Rabu, 24 April 2013

Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? (Roma 8:35)


Penulis: Pdt. Yohannis Trisfant


Ini adalah pertanyaan yang paling puncak dari kelimat pertanyaan yang diajukan oleh paulus. Pertanyaan lima ini seperti puncak dari sebuah anak tangga. Ini  adalah anak tangga yang paling tinggi.  Paulus bertanya , “siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus”?  dan setelah itu ia mencoba mencari jawaban dari sekelilingnya. Paulus memberikan contoh-contoh tentang hal-hal yang bisa memisahkan kita dari kasih Kristus.
Dalam ayat 35, Ada tujuh kemungkinan yang Paulus sebutkan sebagai bahaya yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, yaitu Penindasan, kesesakan , penganiayaan, kelaparan, ketelanjangan, bahaya, pedang.  Penindasan, kesesakan , penganiayaan, merupakan ancaman yang datang dari dunia,  dari orang-orang yang membenci kekristenan.  Sedangkan kelaparan dan ketelanjangan adalah tidak adanya makanan, dan pakaian.  Orang kaya bangkrut, sampai tidak ada makanan dan pakaian, atau seseorang tidak mendapatkan pekerjaan sehingga tidak dapat membeli makanan dan pakaian, atau kegagalan dalam usaha sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan pokok. Semuanya itu memang merupakan ancaman bagi orang kristen.
Hal selanjutnya  yang bisa mengancam orang kristen adalah bahaya dan pedang. Bahaya apa? bahaya kecelakaan, penyakit, perampok bersenjata, teroris, dll. Daftar bahaya ini bisa diperpanjang lagi. Semuanya adalah penderitaan yang nyata-yang tidak menyenangkan, sulit untuk ditanggung, menantang iman kita. Paulus mengetahui apa yang sedang dia bicarakan karena dia sendiri mengalami hal itu dan sangat buruk sekali.  Orang-orang kristen di Roma juga mengalami penderitaan tersebut, dimana mereka dibakar dan dijadikan obor-obor untuk menerangi taman istana Nero. Namun semuanya itu pun tidak bisa memisahkan orang kristen dari kasih Kristus. 
Paulus yakin bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,  (39)   atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Kematian memang sangat ditakuti dan merupakan pemisah yang paling besar, namun bagi orang-orang percaya yang ada dalam Kristus, kematian bukan lagi sesuatu yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, sebaliknya, menjadi membawa kita lebih dekat kepada Kristus.  Kematian yang awalnya adalah  pemisah antara kita dengan Allah, sudah menjadi penyatu antara diri kita dengan Kristus.
Bukan hanya kematian yang tidak bisa memisahkan kita dari kasih Kristus,kehidupan pun tidak bisa memisahkan kita dari kasih Kristus. Hidup itu lebih kejam daripada mati. itulah sebabnya mengapa seringkali kita menyebut, kematian sebagai sebuah kelepasan atau sebagai sebuah anugerah. Hidup juga bisa membawa pemisahan. Kemiskinan bisa membawa pemisahan, status sosial juga membawa pemisahan, suku, ras juga membawa pemisahan. Jadi hidup juga dapat membawa pemisahan atas manusia. Namun hidup tidak pernah bisa memisahkan kita dari kasih Kristus
Saudara janganlah putus asa ketika menghadapi masalah, sebab masalah-masalah itu tidak bisa memisahkan saudara dari kasih Kristus.
Bahkan kita dikatakan “ lebih dari pemenang”. Agak aneh kalau kita dikatakan sebagai pemenang, karena kita digambarkan seperti domba. Domba mana bisa menjadi pemenang. Kalau singa , kita bisa terima sebagai pemenang. Atau kalau ulat, kita bisa mengatakan ulat-ulat adalah pemenang karena singa yang mati, dimakan oleh ulat, jenderal yang mati juga dimakan oleh ulat, sehingga ulat memang adalah pemenang.Kalau domba? Mana bisa sebagai pemenang. Domba adalah korban untuk dimakan, disate, di gule, atau di rica-rica. Namun paulus mengatakan “ kita atau domba-domba Allah adalah lebih dari pemenang. Jadi bukan hanya pemenang, tetapi lebih dari pemenang di dalam Kristus. Kita adalah pemenang yang super.
Kita memang tidaklah kebal terhadap pencobaan, tidak kebal terhadap tragedi. Namun kita dijanjikan kemenangan atas semua itu. Janji Allah, bukanlah bahwa pencobaan tidak akan menyerang diri kita, tetapi bahwa pencobaan tidak akan pernah memisahkan kita dari kasih Allah. 
Kasih ini adalah kasih Allah yang secara luar biasa diperlihatkan di kayu salib (5:8; 8:32,37) dimana telah dicurahkan ke dalam hati kita oleh Roh Kudus. Keyakinan kita bukanlah terletak pada kasih kita kepada Kristus, karena kasih kita itu lemah, kecil dan terbatas. Tetapi keyakinan kita terletak di dalam kasihNya kepada kita, kasih yang tetap, setia dan selama lamanya. 


Salam

Pdt. Yohannis Trisfant