Jumat, 26 September 2014

Doa Bapa Kami: karena itu berdoalah demikian (Matius 6:9)

DOA BAPA KAMI: Karena itu berdoalah demikian (matius 6:9)
ini merupakan pengantar dari Doa Bapa Kami yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam kotbah di bukit.Doa Bapa kami ini diberikan untuk menjadi pola dari semua doa doa yang kita sampaikan kepada Tuhan. Bagaimanakah pola doa Bapa kami ini? pada hari ini, kita akan melihat secara sepintas pola Doa Bapa kami.

Allah disebut dipanggil sebagai Bapa. Memanggil Allah sebagai Bapa adalah sesuatu hal yang mengejutkan murid murid Tuhan Yesus. sebab, bagi bangsa Yahudi, mereka tidak memanggil Allah sebagai Bapa. Mereka tidak akan berani melakukan itu. Tetapi sekarang Tuhan Yesus mengajarkan mereka untuk memanggil Allah dengan sebutan Bapa. Dengan kata lain, murid murid dan kita diajarkan untuk datang ke hadirat Allah dengan sebuah konsep bahwa kita adalah anak-anak Allah dalam keluarga Allah . Pada saat kita berdoa, kita sedang datang da mencari kasih dari Bapa. Bukan hanya itu, Bapa yang kepadanya kita sampaikan doa kita adalah Bapa yang berdiam di sorga. artinya adalah Bapa itu memiliki kedaulatan , mandiri, Allah transendent. Kedua hal ini digabungkan dalam doa Bapa kami, yakni Allah yang dekat dengan kita, mengasihi kita seperti bapa yang dekat dengan anaknya dan Allah yang jauh dari kita, yang berdiam di sorga.

setelah itu, ada tiga permintaan yang berpusatkan kepada Allah. Ketiga permintaan ini, adalah sikap yang menyatakan bahwa si pendoa mengasihi Allah dengan segenap hati segenap jiwa dan segenap kekuatan (matius 22:37,38).

Permintaan pertama, adalah dikuduskanlah namaMu. Nama dalam Alkitab berarti pribadi, dan menguduskan nama Allah berarti mengakui Allah itu kudus melalui sikap yang hormat dan taat.

Permintaan kedua, adalah datanglah kerajaanMu. Kerajaan berarti Kuasa pemerintahanNya. Berdoa agar kerajaanNya datang adalah sebuah seruan agar ketuhananNya terlihat (menjadi nyata) dan ditaati dan anugerah keselamatannya dialami oleh semua manusia, sampai Kristus datang kembali dan membuat segala sesuatunya menjadi baru.
Permintaan ketiga " jadilah kehendakMu ", berarti bahwa semua perintah dan maksudNya secara sempurna tergenapi.

ALLAH TERLEBIH DAHULU, SETELAH ITU MANUSIA.

setelah tiga permintaan yang berpusatkan kepada Allah ini disampaikan, maka bagian kedua dari doa ini adalah permintaan yang berpusatkan kepada manusia. Mengapa permintaan yang berpusatkan Allah terlebih dahulu diucapkan? Hal ini mengingatkan kita bahwa permintaan atau doa kita adalah untuk meninggikan Allah dan untuk kemuliaan Allah. semangat dalam doa bukanlah untuk menundukkan kehendak Allah kepada kehendak kita. sebaliknya, adalah untuk menundukkan kehendak kita kepada kehendak Allah. Permintaan yang berpusatkan kepada manusia ini adalah meminta roti, meminta ampun, dan dilindungi dari pencobaan. semua kebutuhan kebutuhan manusia sudah masuk dalam tiga permintaan ini. Kebutuhan ini adalah kebutuhan materi, kebutuhan spiritual dan kebutuhan akan pimpinan dan pertolongan.

doa bapa kami diakhiri dengan pujian, karena Engkaulah yang empunya kerajaan, kuasa, dan kemuliaan. Pujian ini berarti bahwa Allah yang kita sembah memiliki Tahta di sorga, Allah yang sanggup melakukan apa yang kita minta karena Dia memiliki kuasa, dan Allah yang kita puji disini dan sekarang ini.

ALLAH MEMIMPIN PERCAKAPAN
Ketika kita berbicara kepada orang tua kita atau teman tentang masalah dan ketakutan yang sedang kita alami, mereka seringkali memimpin atau mengambil alih pembicaraan. Tujuannya apa? untuk membantu kita melihat secara jernih masalah yang sedang kita hadapi. Misalnya, coba ceritakan masalahmu............apa tujuanmu melakukan itu? saudara kenal enggak dengan dia? lalu kita pun menjawab pertanyaan pertanyaan dari teman kita itu.
Doa Bapa Kami juga memiliki model yang seperti ini. Doa Bapa Kami adalah serangkaian jawaban dari pertanyaan pertanyaan yang Allah ajukan kepada kita. Untuk mempertajam doa Bapa kami ini, kita perlu melihat pertanyaan pertanyaan yang ada dibalik doa Bapa kami ini
Pertama, menurutmu, Aku ini siapa? ( Bapa kami di dalam sorga)
Kedua, apakah yang paling saudara inginkan? dikuduskanlah namaMu, datanglah kerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumis eperti di sorga
ketiga, Lalu apakah yang saudara akan minta sekarang yang sesuai dengan tujuan itu? Pemeliharaan (roti) pengampunan dan perlindungan (janganlah membawa kami dalam pencobaan)

keempat, Mengapa anda begitu yakin dan mantap dengan ketiga permintaan tadi? karena kami tahu, bahwa Tuhan mampu melakukan itu (karena Engkaulah yang memiiki kuasa) dan ketika Engkau melakukannnya maka akan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan. ( dan kemuliaan sampai selama lamanya).
pertanyaan pertanyaa ini mesti kita pahami sebelum menyampaikan doa Bapa kami. karena pertanyaan pertanyaan ini, sangat menyehatkan kita secara rohani ketika berdoa. seringkali ketika kita berdoa, kita merasa bhwa tidak ada yang mendengarkan doa kita.Padahal Allah sedang mendengarkan kita. Melalui pertanyaan pertanyaan ini, kita akan dibantu untuk menyadari bahwa Allah itu sedang bertanya kepada kita agar memberitahukan kepadaNya dengan jujur, apa yang kita pikirkan mengenai Dia, Apa yang kita inginkan dari Dia dan Mengapa kita menguinginkannya. Dengan pertanyaan pertanyaan ini, kita akan lebih sadar bahwa kita sedang berbicara kepada Bapa, kita akan lebih paham isi doa Bapa kami.

Yohannis Trisfant

Rabu, 24 April 2013

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? (Roma 8:35)


Penulis: Pdt. Yohannis Trisfant


Ini adalah pertanyaan yang paling puncak dari kelimat pertanyaan yang diajukan oleh paulus. Pertanyaan lima ini seperti puncak dari sebuah anak tangga. Ini  adalah anak tangga yang paling tinggi.  Paulus bertanya , “siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus”?  dan setelah itu ia mencoba mencari jawaban dari sekelilingnya. Paulus memberikan contoh-contoh tentang hal-hal yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus.
Dalam ayat 35, Ada tujuh kemungkinan yang Paulus sebutkan sebagai bahaya yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, yaitu Penindasan, kesesakan , penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, pedang.  Penindasan, kesesakan , penganiayaan, merupakan ancaman yang datang dari dunia,  dari orang-orang yang membenci kekristenan.  Sedangkan kelaparan dan ketelanjangan adalah tidak adanya makanan, dan pakaian.  Orang kaya bangkrut, sampai tidak ada makanan dan pakaian, atau seseorang tidak mendapatkan pekerjaan sehingga tidak dapat membeli makanan dan pakaian, atau kegagalan dalam usaha sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan pokok. Semuanya itu memang merupakan ancaman bagi orang kristen.
Hal selanjutnya  yang bisa mengancam orang kristen adalah bahaya dan pedang. Bahaya apa? bahaya kecelakaan, penyakit, perampok bersenjata, teroris, dll. Daftar bahaya ini bisa diperpanjang lagi. Semuanya adalah penderitaan yang nyata-yang tidak menyenangkan, sulit untuk ditanggung, menantang iman kita. Paulus mengetahui apa yang sedang dia bicarakan karena dia sendiri mengalami hal itu dan sangat buruk sekali.  Orang-orang kristen di Roma juga mengalami penderitaan tersebut, dimana mereka dibakar dan dijadikan obor-obor untuk menerangi taman istana Nero. Namun semuanya itu pun tidak bisa memisahkan orang kristen dari kasih Kristus. 
Paulus yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,  (39)   atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Kematian memang sangat ditakuti dan merupakan pemisah yang paling besar, namun bagi orang-orang percaya yang ada dalam Kristus, kematian bukan lagi sesuatu yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, sebaliknya, menjadi membawa kita lebih dekat kepada Kristus.  Kematian yang awalnya adalah  pemisah antara kita dengan Allah, sudah menjadi penyatu antara diri kita dengan Kristus.
Bukan hanya kematian yang tidak bisa memisahkan kita dari kasih Kristus,kehidupan pun tidak bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Hidup itu lebih kejam daripada mati. itulah sebabnya mengapa seringkali kita menyebut, kematian sebagai sebuah kelepasan atau sebagai sebuah anugerah. Hidup juga bisa membawa pemisahan. Kemiskinan bisa membawa pemisahan, status sosial juga membawa pemisahan, suku, ras juga membawa pemisahan. Jadi hidup juga dapat membawa pemisahan atas manusia. Namun hidup tidak pernah bisa memisahkan kita dari kasih Kristus
Saudara janganlah putus asa ketika menghadapi masalah, sebab masalah-masalah itu tidak bisa memisahkan saudara dari kasih Kristus.
Bahkan kita dikatakan “ lebih dari pemenang”. Agak aneh kalau kita dikatakan sebagai pemenang, karena kita digambarkan seperti domba. Domba mana bisa menjadi pemenang. Kalau singa , kita bisa terima sebagai pemenang. Atau kalau ulat, kita bisa mengatakan ulat-ulat adalah pemenang karena singa yang mati, dimakan oleh ulat, jenderal yang mati juga dimakan oleh ulat, sehingga ulat memang adalah pemenang.Kalau domba? Mana bisa sebagai pemenang. Domba adalah korban untuk dimakan, disate, di gule, atau di rica-rica. Namun paulus mengatakan “ kita atau domba-domba Allah adalah lebih dari pemenang. Jadi bukan hanya pemenang, tetapi lebih dari pemenang di dalam Kristus. Kita adalah pemenang yang super.
Kita memang tidaklah kebal terhadap pencobaan, tidak kebal terhadap tragedi. Namun kita dijanjikan kemenangan atas semua itu. Janji Allah, bukanlah bahwa pencobaan tidak akan menyerang diri kita, tetapi bahwa pencobaan tidak akan pernah memisahkan kita dari kasih Allah. 
Kasih ini adalah kasih Allah yang secara luar biasa diperlihatkan di kayu salib (5:8; 8:32,37) dimana telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Keyakinan kita bukanlah terletak pada kasih kita kepada Kristus, karena kasih kita itu lemah, kecil dan terbatas. Tetapi keyakinan kita terletak di dalam kasihNya kepada kita, kasih yang tetap, setia dan selama lamanya. 


Salam

Pdt. Yohannis Trisfant



Siapakah yang akan menghukum mereka? (Roma 8:33)

Penulis: Pdt. Yohannis Trisfant



  
Siapakah yang akan menghukum mereka?  (34)  Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?  
Suatu hari, diadakan pertemuan koruptor dari seluruh dunia. Mereka saling membanggakan kelebihan mereka dalam korupsi. Berikut percakapan mereka.
Koruptor Negara C
:
Di negara saya, korupsi dilakukan di bawah meja.
Sebab kalo ketahuan, pasti digantung.
Koruptor Negara N
:
Di negara saya, korupsi dilakukan di atas meja.
Sebab sudah bukan hal yang aneh lagi.
Koruptor Negara A
:
Di negara saya, korupsi dilakukan bisa di atas meja atau di bawah meja,
tergantung kebijakan politik negara saya.
Koruptor Negara Indonesia
:
Mengapa kalian segitu saja bangga?
Di negara saya, korupsi bukan hanya di atas meja atau di bawah meja,
MEJANYA PUN KAMI KORUPSI!!!!

Kalau ditanya, siapakah yang akan menghukum koruptor di Indoensia? banyak yang pengen menghukum para koruptor, KPK, saingan politiknya, dan masyarakat.
Kalau saudara ditanya, siapakah yang akan menghukummu?  Enggak ada. Saya orang kristen yang baik, tidak punya musuh.  Saya juga bukan penjahat, bukan koruptor.
Walaupun kita bukan penjahat, masih banyak orang yang ingin menghukum kita. Mereka yang iri hati ingin mencelakakan kita. Perampok, penjambret  ingin merampsa milik kita. Virus, bakteri dapat membuat kita sakit. Iblis ingin menghukum kita dengan cara mendatangkan celaka buat kita.  Orang-orang Non Kristen juga akan menuduh kita dan berkata, “dia tidak lebih baik dari saya? koq, Tuhan mengininkan dia masuk ke dalam sorga, sedangkan saya masuk ke neraka?”
Lalu apa yang menjadi penolong kita? Kristus lah yang menjadi penolong kita melalui kematianNya, kebangkitanNya, pemuliannNya, dan melalui syafaatNya. Paulus mengatakan dalam ayat 34 bahwa Kristus menjadi pembela bagi kita. Tuhan Yesus tidaklah mengabaikan kita setelah pekerjaan penebusanNya selesai. Dia masih memperhatikan diri kita, bukan hanya nanti ketika pengadilan ilahi dilaksanakan tetapi juga sekarang ini, di dunia ini. Dia menjadi perantara, atau juru syafaat bagi kita
Donald Barnhouse menjelaskan tentang Kristus yang menjadi pembela kita seperti ini:” ketika kita memiliki masalah, atau ketakutan dalam hati kita, maka ketakutan itu langsung diketahui oleh Krisus, karena ketakutan kita itu menyentuh hatiNya, ketakutan kita itu membuat Dia merasa menderita.
Jika kita mengalami kehilangan, dukacita, penderitaan, maka itu akan segera tertulis dalam hati Kristus. Mengapa bisa terjadi seperti itu? Karena Alkitab menuliskan:” KJV menerjemahkan Yes 63:9, dalam segala penderitaan mereka, Dia menderita.  Kristus merasakan segala kesusahan dan penderitaan kita. Dia adalah pembela kita yang baik dalam segala kesusahan yang kita alami. Oleh sebab itu kita tidak perlu kuatir. Dia akan memenuhi segala keperluan kita menurut kekayaan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
Ada sebuah syair pendek yang berbunyi seperti ini: don’t worry be happy” Jangan kuatir, melainkan gembiralah dalam segala persoalan yang saudara sedang hadapi karena kita memiliki Kristus sebagai pembela kita dan penolong kita

Bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? (Roma 8:32)


 

Penulis: Pdt. Yohannis Trisfant

Kita bisa yakin bahwa Allah akan menyuplai seluruh kebutuhan kita? Keyakinan itu dapat dilihat di kayu salib.   Salib itu merupakan jaminan bahwa Allah akan terus bermurah hati kepada kita dan akan melanjutkan kemurahannya tersebut, sebab Dia sudah memberikan pemberian yang paling besar, yakni AnakNya sendiri. 
Octavianus Winslow mengatakan: siapakah yang menyerahkan Yesus sampai Dia mati di kayu salib? Bukan Yudas yang menyerahkan Yesus dengan tujuan dapat uang 30 keping perak., juga bukan Pilatus yang menyerahkan Yesus akrena takut dengan orang banyak, dna juga bukan pemimpin yahudi yang menyerahkan Yesus karana iri hati, Tteapi yang menyerahkan Yesus adalah Allah Bapa, karena Dia mengasihi kita. Itulah jaminan yang paling  besa rakan kemurahan Allah yang akan diberikan kepada kita. Paulus memakai argumen dari yang paling besar ke yang paling kecil. Yang paling besar adalah Kristus dan itu telah diberikan kepada kita, sehingga Paulus bertanya, bagaimana mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia? Karena Allah sudah memberikan pemberian yang paling besar, maka kita dijamin akan menerima kemurahan-demi kemurahan setiap hari dari Allah.  
Seorang Guru sekolah minggu bertanya kepada murid-murid SM,  “apakah ada dari janji-janji Allah yang tidak dipenuhi oleh Allah? Jika anak-anak bisa menemukan maka akan diberikan uang oleh lause sebesar : Rp. 1 juta. Hadiahnya kurang besar. Seharusnya, diberikan janji 1 milliar, karena tidak ada janji Tuhan yang tidak akan diberikan atau digenapi, sebab seperti yang dikatakan dalam Roma 8: 32,  Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?  Kalau Allah sudah memberikan AnakNya, maka Ia akan mengaruniakan segala sesuatu kepada kita. Ayat ini merupakan Cek kosong untuk segala kebutuhan kita. Saudara cukup menuliskan di atas cek kosong itu kebutuhan saudara dan kemudian menyerahkan kepada Tuhan.
Saudara bisa menuliskan di atas cek itu dan minta kekuatan untuk mengalahkan pencobaan, maka Allah akan memberikan kita kekuatan untuk mengalahkan pencobaan tersebut.  (1 Kor 10:13)
Saudara bisa menuliskan di atas cek itu dan minta Dia menolongmu dalam menghadapi masalah, maka Dia akan menyertai saudara senantiasa (Mat 28:20)
Saudara bisa menulsikan di atas cek itu kebutuhan saudara akan pekerjaan, akan keuangan, kesehatan, damai sejahtera, maka Dia akan menolong memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. (Fil  4:19)

Jelas sekali, bahwa kalau Allah suda memberikan Yesus Kristus, sebagai pemberian yang paling besar, maka Dia akan memberikan pemberian yang jauh lebih kecil dari itu, seperti yang dikatakan oleh John Stott: kayu salib itu membuktikan bahwa Allah itu murah hati.
Jika seorang kaya sudah memberikan kepada saudara satu milliar, maka dia pasti tidak akan keberatan kalau saudara meminta dibayarin makan di mie acay, karena saudara hari itu ketinggalan dompet. Seperti inilah Allah kita.
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?  Segala sesuatu adalah semua hal yang kita butuhkan untuk membuat kita semakin serupa dengan Kristus.

Salam

Pdt. Yohannis Trisfant



Jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita? (Roma 8:31)


Oleh: Pdt. Yohannis Trisfant


Calvin mengatakan bahwa ayat ini sangat penting buat kita dalam menghadapi berbagai macam pencobaan. Jika Allah tidak berada di pihak saudara, maka walaupun semua orang tersenyum kepada saudara dan bersedia membantumu, maka saudara tidak akan berhasil dalam hidupmu. Sebaliknya, walaupun semua orang menentang saudara asalkan Allah berada dipihakmu, maka tidak ada yang bisa melawan saudara. Firman Tuhan mengatakan seperti ini
Psa 23:4  Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.

Psa 3:6  (3-7) Aku tidak takut kepada puluhan ribu orang yang siap mengepung aku.

Calvin berkata:  Tak ada kuasa dibawah langit atau diatas langit yang dapat menahan tangan Allah.
Jika paulus hanya bertanya seperti ini: siapakah yang akan melawan kita? maka akan banyak jawaban yang muncul. sebab sangat banyak musuh yang mencoba menelakakan diri kita. Saudara perhatikan ayat 35 . Ayat 35 merupakan katalog atau kumpulan musuh-musuh yang mengancam orang-orang kristen, yakni  Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang. Orang-orang yang menganiaya dunia, dosa yang berdiam di dalam diri kita, kematian,  Iblis merupakan musuh-musuh yang mengancam orang-orang kristen.  Dunia, kedagingan, dan Iblis bersama-sama berbaris menentang orang-orang kristen dan musuh-musuh itu terlalu kuat bagi kita. Seringkali malapetaka juga adalah musuh yang mengancam diri kita. Jikalau paulus hanya menanyakan pertanyaan itu, siapakah yang akan melawan kita?  maka akan muncul banyak jawaban.
Tetapi paulus tidaklah menanyakan pertanyaan yang naif seperti itu. Inti dari pertanyaannya adalah pada kata "jika". Jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Tidak setiap orang mengalami bahwa Allah ada dipihaknya, sebab terkadang Allah menentang atau melawan orang tersebut.  Banyak kali dalam perjanjian lama, Allah berkata: :"Aku akan menjadi lawanmu. (Nah 2:13; 3:5; Yer 50:31; 51:25). Kalimat-kalimat itu memang diucapkan kepada bangsa bangsa seperti Asyur,  Babel, Mesir, Tirus, Sidon dan Edom. Namun kalimat itu juga pernah diucapkan kepada bangsa Israel, umat Allah karena ketidaktaatan mereka dan karena penyembahan berhala yang mereka lakukan.  Tuhan berfirman dalam Im  26:17  “Aku sendiri akan menentang kamu, sehingga kamu akan dikalahkan oleh musuhmu, dan mereka yang membenci kamu akan menguasai kamu, dan kamu akan lari, sungguhpun tidak ada orang mengejar kamu”  Yeh 5:8  sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku, ya Aku sendiri akan menjadi lawanmu dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu di hadapan bangsa-bangsa. Kalimat ini juga diucapkan melawan gembala gembala dan nabi nabi yang palsu.   Sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH, oleh karena kamu mengatakan kata-kata dusta dan melihat perkara-perkara bohong, maka Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH (Yeh 13:8).
Namun ini bukanlah dalam kasus Roma 8:31, sebab situasi dimana  paulus mengatakan kalimat ini adalah, Allah dipihak kita. Mengapa dipihak kita, karena Dia sudah menentukan, memanggil kita, membenarkan kita dan memuliakan kita.  Dalam kondisi yang seperti ini siapakah yang akan melawan kita? semua kuasa di neraka mungkin akan menentang kita, tetapi mereka tidak pernah berhasil , sebab Allah berada disisi kita.  
Mengapa kalau kita disertai Tuhan, saya seringkali mengalami kesalahan dan bukan kemenangan. Kita mesti memahami apa artinya disertai Tuhan. Disertai Tuhan itu bukan berarti Tuhan mengikuti kita seperti pengawal pribadi mengikuti saudara kemana pun saudara pergi dan mengalahkan semua lawan lawanmu. Tuhan itu bukan pengawal pribadi kita yang mengikuti ke manapun kita pergi dan melindungi apa pun yang kita lakukan. Disertai oleh Tuhan adalah kita mengikuti Tuhan, bukan Tuhan mengikuti diri kita. Kalau disertai oleh Tuhan, maka kita akan mengalami kemenangan demi kemenangan


Salam" 

Pdt. Yohannis Trisfant