Penulis: Pdt. Yohannis Trisfant
Ini adalah pertanyaan yang paling
puncak dari kelimat pertanyaan yang diajukan oleh paulus. Pertanyaan lima ini
seperti puncak dari sebuah anak tangga. Ini adalah anak tangga yang paling
tinggi. Paulus bertanya , “siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih
Kristus”? dan setelah itu ia mencoba
mencari jawaban dari sekelilingnya. Paulus memberikan contoh-contoh tentang
hal-hal yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus.
Dalam ayat 35, Ada tujuh kemungkinan
yang Paulus sebutkan sebagai bahaya yang dapat memisahkan kita dari kasih
Kristus, yaitu Penindasan, kesesakan , penganiayaan, kelaparan,
ketelanjangan, bahaya, pedang. Penindasan, kesesakan ,
penganiayaan, merupakan ancaman yang datang dari dunia, dari orang-orang yang membenci kekristenan.
Sedangkan kelaparan dan ketelanjangan adalah tidak adanya makanan, dan
pakaian. Orang kaya bangkrut, sampai
tidak ada makanan dan pakaian, atau seseorang tidak mendapatkan pekerjaan sehingga
tidak dapat membeli makanan dan pakaian, atau kegagalan dalam usaha sehingga
tidak bisa mencukupi kebutuhan pokok. Semuanya itu memang merupakan ancaman
bagi orang kristen.
Hal selanjutnya yang bisa mengancam orang kristen adalah
bahaya dan pedang. Bahaya apa? bahaya kecelakaan, penyakit, perampok
bersenjata, teroris, dll. Daftar bahaya ini bisa diperpanjang lagi. Semuanya
adalah penderitaan yang nyata-yang tidak menyenangkan, sulit untuk ditanggung,
menantang iman kita. Paulus mengetahui apa yang sedang dia bicarakan karena dia
sendiri mengalami hal itu dan sangat buruk sekali. Orang-orang kristen di
Roma juga mengalami penderitaan tersebut, dimana mereka dibakar dan
dijadikan obor-obor untuk menerangi taman istana Nero. Namun semuanya itu
pun tidak bisa memisahkan orang kristen dari kasih Kristus.
Paulus
yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan
datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun
yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita
dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Kematian memang sangat ditakuti dan
merupakan pemisah yang paling besar, namun bagi orang-orang percaya yang ada
dalam Kristus, kematian bukan lagi sesuatu yang dapat memisahkan kita dari
kasih Kristus, sebaliknya, menjadi membawa kita lebih dekat kepada
Kristus. Kematian yang awalnya
adalah pemisah antara kita dengan Allah,
sudah menjadi penyatu antara diri kita dengan Kristus.
Bukan hanya kematian yang tidak bisa
memisahkan kita dari kasih Kristus,kehidupan pun tidak bisa memisahkan kita
dari kasih Kristus. Hidup itu lebih kejam daripada mati. itulah sebabnya
mengapa seringkali kita menyebut, kematian sebagai sebuah kelepasan atau
sebagai sebuah anugerah. Hidup juga bisa membawa pemisahan. Kemiskinan bisa
membawa pemisahan, status sosial juga membawa pemisahan, suku, ras juga membawa
pemisahan. Jadi hidup juga dapat membawa pemisahan atas manusia. Namun hidup
tidak pernah bisa memisahkan kita dari kasih Kristus
Saudara janganlah putus asa ketika
menghadapi masalah, sebab masalah-masalah itu tidak bisa memisahkan saudara
dari kasih Kristus.
Bahkan kita dikatakan “ lebih dari
pemenang”. Agak aneh kalau kita dikatakan sebagai pemenang, karena kita
digambarkan seperti domba. Domba mana bisa menjadi pemenang. Kalau singa , kita
bisa terima sebagai pemenang. Atau kalau ulat, kita bisa mengatakan ulat-ulat
adalah pemenang karena singa yang mati, dimakan oleh ulat, jenderal yang mati
juga dimakan oleh ulat, sehingga ulat memang adalah pemenang.Kalau domba? Mana
bisa sebagai pemenang. Domba adalah korban untuk dimakan, disate, di gule, atau
di rica-rica. Namun paulus mengatakan “ kita atau domba-domba Allah adalah
lebih dari pemenang. Jadi bukan hanya pemenang, tetapi lebih dari pemenang di
dalam Kristus. Kita adalah pemenang yang super.
Kita memang tidaklah kebal terhadap
pencobaan, tidak kebal terhadap tragedi. Namun kita dijanjikan kemenangan atas
semua itu. Janji Allah, bukanlah bahwa pencobaan tidak akan menyerang diri
kita, tetapi bahwa pencobaan tidak akan pernah memisahkan kita dari kasih
Allah.
Kasih ini adalah kasih Allah yang
secara luar biasa diperlihatkan di kayu salib (5:8; 8:32,37) dimana telah
dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Keyakinan kita bukanlah terletak
pada kasih kita kepada Kristus, karena kasih kita itu lemah, kecil dan
terbatas. Tetapi keyakinan kita terletak di dalam kasihNya kepada kita, kasih
yang tetap, setia dan selama lamanya.
Salam
Pdt. Yohannis Trisfant