Oleh: Pdt. Yohannis Trisfant
Solus
Christus (Christ Alone) berarti hanya melalui Kristus, yaitu
keselamatan diperoleh hanya melalui Kristus. Kristus
adalah pengantara antara Allah dan manusia dan keselamatan kita hanya
melalui kematian dan kebangkitanNya (1 Timotius 2:5 )
1Ti
2:5
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara
Allah dan manusia, yaitu Kristus Yesus,
Mottto
reformator tentang Solus Christus dibentuk untuk melawan pandangan
Roma Katolik yang menambahkan usaha manusia dalam pekerjaan Kristus.
Mereka berpandangan bahwa keselamatan merupakan pekerjaan Allah plus
perbuatan baik kita. Gereja
Roma katolik menutupi Injil dengan menambahkan banyak hal dalam
keselamatan. Mereka mengkotbahkan sebuah Injil "Yesus dan".
Yesus dan Maria, Yesus dan Purgatori, Yesus dan orang kudus, Yesus
dan perbuatan baik.
Luther
dan reformator jelas menentang hal itu dan mengatakan : Kristus dan
hanya Kristus saja cukup untuk keselamatan. Dia adalah semua yang
kita miliki untuk keselamatan, namun Dia juga adalah semua yang akan
kita perlukan. Tradisi Roma
Katolik menempatkam
pemimpin gereja seperti Pastur menjadi pengantara antara jemaat dan
Allah. Solus
Christu menegaskan bahwa keselamatan telah diselesaikan sekali untuk
selamanya oleh Kristus. KehidupanNya yang tidak berdosa dan
penebusannya saja sudah cukup untuk pembenaran kita dan jika
menyangkali akan hal ini maka itu adalah injil yang palsu.
Solus
Christus menekankan peran dari Kristus di dalam keselamatan jiwa
manusia. Para reformator menekankan bahwa Yesus adalah Imam agung
yang menjadi perantara antara kita dengan Bapa ( Ibrani 4:15)
Heb
4:15
Sebab
Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan
kita, Ia telah
dicobai, hanya tidak berbuat dosa.
Yesus
adalah pengantara antara kita dengan Allah dan bukan pemimpin
spiritual. Setiap orang percaya adalah imam dihadapan Allah dan
dapat lansgung berhubungan dnegan Allah (1 Pet 2:9)
1
Petrus 2:9 mengatakan:" 1Pe
2:9
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan
perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu
keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Oleh sebab itu keimamam yang khusus tidak diperlukan lagi untuk
pengampunan dosa.
Keselamatan kita hanya
oleh karya pengantaraan Kristus. Bukanlah Kristus plus counsellor
saya yang membebaskan saya dari kuasa dosa, juga bukan karena
metode-metode spritualitas yang membuat saya dibebaskan dari dosa,
melainkan hanya karena Kristus saja.
Katekismus Westminster
dalam pertanyaan 21 berbunyi seperti ini: “Siapakah yang menjadi
penebus bagi umat pilihan Allah.”
Satu-satunya Penebus
bagi umat pilihan Allah adalah Tuhan Yesus
Kristus ( 1 Timotius 2:5) yang dalam keberadaanNya sebagai Anak Allah
Yang Kekal, telah menjelma menjadi manusia ( Yoh 1:4). Dia adalah
Allah dan akan terus menjadi Allah dan manusia dengan dua natur yang
berbeda dan satu pribadi untuk selamanya. ( Ibrani 7:24)
Satu
satunya Penebus umat pilihan Allah adalah Tuhan Yesus Kristus.
Ada sebuah kata yang unik dalam Alkitab, yaitu kata "hanya".
Kata "hanya" ini mengajarkan hal-hal yang terpenting yang
kita perlukan untuk diselamatkan. Misalnya matius 4:10' Yoh 17:3, Yoh
14:6, kis 4:12, Yesus adalah satu-satunya Penebus bagi orang pilihan
Allah.
Mengapa
Yesus menjadi satu-satunya Penebus? Karena hanya Yesus saja yang
memenuhi syarat menjadi Penebus. KeberadaanNya sebagai Tuhan dan
manusia yang membuat hanya Dia yang memenuhi persyaratan menjadi
Penebus.
Perantara
penebusan dosa manusia haruslah Allah sendiri karena
hanya Allah yang dapat memelihara dan mempertahankan natur manusia
dari bahaya jatuh ke dalam kedashayatan murka Allah. Jika Allah tidak
menjadi perantaranya, maka perantara itu akan jatuh dalam dosa. Hanya
Allah yang dapat menjadi perantara yang dapat memuaskan tuntutan
keadilan Allah. Dengan kata lain, ada tugas maha-berat yang harus
dilaksanakan dan tugas itu sedemikian beratnya, hingga tidak seorang
pun yang dapat melaksanakannya kecuali Allah sendiri.
Manusia
yang harus menjadi Perantara agar supaya ia dapat memulihkan
keberadaan kita, menunjukkan ketaatan kita kepada hukum, menanggung
penderitaan serta menjadi jurusyafaat bagi kita dalam keberadaan
kita., turut merasakan kelemahan kita. Dengan kata lain, karena
manusialah yang memerlukan penyelamatan, dan karena
penyelamatan itu hanya dapat dilakukan oleh adanya ketaatan manusia,
maka Kristus perlu menjadi seorang manusia sejati.
Bisa
disimpulkan seperti ini: Juruselamat yang kita miliki haruslah
seorang juruselamat yang mampu menjangkau saya-sekaligus menjangkau
Allah-dan Kristuslah satu-satunya yang dapat melakukannya. Ia dapat
melakukannya karena Ia adalah Allah sekaligus manusia, dalam dua
natur yang berbeda, serta di dalam satu Pribadi, selamanya.
Karena
Dia adalah manusia, Dia bisa mati untuk membayar harga penebusan
kita. Kalau Yesus bukan manusia sejati, atau Dia hanyalah Allah saja,
maka ia tidak bisa mati untuk menebus kita sebab hanya manusia yang
bisa mati sedangkan Allah tidak bisa mati.
Demikian
juga, jika Yesus hanyalah manusia dan bukan Allah, maka Dia pun tidak
bisa menebus dosa- dosa manusia, sebab semua manusia adalah orang
berdosa, tidak ada yang sempurna. Dia tidak akan layak menjadi korban
penebusan dosa. Anselm dan Calvin
mengatakan bahwa manusia sudah berdosa dan tentu tidak dapat menjadi
pendamai. Oleh sebab itu, harus Allah yang menjadi pendamainya. Hanya
Allah yang mempunyai kuasa, kemampuan untuk menyelamatkan diri kita.
Namun keselamatan harus digenapkan oleh manusia juga yaitu manusia
yang sempurna, yang tidak berdosa, yakni Kristus yang menjadi
manusia. Manusialah yang telah bersalah terhadap Allah, karena
itu manusia harus memperbaiki kesalahan itu. Dosa manusia ini hanya
bisa diselesaikan dengan membayar hutang kepada Allah karena
dosa-dosanya. Tetapi hutang itu begitu besar sehingga hanya Allah
yang dapat melunasinya. Oleh sebab itu supaya bisa dilunasi, maka
Allah harus menjadi manusia, yaitu Yesus Kristus. Kehidupan dari
Orang ini, begitu agung, begitu berharga sehingga cukup untuk
membayar hutang bagi dosa-dosa seluruh dunia. Allah lah yang memulai
dan melaksanakan tindakan ini. Dalam kasih Ia telah merencanakan dan
melaksanakan Pendamian ini. Dalam Kristus, Allah sendiri yang
memuaskan keadilanNya. Penebusan memerlukan Allah-manusia
untuk mati bagi keselamatan kita menjadi pendamai bagi kita.
Dia
adalah Allah, kematianNya memiliki nilai yang cukup untuk membayar
dosa-dosa umatNya sebab Dia adalah Kudus, tanpa dosa. Yesus adalah
manusia maka barulah Dia dapat mewakili kita. Yesus adalah Allah,
barulah Ia bisa mewakili Tuhan Allah. Ketika mewakili Allah, Yesus
menyalurkan anugerah; ketika mewakili manusia, Ia menanggung dosa.
Oleh
sebab itu, manusia hanya bisa diselamatkan oleh Allah yang menjadi
manusia.
Jika
saya bisa dan mengerti bahasa Jerman dan saya ingin memberitakan isi
suatu buku berbahasa jerman kepada orang Indonesia, maka saya juga
sekaligus harus mengerti bahasa Indonesia. Jika saya ahli bahasa
Indonesia, tetapi tidak mengerti bahasa jerman, tidak mungkin saya
bisa membaca dan memberikan pengertian kepada orang Indonesia.
Sebaliknya, seorang profesor jerman, yang mengerti dengan sangat
tepat buku tersebut, tetapi jika tidak mengerti bahasa Indonesia,
maka ia juga sama sekali tidak bisa menjelaskan dan memberikan
pengertian kepada orang Indonesia. Jika saya mengerti kedua bahasa
dengan fasih, saya bisa membaca buku berbahasa Jerman tersebut dengan
baik dan tepat, saya juga bisa menjelaskan dan memberikan pengertian
kepada saudara dengan baik dan tepat. Seperti inilah gambaran
mengenai pentingnya Allah menjadi manusia.
Dihadapan
Allah, tidak ada satu pun mahluk lain yang adalah Allah, karena
mereka semua dicipta. Di hadapan manusia tidak ada nabi yang adalah
Allah, karena semua nabi adalah manusia yang dicipta. Sehingga siapa
yang bisa mewakili Allah terhadap manusia, dan yang mewakili manusia
terhadap Allah hanyalah satu yakni Allah yang menjadi manusia.
Manusia tidak mungkin menjadi Allah karena manusia mempunyai kuasa
yang terbatas, tetapi Allah sanggup menjadi manusia. Oleh sebab itu,
manusia hanya bisa diselamatkan oleh Allah yang menjadi manusia.
Apakah
ada jalan lain bagi Allah untuk menyelamatkan manusia selain daripada
mengirimkan AnakNya untuk mati menggantikan kita?
Tidak ada jalan lain
untuk menyelamatkan manusia selain melalui Kristus. Dalam doaNya di
taman Getsemani, Tuhan Yesus berdoa, agar sekiranya mungkin, cawan
itu dilakukan daripadaNya (Mat 26:39). Kita tahu bahwa Tuhan Yesus
kalau berdoa, selalu berdoa dengan iman dan seturut kehendak Allah.
Namun kelihatannya dalam doaNya ini, menunjukkan bahwa tidak mungkin
bagi Tuhan Yesus untuk menghindari kematian yang akan dialaminya di
atas kayu salib. Jalan untuk menebus umat Allah hanyalah melalui
kematianNya di atas kayu salib (Kis 4:12; Ibr 10:4)
Itulah
sebabnya Petrus mengatakan:” Dan
keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia,
sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan
kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan." ( Kis 4:12
)
Penulis
kitab Ibrani mengatakan sebab tidak mungkin darah lembu
jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa (Ibr 10:4) .
Hanya
darah Kristus, kematianNya yang dapat menghapuskan dosa-dosa kita.
Tidak ada jalan lain bagi Allah untuk menyelamatkan kita selain
melalui Kristus yang mati menggantikan kita. ( Yes 53:6,
12; Yoh 1:29 ; 2 Kor 5:21; Gal 3:13; Ibr 9:28 ; 1 Pet
2:24) Salib Kristus merupakan satu
satunya dasar dimana Allah dapat mengampuni dosa-dosa kita.
Ada kritikus yang
keberatan dan bertanya seperti ini:" haruskah pengampunan kita
bergantung kepada kematian Kristus? Mengapa Allah tidak langsung saja
mengampuni kita tanpa memakai salib. Itu khan sudah tugasnya Allah.
Sudah keahlianNya Allah. Dan jika orang lain berdosa kepada kita,
kita khan bisa saja langsung mengampuni. Mengapa Allah tidak
melakukan seperti yang diperintahkannya? Mengapa Allah tidak
murah hati saja seperti kita bermurah hati memberikan pengampunan?
mengapa jalan pengampunan harus dengan cara menimpakan dosa-dan
kejahatan kita kepada Kristus.
Pertanyaan-pertanyaan
itu dijawab pada akhir abad XI, oleh Anselm, uskup kepala dari
Canterbury. Ia menulis dalam bukunya, why God Became Man. Dia
berkata seperti ini: " kamu belum mempertimbangkan betapa
seriusnya dosa, dan kamu belum mempertimbangkan kemuliaan Tuhan”
Dosa bagi kita adalah sesuatu hal sederhana, karena kita adalah
manusia berdosa. Kita tidak memiliki kesucian. Kita mudah mengampuni
karena ketika orang lain salah, kita juga tidak terbebas dari salah.
Ketika orang lain menyakiti hati kita, maka bukan hukum kita yang
dilanggar melainkan hukumnya Allah. Itulah sebabnya, tidak terlalu
sulit bagi kita untuk mengampuni. Tetapi berbeda dengan Allah. Bagi
Allah, dosa itu adalah masalah yang sangat teramat besar. Demikian
juga dengan pengampunan. Karena dosa manusia melanggar hukum-hukum
Allah. Dosa merupakan pemberontakan langsung terhadap Dia. Dia memang
Allah yang Mahakasih, tetapi juga Allah yang Adil. KasihNya adalah
kasih yang suci. Bagaimana mungkin kasih dan keadilan dapat bertemu?
Bagaimana Dia menunjukkan kasihNya dan juga kekudusanNya? Dilema ini
diselesaikan oleh Allah di atas kayu salib, dengan membawa AnakNya
yang tunggal tertikam oleh karena pemberontakan kita dan diremukkan
oleh karena kejahatan kita. Hukuman penuh bukan lagi ditanggung oleh
kita, tetapi oleh Allah dalam Kristus.
Jika
Tuhan Yesus menjadi satu-satunya penebus orang-orang percaya , lalu
Mengapa bukan hukuman kekal yang diterima Kristus? Bukankah kita
berada dibawah ancaman hukuman kekal?
Manusia
yang berdosa, ketika kelak dihukum akan menerima hukuman kekal. Lalu
pertanyaannya adalah mengapa ketika Yesus menanggung dosa kita, Dia
tidak mengalami hukuman kekal? Ada dua alasan
Pertama,
Kita akan menerima hukuman kekal karena, kita tidak akan pernah bisa
membuat diri kembali benar dihadapan Allah dengan usaha kita.
Kita tidak memiliki lagi pengharapan untuk memperoleh
kebenaran yang sempurna dihadapan Allah. Dan oleh karenanya tidak ada
jalan untuk memulihkan kembali natur kita yang berdosa dan membuatnya
benar dihadapan Allah. Kita akan terus menjadi orang berdosa dan akan
terus mendapatkan hukuman dari Allah. Kita tidak bisa memperbaiki
diri kita sendiri lagi. Itulah sebabnya, kita akan terus berada dalam
hukuman kekal. Dalam
Alkitab tidak ada satu bagian pun yang mengatakan bahwa kita harus
dihukum dalam kekekalan untuk membayar dosa-dosa kita. Hukuman kekal
bukanlah untuk pembayaran atas dosa-dosa kita. Hukuman kekal
diberikan karena natur manusia yang berdosa tidak bisa diperbaiki
lagi dan hutang dosa manusia belum terbayarkan
Kedua,
Yesus dapat menanggung semua murka Allah terhadap dosa kita sampai
akhir. Tidak ada manusia yang dapat melakukan akan hal ini. Tetapi
oleh karena kebajikan dari penyatuan kemanusiaan dan keilahianNya,
Tuhan Yesus dapat menanggung semua murka Allah sampai selesa (Yes
53:11)
Yes
53:11 Sesudah
kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan
hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang
oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.
Kalimat
:’ Sesudah penderitaanNya, Dia akan melihat terang dan menjadi puas
(Yes 53:11), artinya, Dia sudah selesai menanggung dosa
manusia. Hal ini ditegaskan di atas kayu salib ketika
Tuhan Yesus berkata: “sudah selesai". artinya bahwa Kristus
sudah selesai menanggung hukuman atas dosa-dosa kita. Jika
Kristus tidak membayar penuh hukuman atas dosa-dosa manusia, maka
tidak akan ada penebusan buat kita, tetapi karena Dia telah
membayarnya, secara penuh, maka Paulus berkata dalam Roma 8:1
Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di
dalam Kristus Yesus. Penderitaan
Kristus yang singkat di kayu salib menunjukkan bahwa penderitaanNya
itu sudah cukup
membayar semua dosa-dosa manusia. Penulis kitab Ibrani mengulangi
tema ini berulang kali dan menekankan tentang selesainya karya
penebusan Kristus (Ibr 9:25-28)
Ibr
9:25-28 Dan
Ia bukan masuk untuk berulang-ulang mempersembahkan diri-Nya sendiri,
sebagaimana Imam Besar setiap tahun masuk ke dalam tempat kudus
dengan darah yang bukan darahnya sendiri. (26)
Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini
dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan
diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh
korban-Nya. (27) Dan sama seperti
manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu
dihakimi, (28) demikian pula Kristus
hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa
banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi
tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada
mereka, yang menantikan Dia
Solus Christus Vs Kristus dan perbuatan baik
Kita telah melihat
bahwa keselamatan hanya melalui Kristus karena hanya Dialah yang
dapat menjadi perantara antara Allah dan manusia. Perbuatan baik
manusia tidak dapat menyelamatkannya karena tidak ada manusia yang
dapat berbuat baik sesuai standardnya Allah ( Kej 6:5;
Kej 8:21b; Maz 58:4;
Titus 1:15; Rom 6:20).
Andaikata
pun manusia bisa berbuat
baik, bagaimana dengan dosa-dosa yang telah ia lakukan maupun yang
akan ia lakukan? Ingat bahwa perbuatan baik tidak bisa menghapus
dosa ( Gal 2:16a; Gal 2:21b)
Illustrasi:
Misalnya suatu hari saudara naik kendaraan bermotor dan melanggar
rambu lalu lintas, dan lalu seorang polisi menilang saudara. Saudara
akan disidang 1 minggu yang akan datang. Sementara menunggu saat
persidangan, saudara lalu mau ‘menebus dosa’ saudara dengan
berbuat baik. Saudara menghibur tetangga yang kesusahan, membelikan
obat untuk tetangga yang sakit, dsb. Pada saat persidangan, hakim
bertanya: Apakah saudara, pada tanggal ini, di jalan ini, melanggar
rambu lalu lintas ini? Saudara lalu menjawab: Benar Pak Hakim,
tetapi, saya sudah menebus dosa dengan berbuat baik. Ini ada 3 saksi
yang menerima kebaikan saya. Sekarang pertanyaannya: kalau hakim itu
waras, apakah orang itu akan dibebaskan dari hukuman? Illustrasi ini
jelas menunjukkan bahwa ditinjau dari sudut hukum dunia / negarapun,
tidak mungkin perbuatan baik bisa menutup dosa!
Karena
Kristus sudah menjadi pengganti kita, maka sekarang untuk
selamat / masuk surga kita tidak perlu melakukan apa-apa! Hanya
percaya kepada Yesus (Kis 15:1-11; Ro 11:5-6;
Ro 3:24,27-28; Gal 2:16; Fil 3:7-9;
Luk 23:42-
43)
Kis 15:1-11
- “(1) Beberapa
orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajarkan kepada
saudara-saudara di situ: ‘Jikalau kamu tidak disunat menurut adat
istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.’
(2) Tetapi
Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat
mereka itu.
Akhirnya ditetapkan, supaya Paulus dan Barnabas serta beberapa orang
lain dari jemaat itu pergi kepada rasul-rasul dan penatua-penatua di
Yerusalem untuk membicarakan soal itu. (3) Mereka diantarkan oleh
jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan
Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang
pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat
menggembirakan hati saudara-saudara di situ. (4) Setibanya di
Yerusalem mereka disambut oleh jemaat dan oleh rasul-rasul dan
penatua-penatua, lalu mereka menceriterakan segala sesuatu yang Allah
lakukan dengan perantaraan mereka. (5) Tetapi beberapa
orang dari golongan Farisi, yang telah menjadi percaya, datang dan
berkata: ‘Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan
untuk menuruti hukum Musa.’
(6) Maka bersidanglah rasul-rasul dan penatua-penatua untuk
membicarakan soal itu. (7) Sesudah beberapa waktu lamanya be
rlangsung pertukaran pikiran mengenai soal itu, berdirilah Petrus dan
berkata kepada mereka: ‘Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah
sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan
perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan
menjadi percaya. (8) Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah
menyatakan kehendakNya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan
Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, (9) dan Ia
sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka,
sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh
iman.
(10) Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan
meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat
dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? (11)
Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh
kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama
seperti mereka juga.’”.
Bdk.
ay 11b dengan Ro 11:5-6 - “(5)
Demikian juga pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan
kasih karunia. (6) Tetapi jika
hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena
perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan
lagi kasih karunia”.
Ro 3:24,27-28
- “(24)
dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus. ... (27) Jika demikian, apa dasarnya
untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak, melainkan
berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia dibenarkan
karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Gal 2:16
- “Kamu
tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan
hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus
Yesus. Sebab
itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami
dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena
melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang
dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
Ef 2:8-9
- “(8)
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Fil 3:7-9
- “(7)
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap
rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena
pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada
semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan
menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, (9) dan berada
dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum
Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus,
yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.
Bahwa
perbuatan baik tidak mempunyai andil dalam keselamatan seseorang,
juga bisa terlihat dari selamatnya penjahat yang bertobat di atas
kayu salib, padahal ia hanya percaya kepada Kristus (pada akhir
hidupnya) dan boleh dikatakan tidak mempunyai perbuatan baik.
Luk 23:42-43
- “(42)
Lalu ia berkata: ‘Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang
sebagai Raja.’ (43) Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di
dalam Firdaus.’”.
Keselamatan hanya
karena Kristus dan bukan oleh Kristus plus perbuatan baik. Andaikata
kita berada dalam sebuah jurang yang dalamnya 100 meter. Kita tidak
berdaya dan butuh pertolongan. Ada orang diatas jurang yang mau
menolong kita dan dia mempunyai tali yang cukup kuat untuk menolong
kita, tetapi ternyata panjangnya hanya 70 meter. Seandainya kita
memiliki sebuah benang jahit dan kita sambung yang 70 meter itu
dengan 30 meter benang jahit, maka ketika kita diangkat, kita akan
jatuh. Yang kita butuhkan adalah tali yang kuat dan panjangnya 100
meter dan tidak perlu ditambahkan dengan tali kita sendiri yang tipis
dan tidak kuat.
Pluralisme dan Inklusivisme
Tantangan
terhadap konsep solus Christus ini, adalah Pluralisme dan
inklusivisme. Keunikan kristen bahwa keselamatan hanya melalui
Kristus ditolak. Penolakan tersebut bukan hanya berasal dari non
kristen tetapi juga berasal dari kalangan kristen sendiri. Mereka
menganggap Yesus bukan lagi satu-satunya jalan keselamatan karena
agama-agama lain juga membawa jalan keselamatan untuk manusia.
Ernst
Troeltsch, seorang teolog Jerman yang berpengaruh, pada tahun 1901
menuliskan sebuah buku the absolute validity of Christianity. Buku
itu membahas keunikan agama kristen. Tetapi dua puluh tahun kemudian
dia mengalami pergeseran dan mengatakan: bahwa kekristenan adalah
absolut bagi orang kristen sedangkan iman-iman lainnya adalah absolut
bagi pengikut masing-masing. George Barna , pada tahun 1991
memunculkan statistik bahwa 67 persen orang Amerika percaya bahwa
kebenaran absolut tidak ada. Mahasiswa di kampus sekuler banyak yang
memiliki kepercayaan bahwa tidak seorang pun yang berhak menyatakan
bahwa dirinya mengetahui secara pasti bahwa keyakinan-keyakinannya
adalah satu-satunya jawaban yang tepat bagi suatu masalah. John Hick
mengatakan bahwa semua agama sama tidak ada yang lebih unggul.
Hick mengatakan agar kita jangan
lagi menekankan keabsolutan agama kita terhadap agama lain. Tidak
lagi mengklaim bahwa hanya agama Kristen saja yang didirikan oleh
Allah di dalam dunia ini, dan orang islam tidak lagi mengklaim bahwa
islam lah agama yang terakhir dan tidak dapat dibandingi,
dengan kata lain, bahwa keselamatan juga ada di
agama lain. Orang-orang yang beragama itu
seperti kumpulan manusia yang sedang berjalan di lembah yang panjang,
menyanyikan lagunya, mengembangkan kisah-kisahnya sepanjang abad,
tetapi mereka tidak sadar bahwa masih ada lembah yang lain, dimana
ada kelompok lain yang juga berjalan dengan arah yang sama, tetapi
dengan bahasa dan nyanyian dan kisah dan
ide yang berbeda. Dan di lembah yang lain lagi ada kelompok yang
lain yang seperti ini juga. Jadi menurut Hick ada banyak
kelompok-kelompok agama di dalam dunia ini yang sebenarnya berjalan
dengan tujuan yang sama, tetapi dengan cara dan tempat yang berbeda.
Dan suatu hari, kelompok-kelompok tersebut akan bertemu.
Hick
mengatakan bahwa agama manusia sama dengan sinar matahari yang
dibiaskan oleh atmosfir bumi ke dalam warna-warna yang berbeda dari
pelangi. Atau dengan kata lain, John Hick
mengutip kalimat dari pemikir Sufi, Jalaluldin Rumi: lampunya berbeda
tetapi cahayanya sama, dari atas.
Bagi Hick, semua agama memiliki
kelemahan tidak ada yang unggul. Setiap tradisi agama itu seperti
tiga orang buta yang sedang memegang gajah dan menggambarkan
bagaimana itu gajah.
Orang buta pertama
memegang kaki gajah, dan mengatakan: saya pikir
gajah itu seperti pohon yang besar. Orang buta kedua tidak setuju dan
mengatakan, gajah itu seperti ular yang sangat besar, sebab dia
memegang belalainya. Orang buta ketiga
mengatakan: salah, gajah itu seperti tembok besar, sebab dia memegang
tubuh samping gajah. Setiap orang buta yakin bahwa dirinya benar dan
yang lainnya salah tetapi mereka tidak menyadari bahwa mereka semua
sedang memegang gajah yang sama. Orang-orang buta ini adalah
perumpamaan agama-agama besar di dunia ini, yang semuanya berhubungan
dengan gajah tetapi tidak mengetahui gajah tersebut. Hick percaya
bahwa setiap agama itu seperti orang-orang buta, tidak dapat melihat
dengan sebenarnya seperti apa itu gajah.
Oleh sebab itulah dia mengatakan bahwa tidak ada agama yang paling
benar di dunia ini. Semua agama benar adanya.
John Hick hanyalah
salah satu bahaya Pluralisme yang dihadapi oleh gereja-gereja Injili
yang masih menganut Solus Christus/ saat ini. Pemikiran John Hick
dan tokoh-tokoh Pluralis Barat telah masuk ke Indonesia, seperti
misalnya
- Prof. Dr. Phil. Franz Magnis-Suseno SJ
Bagaimana
membedakan jalan keselamatan yang ditawarkan satu agama dengan agama
lainnya? Orang yang beriman, --misalnya saya beriman sebagai orang
Kristiani-- tentu saja merasa yakin bahwa iman saya benar. Kalau
tidak, tentu saja, saya tidak bisa disebut beriman. Ini mengandaikan
bahwa orang beriman pada agama manapun kebanyakan begitu. Hal itu
tidak berarti bahwa saya mengatakan bahwa semua agama lain itu salah.
Agama lain itu adalah jalan-jalan lain yang sebenarnya juga
membimbing pemeluknya menuju Tuhan. Jadi, saya tidak akan memberikan
suatu penilaian tentang agama lain hanya karena saya happy di dalam
agama saya sendiri. Kesimpulannya, banyak jalan menuju keselamatan.
Atau banyak jalan menuju Tuhan. Apa begitu? Ya, dalam kenyataan
memang begitu. Saya yakin betul adanya banyak jalan menuju
keselamatan. Dan itu juga ajaran Katolik. Dalam Konsili Vatikan
ditegaskan bahwa "orang dari semua jalan, asal mau hidup dengan
baik, akan bisa menerima keselamatan Allah"
- Th. Sumartana
Sumartana
mengatakan bahwa sikap yang arogan dari kaum partikularistis sudah
ditembus oleh orang-orang seperti Smith dan John Hick.
Geosentirisme (baca: kristosentrisme) sudah seharusnya digeser kepada
"heliosentrisme" (baca: theosentrisme). Paradigma orang
beragama seharusnya berubah dari eksklusivisme ke arah pluralisme.
Bagi Sumartana, yang penting adalah keimanan kepada Tuhan, dan bukan
kepada Kristus yang juga beriman kepada Tuhan.
- E.G. Singgih
Dalam
teologi tradisional calvinisme,
gambar Allah yang ada pada manusia sudah rusak oleh karena
kejatuhannya dalam dosa. Baru oleh karya Yesus Kristus yang adalah
gambar Allah yang sejati, hakikat manusia sebagai gambar Allah
dipulihkan kembali. Tanpa bermaksud menentang teologi yang
tradisional ini, menurut Singgih, Kejadian 1-11 sendiri secara
eksplisit tidak dikemukakan bahwa gambar Allah sudah rusak. Dengan
demikian, Singgih secara implisit hendak mengatakan bahwa karya
Kristus tidaklah diperlukan. Selain itu, Singgih juga berpandangan
bahwa ucapan Yesus dengan Khong Hu Cu sama-sama mengambil inspirasi
dari kebenaran universal yang laku sepanjang zaman.
Tantangan
lain yang dihadapi oleh konsep solus Christus adalah inklusivisme
yang dipegang oleh para Teolog Roma Katolik seperti Karl Rahner, Hans
Kung, Raimundo Panikkar dan banyak gereja protestan yang menganut
paham ini. Inklusivisme adalah keselamatan dilihat hanya melalui
Kristus, tetapi Kristus bisa menggunakan berbagai sarana lain untuk
menyelamatkan dan bukan hanya dengan mendengarkan Injil. Contoh dari
sarana ini adalah apa yang disebut Katolik Roma sebagai
sakramen-sakramen dalam agama-agama lain. Rhaner mengatakan bahwa
orang yang diselamatkan dalam agama-agama lain sebagai “orang-orang
kristen anonim”. Kung menyebut agama-agama non kristen sebagai cara
yang biasa menuju keselamatan sedangkan kekristenan adalah cara yang
khusus dan laur biasa menuju keselamatan. Para pemikir Injili seperti
Norman Anderson, Clark Pinnock dan John Sanders juga melihat
kemungkinan keselamatan di luar pengenalan yang eksplisit akan Injil
Kristus. Hal ini berbeda dengan ekslusivisme yang berpandangan bahwa
injil satu satunya kebenaran dan penerimaan terhadap Injil ini
merupakan satu-satunya jalan bagi manusia untuki bisa diselamatkan.
Tuhan Yesus mengatakan:
Akulah jalan dan kebenaran dan
hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak
melalui Aku . Hanya ada satu jalan, bukan dua atau
tiga. surga itu tidak sama dengan tempat di dunia ini. Mengapa
hanya ada satu jalan? Sebab surga itu bukan seperti alamat di bumi
yang dapat dicapai melalui jalan yang bervariasi. Surga itu unik,
dicapai hanya melalui jalan yang dibuat sendiri oleh Allah. Hanya
ada satu jalan? Sebab hanya Kristuslah yang memenuhi syarat untuk
menjadi jalan ke surga. Syarat untuk
menjadi jalan ke surga adalah kebenaran dan hidup. Fokus dari
perkataan Kristus ini bukan pada kata kebenaran, juga bukan kata
hidup, tetapi fokusnya adalah pada kata jalan. Kata kebenaran dan
hidup menjelaskan kata jalan. Kata jalan ini merupakan kata kunci.
Alasannya adalah ketika Tuhan Yesus mengatakan ":Akulah jalan
kebenaran dan hidup, Tuhan sedang menjawab pertanyaan Tomas dalam
ayat 5. Dalam ayat 5 Tomas bertanya, Tuhan , kami tidak tahu kemana
Engkau pergi, jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ? dan Tuhan Yesus
menjawab, Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Jadi penekanan Tuhan
Yesus adalah bahwa diriNya adalah jalan. Tuhan Yesus adalah jalan
kepada Allah. Dia adalah jalan kepada Allah karena Dia adalah
kebenaran Allah dan hidup Allah. Yesus adalah kebenaran karena Dia
adalah penyataan Allah yang paling tertinggi. Dirinya sendiri
bercerita banyak tentang Allah. Tidak seorangpun yang pernah melihat
Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah
yang menyatakan-Nya. (Yoh 1:18). Dia sendiri adalah Allah (Yoh 1:1).
Yesus adalah hidup. Yohanes mengatakan , "Dalam Dia ada hidup
dan hidup itu adalah terang manusia (Yoh 1:4). Dia memiliki hidup
dalam diriNya sendiri. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam
diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup
dalam diri-Nya sendiri. (Yoh 5:26). Kita tidak memiliki hidup dalam
diri kita sendiri. Tanpa Allah kita tidak mati, tanpa udara ,
makanan, minuman kita mati. Kita bergantung kepada hla-hal yang dari
luar diri kita.Namun Kristus memiliki hidup dalam diriNya sendiri.
Dia tidaklah bergantung kepada hal-hal yang di luar diriNya. Tanpa
kita Dia tetap hidup. Tanpa alam semesta, Dia tetap hidup. Inilah
artinya bahwa Kristus adalah hidup. Akan tetapi kita tahu, bahwa
Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada
kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang
Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar
dan hidup yang kekal. (1Yoh 5:20). Jalan ke surga harus melalui
seseorang yang adalah kebenaran dan hidup. Hanya Allah adalah
kebenaran dan hidup. Tidak ada manusia yang mengklaim dirinya
sebagai kebenaran dan hidup, sebab tidak ada seorangpun yang benar
dan tidak ada manusia yang dapat hidup selama-lamanya dan tidak ada
manusia yang hidupnya tidak bergantung kepada hal-hal di luar
dirinya. Semua manusia bergantung. sehingga tidak bisa menjadi jalan
kepada Allah. Karena Yesus adalah kebenaran Allah, dan hidup Allah,
maka Dia lah yang menjadi jalan kepada Allah. Hanya Dia sendiri yang
boleh mengatakan, perkataan seperti ini, " Tidak ada seorangpun
yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yoh 14:6b). Hanya
Kristuslah yang memenuhi syarat untuk menjadi jalan ke surga. Tanpa
jalan itu, maka tidak akan ada perjalanan menuju ke surga. Tanpa
kebenaran itu, maka tidak akan ada pengenalan Allah. Tanpa hidup itu,
tidak akan ada kehidupan. Tuhan Yesus
lah jalan yang harus kita ikuti, kebenaran yang harus kita percayai,
dan hidup yang harus kita harapkan. Di luar Kristus, manusia tidak
akan pernah bisa sampai ke surga.
Perkataaan
Tuhan Yesus yang mengatakan bahwa dirinya adalah jalan kebenaran dan
hidup
bukanlah perkataan orang gila
ORANG
BAIK, ORANG GILA ATAU ANAK MANUSIA?
Kita
telah melihat Pernyataan-pernyataan Kristus tentang keilahianNya,
baik itu melalui perkataanNya sendiri ataupun kesaksian para rasul.
Orang mungkin bertanya: Apakah mungkin untuk mempercayai akan hal
ini? Mungkinkan percaya bahwa memang seorang tukang kayu dari
nazaret, sungguh-sungguh adalah Allah? Dia mengatakan diriNya
adalah Allah. Dia bertindak seperti Allah. Apakah ini benar?
Bagaimana menguji bahwa Dia benar-benar Allah?
Menurut
C.S. Lewis ada tiga kemungkinan penjelasan mengenai semua klaim-klaim
Yesus itu
Pertama,
Yesus mungkin orang gila atau Ia menderita megalomia
Saudara
pernah nonton film kartun anak anda? Megaloman. merupakan serial
kartun Jepang pasti pernah dengar. Pahlawan pembela kebenaran. Jagoan
tak terkalahkan. Tiada duanya. Tanpa tanding. Pokoknya super hebat.
Namun itu hanya ada dalam kartun. Di dunia nyata itu tidak ada. Nah
megalomania itu sebutan untuk orang yang merasa dirinya paling hebat.
Orang seperti ini bisa kita jumpai di manapun. Di kelas waktu kita
sekolah. Di RT kita. Di kantor mungkin saja. Dimanapun ia sering
ada.Bahkan di gereja juga ada. majelis , hamba Tuhan, dan penatua
juga ada yang megalomania.
Ciri-cirinya
gampang. Ia merasa paling pintar. Paling hebat. Tidak mau kalah.
Tidak mau menerima pandangan orang. Pokoknya idenyalah yang paling
benar. Orang lain lain dianggap tidak ngerti. Tokoh besar
seperti Napoleon, Hitler menderita Megalomania.
Apakah
Tuhan Yesus juga mendeirta meegalomania, sehingga menyebut dirinya
adalah Tuhan? Ketika saudara membaca kitab Injil, apakah saudara
memperoleh kesan bahwa Yesus merasa diri paling pintar, paling hebat,
tidak mau kalah? sombong? Tidak. Pada saat kita membaca Injil, kita
akan menemukan bahwa Yesus itu sangat rendah hati. Dia berbicara
bukan seperti orang gila. Dia berbicara dengan otoritas yang tenang,
Ia selalu nampak menguasai keadaan. Sangat jauh berbeda dengan
Hitler. Banyak orang berbondong-bondong ikut Dia bukan karena takut
kepadaNya, melainkan karena kagum.
Apakah
ada ciri-ciri Dia adalah orang gila ketika berbciara? juga tidak ada.
Perhatikanlah kalimat-kalimatNya. Tidak ada ciri-ciri orang gila
ketika Yesus berbicara. Justru Dia adalah orang yang paling waras
ketika berbicara
Charles
Lamb berkata: "Jika Shakespeare datang ke dalam ruangan ini,
kita akan bangkit untuk menyambutnya, tetapi jika Pribadi itu
(Yesus)- datang ke dalam ruangan ini, kita semua akan tersungkur dan
berusaha mencium jubahNya
Jadi
Yesus tidak mungkin gila. Kalau seandainya Dia adalah orang gila,
maka tidak mungkin begitu banyak orang mengikuti Dia. Kalau
seandainya Dia orang gila, maka tidak mungkin orang berdebat
denganNya. Kalau saudara ketemu orang gila di jalan, apakah saudara
akan mengikuti orang itu dan mendengarkan ocehannya? pasti tidak.
Atau kalau saudara bertemu dengan orang gila, apakah saudara lantas
mau berdebat dengannya? pasti tidak. Kita akan mengabaikan orang gila
dan tidak akan meresponinya. Kita mungkin akan mengabaikannya,
mengurungnya , namun kita tidak akan membunuh orang gila itu khan?
Bagaimana dengan Tuhan Yesus? apakah orang banyak memperlakukannya
sebagai orang gila? apakah mereka mengurungnya?apakah mereka
mengabaikannya? tidak. Justru mereka membunuhnya. Itu bukti bahwa
Tuhan Yesus tidak gila. Karena kalau gila, tidak akan dibunuh,
sebaliknya akan diabaikan.
Kedua,
kemungkinan kedua, dari ucapan Yesus adalah Mungkin Dia seorang
penyesat. Ia sengaja
membodohi orang banyak, Akan tetapi apakah memang ada indikasi itu?
Jika Yesus adalah seorang penyesat, maka Ia pasti penyesat terbaik
yang pernah hidup dalam dunia ini. Yesus mengklaim diriNya adalah
Allah, tetapi Klaim itu tidak dilontarkan dalam lingkungan Yunani
atau Romawi dimana gagasan tentang banyak dewa atau bahkan manusia
setengah dewa dapat diterima. Kalau gagasan itu dilontarkan kepada
orang-orang Yunani, maka tidak heran kalau mereka bisa menerimanya,
karena mereka memang percaya kepada manusia setengah dewa.
Tetapi Yesus melontarkan klaimnya itu pada pusat Yudaisme.
Orang-orang Yahudi sangat ketat kepada kepercayaan akan satu Allah.
Mereka sangat fanatik dengan doktrin itu. Dalam lingkungan seperti
inilah, Yesus mengklaim diriNya adalah Allah. Dan apa yang terjadi?
Hal yang luar biasa adalah, Ia membuat orang banyak percaya
kepadaNya. Banyak orang-laki-laki, perempuan para petani maupun para
cendikiwan , para Imam, dan bahkan anggota keluarganya sendiri
percaya kepadaNya, bahwa Dia adalah Allah yang menjadi manusia.
C.S.
Lewis mengatakan, Jika Yesus bukan orang gila dan juga bukan
penyesat, maka hanya satu kemungkinan yang tersisa, Yesus adalah
Allah. Allah pernah datang dan tinggal dalam sejarah manusia 2000
tahun untuk menyelamatkan manusia. Dia adalah Allah dan kita
seharusnya mengikuti Dia
Pemahaman akan solus
Christus mendorong kita untuk lebih
sungguh-sungguh memberitakan Injil karena keselamatan hanya bisa
dimiliki melalui Kristus. Yesus bukanlah salah
satu cara agar manusia diselamatkan,
tetapi satu-satunya
cara untuk diselamatkan. Mereka yang tidak percaya kepada Kristus
pasti binasa. Bagaimana kalau itu keluarga atau teman kita?
Salam:
Pdt.Yohannis Trisfant