Aurelius. Polikarpus juga tidak terkecuali. Dia ditangkap dan disuruh menyangkali Kristus, namun Polikaprus mengatakan kalimat terakhirnya yang terkenal, "Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja [Kristus] yang telah menyelamatkanku?"
Itulah peranan Polikarpus: saksi yang setia. Para pemimpin yang muncul kemudian hari mengadakan pendekatan-pendekatan kreatif untuk mengubah keadaan, namun pada zaman Polikarpus, yang dibutuhkan hanyalah kesetiaan. Ia setia sampai mati.
Ketika ia diancam akan dibakar, Polikarpus menjawab, "Apimu akan membakar hanya satu jam lamanya, kemudian akan padam, namun api penghakiman yang akan datang adalah abadi."
Kisah kematian Polikarpus sbg martier ini tersebar ke jemaat-jemaat di seluruh kekaisaran. Gereja menyimpan laporan-laporan semacam itu dan mulai memperingati hari-hari kelahiran serta kematian para martir. Dalam kurun waktu satu setengah abad berikutnya, ratusan martir menuju kematian mereka dengan setia, dan banyak di antara mereka maju dengan semangat. Inilah yg menjadi benih dari penyebaran kekrirtsnen dgn cepat di tahun 100-300 ini
Bapa Gereja yang lain adalah
Yustinus Martir ca. (114 – 165 AD) adalah Yustinus menjadi salah seorang
apologist Kristen pertama, yang menjelaskan imannya sebagai sistem yang masuk
akal. Bersama-sama penulis lain, seperti Origenes dan Tertullianus, ia
menafsirkan kekristenan dalam istilah-istilah yang mudah dikenal orang-orang
Yunani dan Romawi terpelajar pada masa itu.
Karya tulis Yustinus, The Apology, ditujukan pada Kaisar Antoninus Pius
(dalam bahasa Yunani berjudul Apologia, yaitu suatu kata yang mengacu pada
logika yang menjadi dasar kepercayaan seseorang). Ketika Yustinus menjelaskan
dan mempertahankan keyakinannya, ia juga menyinggung bahwa penyiksaan yang
dilakukan penguasa Romawi terhadap orang-orang Kristen adalah salah.
Sebaliknya, mereka seharusnya bergabung dengan orang Kristen untuk mmnunjukkan
kepalsuan sistem penyembahan dewa-dewa.
Di samping menulis, Yustinus
mengadakan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanannya ia selalu
berargumentasi tentang iman yang diyakininya.
Di Efesus, ia bertemu dengan Tryfo. Di Roma, ia bertemu Marcion,
pemimpin Gnostik. Pada suatu perjalanannya ke Roma, ia pernah bersikap tidak
ramah terhadap seseorang yang bernama Crescens, seorang Cynic. Ketika Yustinus
kembali ke Roma pada tahun 165, Crescens mengadukannya kepada penguasa atas
tuduhan memfitnah. Yustinus pun ditangkap, disiksa dan akhirnya dipenggal
kepalanya bersama-sama enam orang percaya lainnya. Ia pernah menulis,
"Anda dapat membunuh kami, tetapi sesungguhnya tidak dapat mencelakakan
kami." Keyakinan ini ia pegang sampai mati. Dengan demikian ia telah
meraih nama yang disandangnya sepanjang masa: Yustinus Martir. Setelah kematiannya, filsuf yang terkemuka
itu menjadi terkenal sebagai Yustinus Martir. Teladannya yang sangat baik
menjadi inspirasi bagi orang-orang Kristen di kemudian hari yang bersedia mati
sebagai martir oleh karena mereka memilih untuk mengikut Yesus-orang Nazaret
yang dianggap hina.
Ireneus (
130–202 AD)
Konteks hidup Ireneus
diwarnai oleh beragam penganiayaan terhadap orang Kristen dan ajaran sesat.
Ajaran sesat yang berkembang pesat pada waktu itu adalah gnostisisme.
Gnostisisme merupakan gerakan keagamaan yang bersifat sinkretis. Aliran ini
berusaha mengawinkan pola pemikiran filsafat Barat dengan agama-agama Timur.
Unsur dasariah gnostisisme adalah dualisme. Mereka mengajarkan bahwa
keselamatan dapat dica pai oleh manusia jika unsur rohani dibebaskan dari unsur
materi yang jahat. Ketika ajaran gnostis mulai meresahkan iman umat, maka
Ireneus berusaha dengan gigih untuk membendung ajaran-ajaran sesat tersebut
dengan memaparkan ajaran iman yang benar. Irenaeus, adalah seorang penentang Gnostisisme
pada akhir abad kedua. Perdagangan yang
lancar antara Asia Kecil dan Gaul (Perancis) memberi peluang bagi orang-orang
Kristen untuk membawa agamanya ke Perancis, tempat mereka mendirikan sebuah
gereja yang tangguh di kota Lyons. Sebagai imam di Lyons, Irenaeus hidup sesuai
namanya, yang artinya 'damai', Ketika itu terdapat banyak orang yang telah
menganut Gnostisisme di Perancis. Penyebaran aliran ini sangat pesat karena
kaum Gnostis menggunakan istilah orang-orang Kristen, namun berbeda secara radikal. Setelah uskup Lyons itu mempelajari ajaran
sesat itu, ia menulis Against Heresies, suatu karya besar yang membeberkan
kebodohan "ajaran yang secara keliru disebut Gnostik". Dalam bukunya Against Heresies, Irenaeus
menetapkan standar bagi teologi gereja. Semua kebenaran yang kita butuhkan
sudah tercantum dalam Alkitab. Ia juga membuktikan bahwa dirinya adalah seorang
teolog terbesar semenjak Rasul Paulus. Argumentasinya yang tersebar luas
merupakan pukulan besar bagi aliran Gnostik pada masanya.
Gereja pada masa ini
bertumbuh bukan hanya dalam jumah tetapi juga di dalam mempertahankan ajaran
yang sehat. Walaupun ada ajaran sesat seperti Gnositisme, namun gereja
dilindungi melalui engajrn pengajaran dari bapa bapa gereja pada masa itu.
Tertulianus ( 155–230 AD )
Quintus Septimius Florens Tertullianus, atau
Tertulianus, (155–230) adalah seorang pemimpin gereja dan penghasil banyak
tulisan selama masa awal Kekristenan. ia menjadi pembela kristen yang fanatik. Ia digelari
"Bapak Teologi Latin" atau "Bapak Gereja Latin". Ia
memperkenalkan istilah "Trinitas" Ketika orang-orang Kristen Yunani
masih bertengkar tentang keilahian Kristus serta hubungan-Nya dengan Bapa,
Tertullianus sudah berupaya menyatukan kepercayaan itu dan menjelaskan posisi
ortodoks. Maka, ia pun merintis formula yang sampai hari ini masih kita pegang:
Allah adalah satu hakikat yang terdiri dari tiga pribadi.
Origenes ( 182
– 251 AD)
Pada awalnya, kekristenan
dianggap sebagai agama orang-orang miskin dan tidak terpelajar, dan memang
banyak penganutnya datang dari kalangan rendah, tetapi menjelang abad ketiga,
cendekiawan terhebat pada masa itu adalah seorang Kristen. Baik kafir, penganut ajaran sesat maupun orang
Kristen, semuanya mengagumi Origenes. Ia mempunyai pengetahuan luas dan ilmu
yang tinggi. Origenes menjalani
kehidupan asketis, menghabiskan waktunya pada malam hari dengan belajar dan
berdoa, serta tidur di lantai tanpa alas. Ia bahkan mengikuti Matius 19:12 secara
harfiah; mengebiri dirinya untuk mencegah godaan jasmani. Origenes berhasrat
setia pada gereja dan membawa kehormatan bagi nama Kristus. Sebagai seorang
penulis yang sangat produktif Origenes dapat membuat tujuh sekretarisnya sibuk
dengan dikteannya. Ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya, termasuk
tafsiran-tafsiran atas setiap buku dalam Alkitab serta ratusan khotbah.
Di masa Decius, Origenes
dipenjarakan, disiksa dan akan dihukum mati pada tiang. Tetapi hukurnan itu
tidak terlaksana karena kaisar telah meninggal dunia. Namun Origenes jatuh
sakit kemudian meninggal sekitar tahun
251.
Para pemimpin pemimpin
gereja di abada ini adalah orang orang yang bersedia berkorban bagi Kristus dan
juga orang orang yang memiliki pemikiran pemikiran yang hebat. Inilah yang menjadi salah satu faktor yang pendukung kebangunan gereja pada abad tersebut . Julah
emakin bertambah dan pemahman teologi juga semakin berkembang.
Menginjak pertengahan abad
ketiga ini, penganiayaan besar-besaran terhadap orang percaya juga terjadi,
suatu misal pada tahun 249 ketika Kaisar Decius naik tahta, kaisar ini
mengadakan penganiayaan terhadap orang Percaya secara universal, dan
penganiayaan ini dilanjutkan oleh Kaisar Valerianus (253-260). Dalam
penganiayaan ini, orang percaya dipaksa mempersembahkan korban kepada patung
kaisar sebagai "Tuhan dan Illah", para rohaniwan harus dikejar dan
dibunuh, harta benda Gereja harus disita. Dan baru setelah anak Valerianus naik
tahta dan berdiri sebagai Kaisar, maka penganiayaan terhadap orang Kristen
dihentikan. Dengan berhentinya penganiayaan ini Gereja berkembang secara luar
biasa, namun akibat penganiayaan itu telah mengakibatkan krisis besar di dalam
Gereja. Mereka yang pada saat penganiayaan itu mau dengan rela mempersembahkan
korban pada patung kaisar, selalu dipertanyakan. Ada yang memperbolehkan masuk
Gereja kembali, dan ada yang tidak memperbolehkan serta orang-orang ini disebut
sebagai kaum "Lapsi".